Berdiri di depan pintu ruang CEO memperhatikan pintu tersebut, 30 menit lamanya gadis itu hanya berdiri seperti patung, tidak mengizinkan orang masuk atau sekedar lewat.
Setiap orang yang kebetulan lewat menggelengkan kepala menganggap gadis itu pemuja Boss mereka.
"Hei."
Fira memutar tubuh menatap wanita itu melotot galak."Ngapain lihat -lihat?! Baru tahu ya kalau Istri Bosmu cantik?!"
Wanita yang merupakan karyawan itu menggelengkan kepala menganggap Fira gila, kemudian langsung pergi meninggalkan gadis itu.
Fira mendengus sebal melihat tatapan wanita itu terhadap dirinya."Kenapa dia seperti mengatakan aku gila? Awas saja nanti ya, aku laporkan pada Bos mu."
"Nona, tolong minggir." Seorang pria membawa perlengkapan untuk membersihkan lantai berdiri di belakang gadis itu, meminta sang gadis untuk menyingkir.
Fira kembali memutar tubuh, dahinya berkerut melihat pria tinggi jangkung di depannya itu, ia menatap pria itu mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan merendahkan.
"Siapa kamu? Kenapa berani sekali kamu meminta ku pergi?"
"Maaf, Nona. Saya adalah petugas kebersihan, saya hanya ingin membersihkan ruangan ini. Mohon Nona jangan menghalangi jalan." Petugas kebersihan itu berkata dengan sopan.
Bukannya menyingkir Fira justru kesal, ia berkacak pinggang sambil berkata,"Heh! Ini perusahaan ku! Mau aku dimanapun itu bukan urusanmu! Mau bersihin ya bersihin saja! Dasar miskin!"
"Sayang..."
Maulana berjalan cepat mendekati sang Istri melihat gadis itu membentak petugas kebersihan, menurutnya itu tidak baik.
Petugas kebersihan itu hanya bisa menunduk dengan menahan sakit hati atas penghinaan Fira.
"Mas, mohon maafkan Istri saya." Maulana mewakili sang Istri meminta maaf pada OB tersebut.
OB itu terkejut dan langsung mengangkat pandangan, terharu melihat seorang Bos besar meminta maaf terhadap seorang pegawai kecil seperti dirinya.
Fira tidak terima dengan perlakuan Maulana, ia mendelik galak pada pria itu."Mas! Kenapa Mas malah minta maaf?! Dia yang harus minta maaf karena sudah mengganggu!"
"Istriku, Mas ini hanya menjalankan tugas sebagai OB. Sedangkan kamu malah berdiri menghalangi jalan, Mas ini sudah menunggu mu agar bergeser. Tapi kamu malah berdiri di depan pintu, apakah kamu merasa pintu ini lebih menarik daripada Suamimu ini?" Maulana menjelaskan pada sang Istri diselingi dengan godaan.
Fira memalingkan kesal serta malu, bisa bisanya pria itu menggoda dirinya di depan orang.
"Sudah, kalau kamu mau masuk ya masuk saja, jangan tapi di depan pintu," kata Maulana lagi.
Dengan perasaan kesal, Fira memutar tubuh lalu masuk ke dalam ruang CEO.
Maulana tersenyum sendiri melihat tingkah sang Istri kemudian kembali mengalihkan perhatian pada OB."Mas, sekali lagi mohon maaf. Saya masih belum bisa mendidik Istri saya dengan baik, mohon jangan dimasukkan ke dalam hati ucapannya tadi."
"Tidak kok, Pak. Bapak tidak perlu bicara seperti itu, saya yang harus minta maaf." OB itu merasa tidak enak hati melihat Bosnya minta maaf.
Maulana mengangguk, ia mengeluarkan amplop coklat dari balik jasnya lalu memberikan pada OB tersebut."Ini Mas, aku dengar Ibu Mas sedang sakit. Ini buat biaya berobat, Mas pulang saja sekarang. Besok Mas bisa kembali kerja lagi."
OB itu terharu mendengarnya, semua orang bilang Bosnya sangat galak tapi ternyata begitu baik bahkan bersedia membantu orang.
"Pak, apakah saya dipecat?"
"Aku bilang Mas besok kembali kerja lagi, jadi aku tidak memecat mu. Jangan khawatir." Maulana menyentuh bahu OB tersebut.
OB itu masih bingung karena khawatir kalau HRD yang justru memecat dirinya."Tap, Pak..."
"Kalau kamu ditegur, katakan saja kalau Tuan Muda Mizuruky yang memberi izin. Kalau mereka mau protes, biar datang langsung padaku." Maulana kembali bicara menyadari ekspresi ragu dari karyawannya itu.
OB itu mengangguk dengan perasaan senang, ia pun mengambil amplop tersebut lalu mengambil tangan Maulana lalu mencium punggung tangannya.
Maulana merasa aneh, seperti seorang Guru yang dicium oleh murid.
"Terimakasih, Pak. Kalau begitu saya pamit dulu, saya akan izin juga ke HRD." OB itu berkata dengan perasaan bahagia.
Maulana mengangguk, setelah itu ia memutar tubuh lalu masuk ke dalam ruang kerjanya kemudian menutup kembali pintu tersebut.
Terluka Fira berjalan sambil memperhatikan barisan dokumen di bufet belakang kursi Maulana, sesekali mengambil salah satu dokumen dan mengambilnya kemudian membaca, namun gadis itu terlihat sangat tidak paham hingga kembali menaruhnya.
"Sayang, kamu cari apa?"
Maulana berjalan mendekati sang Istri, tidak ada jawaban dari gadis 18 tahun tersebut, namun ekspresi kekesalan sangat terlihat di paras cantiknya.
Maulana menggelengkan kepala, kemudian memutar tubuh dan duduk di atas kursi kebesaran dan mulai membuka berkas yang telah menumpuk di atas meja.
Fira melirik sang Suami, pria itu terlihat tidak terganggu dengan keberadaan dirinya atau merasa khawatir kalau ia akan membaca dokumen rahasia perusahaan.
"Mas tidak takut aku akan mencuri?" Ia penasaran jawaban apa yang akan diberikan pria tersebut.
"Dokumen rahasia ada di brangkas, ambil saja jika mau," balas Maulana santai sambil memeriksa laporan perusahaan.
Ha?
Fira menoleh pada sang Suami kesal, ia pikir pria itu akan akan marah dan menyembunyikan dokumen rahasia tapi malah menunjukkan pada dirinya.
Fira memutar tubuh berjalan mendekati meja sang Suami lalu berdiri dengan angkuh di samping pria itu.
"Kenapa Mas tidak marah untuk hal penting tapi marah padaku untuk hal yang tidak penting?!"
Maulana menaikkan sebelah alis mendengar ucapan sang Istri, ia tidak merasa marah hanya karena hal tidak penting.
Pria itu memutar kursi melihat ke arah sang Istri, menatap gadis itu lucu.
Fira semakin kesal melihat tatapan sang Suami, ia seperti badut mendapatkan tatapan dari pria itu.
"Kenapa Mas menatapku seperti itu?"
Maulana terkekeh geli melihat kekesalan di wajah gadis itu."Sayang, kamu menganggap hal-hal berhubungan dengan dunia sangat penting, tapi hal -hal untuk akhirat tidak penting."
Fira tidak mengerti maksud ucapan Suaminya, tidak mengerti urusan untuk dunia dan akhirat, baginya semua sama saja.
"Semua dokumen rahasia perusahaan ini berhubungan dunia, bagi Mas itu tidak penting. Lagipula kamu adalah Istri Mas, apa yang menjadi milik Mas juga milik mu. Bahkan Mas juga milikmu." Maulana tersenyum lembut menatap Sang Istri.
Fira tetap tidak percaya dengan ucapan sang Suami, ia komat -kamit sendiri tidak memperdulikan ucapan dari Suaminya.
Maulana sangat gemas melihat sikap gadis itu, ia pun mengulurkan tangan meraih tangan sang Istri lalu menariknya dan menjatuhkan ke atas pangkuannya.
Fira terkejut dengan perlakuan dari pria itu, pupil mata menegang saat tatapan safir itu mengunci dirinya.
Jantung berdebar kencang membayangkan kira-kira apa yang ingin dilakukan oleh Suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Durhaka
RomanceFiranda Firdaus dipaksa menikah dengan Ivan Maulana Rizky untuk menutupi aib keluarga, gadis 18 tahun kehilangan mahkota setelah dua malam tidak pulang bersama pacarnya