11 | Menginap

13 7 4
                                    

Drett ...

Pintu tertutup, meninggalkan Miki seorang di dalam rumah seorang gadis. Ia kemudian menghela nafas lalu berbaring tengkurap di sofa, mengingat kejadian barusan.

"Apa yang baru saja terjadi?" Gumam Miki memendamkan wajahnya ke sofa, mukanya memerah.

Beberapa detik kemudian, Miki beranjak lalu pergi ke toilet. Ia membuka bajunya, tubuh Miki lumayan bagus. Dia memiliki roti sobek dan keripik jagung, tapi dibalik itu semua. Terdapat latihan keras bertahun-tahun yang harus dilewati.

Miki melihat cermin, memandang dirinya. "Apa aku bisa membuat Lily bahagia?" Kata Miki menyentuh cermin dengan telapak tangan. Ia kemudian mengerutkan kening lalu mengacak-acak rambutnya.

"Dunia kami berbeda, tapi-apakah itu bukan masalahnya." Miki menatap matanya dari cermin, tatapan tajam.

Ia lalu mengeluarkan baju kaos putih, kemudian mengenakannya. Melipat baju PSHT dan memasukan ke dalam tas yang dia bawa. Miki kemudian keluar dari toilet lalu melihat sekeliling ruangan, matanya berhenti saat melihat kulkas.

"Hmm~"

Miki kemudian berjalan ke dapur, tempat kulkas. Ia berada di depan lemari es merah muda dengan selembar kertas yang bertuliskan. Jauhi lemak. Miki sedikit tertawa saat membaca kata-kata itu, ia lalu membuka kulkas.

Bushh...

Hembusan udara dingin keluar dari kulkas menerpa Miki. Wah-mulut Miki menganga melihat isi dalam kulkas, matanya bersinar diiringi dengan senyuman penuh arti.

***

POV Lily sekarang ...

"Falesya! Tunggu!" Seru aku dengan lantang, mengejar Falesya.

Ini salah paham, aku tidak sengaja melakukan, kenapa aku ini? Saat melihat Miki-hatiku langsung berdegup kencang ... ini cinta?

Tap tap tap

Terus berlari, mengejar Falesya. Akhirnya, tak lama kemudian Falesya berhenti. Aku lalu menangkapnya.

"Hah ... Hah-tunggu, Falesya." Ucapku menarik belakang bajunya.

Falesya kemudian berbalik dengan muka masam, "jangan sampai terluka ...," kata Falesya bersedih.

Aku kemudian memeluknya dengan lembut, "jangan khawatir, Miki bukan manusia jahat."

Falesya menghela nafas panjang lalu melepaskan pelukan, "awas saja jika kau terluka, akan ku bunuh dia." Ucap Falesya cemberut.

"Hee, kamu ini~"

Aku mencubit pipi Falesya, dia lucu saat sedang cemberut atau ngambek.

Duarr!

Suara petir terdengar, setetes air hujan mulai turun diiringi tetesan yang kian lama makin banyak, mulai membasahi tubuh aku dan Falesya.

"Lah, hujan?" Ucap Falesya mencoba mendongak ke atas tapi matanya langsung disiram oleh awan hujan.

"Wah, aku harus kembali ke rumah." Kataku bergegas pergi meninggalkan Falesya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

School At MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang