"Joyce sudah bicara semua tentangmu pada appa."
Awalnya, Taehyun tak ingin mengindahkan si ayah yang masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Namun, dengan kalimat pembuka yang pasti ditujukan kepadanya, membuat Taehyun melirik tajam ke arah sang ayah dengan raut tak ramahnya.
"Apa alasanmu berpura-pura menjadi appa? Dari mana semua uang itu berasal?" David bertanya menggunakan nada tegasnya kali ini. Satu-satunya kursi yang ada di sana ia tarik mendekat ke arah ranjang Taehyun, lantas David menduduki kursi tersebut tanpa peduli diizinkan atau tidak.
Taehyun yang terduduk di atas ranjang, tampak kembali meluruskan pandangnya pada lapis tebal ensiklopedi yang sudah ia buka dari sebelum ayahnya datang. Seketika, rautnya berubah dingin. "Apa saja yang succubus itu katakan sehingga appa hanya menanyakan soal uang?" tanya Taehyun dengan intonasinya yang terlewat datar.
"Taehyun, dia wanita yang melahirkan Kai! Di mana sikap sopan santunmu yang selama ini appa ajarkan?!"
Kekehan kecil terdengar dari bibir Taehyun yang tak bisa fokus pada bacaannya lagi. Anak itu tampak kesal dengan si ayah yang masih saja terlarut dalam sandiwara terbuka yang telah berlangsung bertahun-tahun lamanya.
"Dia hanya melahirkan? Apa istimewanya? Bukankah itu hal yang memang seharusnya perempuan hadapi jika dia sudah berniat untuk mengandung?" cibiran Taehyun yang membuat David nyaris geram.
"Jawab saja dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu." David mempertegas pertanyaan pertamanya, namun Taehyun tampak abai pada poin itu.
Alih-alih menyahut dengan jawaban, Taehyun justru merendahkan pandangangannya pada sang ayah. "Atau dia memang tidak pernah ingin mengandung? Itu sebabnya dia menyesal telah melahirkan Kai sebagai anaknya? Siapa yang harus bertanggung jawab jika sudah begitu?"
"Appa sudah cukup bertanggung jawab selama ini!" sanggah David membela diri, tanpa memahami konteks yang Taehyun maksudkan lebih dulu.
"Benarkah?...." Taehyun meloloskan simpul sinis di bibirnya.
Merasa terpojok, David lantas mengatur napasnya yang memburu, mencoba untuk tak terlihat tertekan di hadapan anaknya sendiri. "Jangan coba-coba untuk mengalihkan pembicaraan!" geramnya tak tahan.
"Benarkah bahwa wanita itu tidak ingin mengandung?"
Taehyun tak peduli andai malam ini ia akan dikutuk oleh Tuhan sebab melawan pada sang ayah. Lagi pula, topengnya selama ini juga mungkin sudah tak berarti lagi.
"Kehadiran Kai -kalian tidak pernah menginginkannya, bukan?"
"Hanya Joyce! Appa membesarkannya selama ini untuk apa jika bukan karena appa peduli pada Kai?!" Lagi, David terpancing.
"Appa menginginkannya, tapi wanitu itu tidak? Bukankah ini semakin terdengar aneh?" Taehyun menyeringai, tampak tak puas dengan pembelaan si ayah. "Apa ayahku adalah seorang predator? Pemerkosa? Sejak umur berapa kalian memulainya? Belasan? Kenapa bisa-bisanya pelaku penyimpangan masih berkeliaran dengan bebas di negara ini? Apa karena kalian melakukannya di Amerika? Apa di sana, semua itu diwajarkan? Setahuku tidak."
"Tutup mulutmu, Taehyun." David jengah, jujur saja. Tangannya yang terkepal di atas paha, mengisyaratkan darahnya yang mungkin sudah berada di titik didih.
"Di mana kalian melakukannya? Rumah mewah keluarga Huening? Ranjang Nenek dan Kakek? Tidak penting di mana kalian melakukannya. Yang aku herankan adalah- kenapa harus dengan wanita itu? Kenapa kau harus melakukannya dengan adik perempuanmu sendiri? Menjijikan. Demi Tuhan, aku jijik."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai ✓
Fanfiction[BROTHERSHIP] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut atas p...