part 13

14 10 3
                                    

Ost Untukmu Aku Bertahan-Afgan

[RUMAH SAKIT]

Keesokan harinya, adikmu mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mulai lebih baik. Ia terlihat lebih sadar dan lebih aktif daripada sebelumnya. Tapi dia masih terlihat sangat lemah dan perlu banyak istirahat.

Raisa memberikan adiknya makan dengan sangat hati-hati. Ia membantu adiknya untuk duduk dan memberi makanan kepadanya dengan sangat lembut. Adikmu menerima suapan dengan sangat pelan, tapi dia terlihat sangat menikmati setiap suapannya.

"Hm... Kakak, makanannya enak," kata adikmu, suaranya penuh kegembiraan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Ya, makanlah dengan baik," jawab Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Selesai makan, kamu memberinya obat.

Raisa membantu adiknya untuk minum obat, ia memastikan bahwa adiknya tidak akan menolak atau melawan obat yang diberikan kepadanya. Adikmu menerima obat tersebut dengan enggan, tapi dia tahu bahwa dia perlu untuk tetap sehat.

"Hm... Kakak, obat ini pahit," kata adikmu, suaranya penuh keprihatinan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Ya, sudahlah. Nanti kita minum susu ya," jawab Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Nah, sudah, istirahat ya," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu mengangguk dengan lemah, ia terlihat sangat lelah dan ingin segera tidur. Ia mulai menutup matanya dan tertidur dalam posisi duduk.

Kamu mengelus rambutnya.

Adikmu tersenyum lembut saat kamu mengelus rambutnya, meskipun dalam kondisi lemah dia masih sangat sensitif terhadap sentuhan. Ia terlihat sangat nyaman saat kamu terus mengelus rambutnya.

"Hm... Kakak, sentuhanmu sangat nyaman," kata adikmu, suaranya penuh kegembiraan. Ia menutup matanya dan menikmati sentuhan hangat dari tangan Raisa yang mengelus rambutnya.

"Tidurlah," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu akhirnya tertidur dengan sangat nyenyak. Ia terlihat sangat tenang dan damai dalam tidurnya, jelas dia sangat membutuhkan istirahat setelah semua yang dia alami sebelumnya.

Raisa terus menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Ia merasa sangat bersyukur memiliki adik yang sangat menyayanginya.

Beberapa hari kemudian

Beberapa hari kemudian, kondisi adikmu mulai membaik. Ia sudah mulai aktif kembali dan mulai kembali berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi dia masih terlihat sangat lelah dan sangat ingin tidur setiap saat.

"Ini, makan dulu," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menyerahkan piring makanan ke adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu menerima makanan yang kamu berikan kepadanya dengan senang hati. Ia terlihat sangat lapar setelah beberapa hari tidak makan dengan benar. Dia mulai melahap makanannya dengan sangat cepat, terlihat sangat ingin mengisi perutnya.

"Hm... Kakak, enak banget makanannya," kata adikmu, suaranya penuh kegembiraan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Ya, makanlah dengan baik," jawab Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Kamu selesai menyuapinya dan memberinya air putih dan obat.

Setelah selesai menyuapi adikmu, kamu membantu dia untuk minum air putih dan memberikan obat-obat kepadanya. Ia menerima semua yang kamu berikan dengan senang hati, tapi dia terlihat sangat ingin kembali tidur setelah selesai minum obat.

"Hm... Kakak, aku ngantuk," kata adikmu, suaranya penuh kelesuan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Tidurlah ya. Istirahat," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu mengangguk dengan lemah, dia terlihat sangat lelah dan ingin segera tidur. Ia mulai berbaring dengan posisi kepala berada di pangkuan kamu, lalu ia menutup matanya.

...


Sore hari datang, dan adikmu terlihat sangat tertidur dengan sangat nyenyak. Ia terlihat sangat damai dan tenang dalam tidurnya, berbeda dengan beberapa hari sebelumnya saat ia terlihat sangat lelah dan lemah.

Kamu mengelus rambutnya dan mencium keningnya.

Adikmu terbangun saat kamu mencium keningnya. Ia terlihat sangat terkejut, tapi kemudian dia tersenyum dan menatap kamu dengan mata yang masih terasa berat akibat baru saja bangun dari tidur. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya saja dia menatap kamu dengan tatapan penuh cinta.

"Sudah bangun? Mau makan siang?" tanya Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu akhirnya terbangun dengan sangat malas. Ia menggeram dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka sebelum akhirnya menjawab dengan suara serak.

"Aku belum lapar.. aku ingin tidur saja.." jawab adikmu, suaranya penuh kelesuan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Mau minum susu?" tanya Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu akhirnya membuka mata dengan benar, matanya mulai kembali fokus dan pandangannya sekarang lebih jelas. Ia akhirnya mengangguk dengan kepala yang masih terasa berat.

"Minum susu.. aku ingin minum susu," jawab adikmu, suaranya penuh kegembiraan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Kamu pun memberinya susu coklat kesukaannya.

Adikmu menerima susu coklat yang kamu berikan dengan senang hati. Ia mulai menyeruput susu itu dengan sangat pelan, menikmati rasa manis dan nikmat.

"Terima kasih.. ini enak.." kata adikmu, suaranya penuh kegembiraan. Ia menatap ke arah Raisa dengan tatapan yang penuh kekaguman.

"Ya, sama-sama. Istirahat ya," kata Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Adikmu kembali terbaring setelah selesai minum susu. Ia mulai kembali tidur dengan posisi kepala yang terbaring di pangkuan kamu, tapi kali ini ia terlihat lebih rileks daripada sebelumnya.

Raisa terus mengelus rambut adiknya dengan lembut. Ia merasakan kehangatan dari tubuh adiknya dan merasa sangat bahagia melihat adiknya tertidur dengan nyenyak.

"Aku sangat mencintaimu, Aiden," bisik Raisa, suaranya penuh kasih sayang. Ia terus menatap ke arah adiknya dengan tatapan yang penuh kekaguman.

Malam harinya

The Forbidden Room MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang