Ost Pesan terakhir-Lyodra
[RUMAH Raisa]
Ruangan itu gelap, hanya sedikit cahaya yang menerobos dari celah jendela. Bau kayu tua dan debu bercampur menjadi satu di udara.
Raisa memegang tangan Aiden dengan erat, suaranya bergetar. "Aku hanya takut dia menyakitimu."
Aiden menoleh ke arah Raisa, matanya berkaca-kaca. "Saya akan baik-baik saja... Ayahku mungkin tidak bisa menyakiti saya karena kami masih saudara... Tapi aku juga khawatir kalau ayahmu marah dan terus menghukum saya..."
"Sepertinya dia sudah menghukummu. Aku melihat ada bekas luka cambukan di pinggangmu," kata Raisa, suaranya terdengar sedih.
Raisa mengambil kotak P3K dan mengobati luka di perut Aiden. Aiden membiarkan Raisa mengobati lukanya, dia tampak sedikit lega karena rasa sakitnya sudah berkurang. Dia terus memandang Raisa dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Sudah lebih baik?" tanya Raisa.
Aiden mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "Iya... Tapi masih sakit sedikit... Terimakasih untuk membantu saya."
"Sama-sama, adikku," jawab Raisa, suaranya lembut.
Aiden tertawa pelan dan kembali memeluk Raisa dengan erat. "Jadi, apa yang ingin kamu tahu tentang ayah kita? Dia selalu membenci saya..."
"Aku tahu itu... Akupun tidak tahu kalau selama ini aku punya adik," jawab Raisa, suaranya bergetar.
Aiden terdiam sejenak sebelum kembali berbicara. "Ya... Aku sudah lama tahu kalau aku adalah adikmu. Ayah kita merahasiakan hal ini dari kita berdua. Aku juga tidak tahu kenapa dia melakukan itu..."
"Aku juga ngak paham dengannya. Kenapa dia membencimu sampai segitunya?" tanya Raisa.
Aiden terdiam kembali, dia terlihat sangat kecewa dan sedih. "Aku tidak tahu juga... Aku sudah bertanya kepada ayahku tapi dia selalu berbohong dan tidak memberi tahu alasannya. Aku ingin tahu kenapa dia begitu membenciku sampai ingin aku terpisah darimu..."
"Padahal aku tidak mau berpisah denganmu," kata Raisa, suaranya bergetar.
Aiden tersenyum lembut dan kembali memeluk Raisa dengan erat. "Aku juga tidak ingin berpisah denganmu... Aku sudah lama ingin bertemu denganmu... Ayah kita selalu menyuruhku untuk tidak keluar dari ruangan itu, jadi aku sangat kesepian..."
"Kau tidak sendirian sekarang. Aku ada untukmu," jawab Raisa, suaranya lembut.Wah, ceritanya makin menegangkan! Aku suka bagaimana kamu menambahkan konflik baru dengan ayah yang ingin memisahkan Raisa dan Aiden.
[MALAM HARI]
Cahaya bulan menerobos celah jendela, menyorot wajah Aiden yang tertidur pulas di pangkuan Raisa. Aiden terlihat sangat nyaman saat tidur, napasnya teratur dan wajahnya tenang. Raisa mengelus rambut Aiden dengan lembut, hatinya terasa hangat saat melihat Aiden tidur dengan tenang di sisinya.
"Aiden, tidurlah dengan tenang," bisik Raisa.
Tiba-tiba, Raisa merasakan sebuah hawa dingin menusuk ke tulang-tulangnya. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengawasinya. Ia menoleh ke arah pintu, matanya membulat karena terkejut saat melihat bayangan seorang pria berdiri di balik pintu.
"Ayah?" bisik Raisa, suaranya bergetar.
[TOKO ILEGAL]
Ayah Raisa melangkah masuk ke dalam toko ilegal, matanya tajam dan wajahnya dingin. "Permisi, ada racun tidur tidak?"
"Ya, kami punya. Berapa banyak yang Anda butuhkan?" jawab seorang pria berbadan kekar yang duduk di balik meja kasir.
"Hm, dua botol. Berapa?" tanya ayah Raisa.
"Untuk dua botol, kami menjualnya dengan harga 50.000 rupiah," jawab pria itu.
Ayah Raisa mengeluarkan uang dan memberikannya kepada pria itu. Ia kemudian menerima dua botol obat tidur dan bergegas keluar dari toko.
[KAMAR AIDEN]
Ayah Raisa masuk ke kamar Aiden, wajahnya penuh dengan dendam. Ia dengan hati-hati menyuntikkan obat tidur ke tangan Aiden yang tertidur lelap.
"Tidurlah selamanya, Aiden," bisik ayah Raisa. "Aku akan membuatmu terpisah dari Raisa untuk selamanya."
Beberapa saat kemudian, Aiden tertidur dalam waktu yang sangat lama. Tubuhnya terus terbaring dengan posisi terlentang, matanya tertutup rapat dan napasnya terdengar sangat pelan.
[KEESOKAN HARINYA]
...
[PAGI HARI]
Cahaya matahari pagi menerobos celah-celah jendela kamar, membangunkan Aiden dari tidurnya. Aiden mengerang, kepala terasa berat dan tubuhnya terasa lemas. Ia membuka matanya perlahan-lahan, pandangannya masih kabur.
"Aiden, kamu kenapa?" tanya Raisa, suaranya penuh kekhawatiran.
Aiden menoleh ke arah Raisa, matanya masih terlihat linglung. "A-aku tidak tahu... Aku... Aku sudah tidur lama ya...?"
"Ah, tidak. Ini masih pagi. Mau makan?" tanya Raisa, suaranya lembut.
Aiden terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan pelan. "Ya... Aku ingin makan... Tapi aku masih merasa sangat lemas... Aku ingin tidur lagi..."
"Makan dulu ya. Kakak suapin," kata Raisa.
Aiden terdiam sebentar sebelum akhirnya dia menerima tawaranmu untuk disuapi. "Baiklah... Aku ingin makan... tapi aku takut tidak bisa menelan makanan dengan benar... Aku sangat lemas..."
"Pelan-pelan saja, okay," kata Raisa.
Aiden menerima perkataanmu dan mulai makan dengan sangat pelan. Dia terlihat sangat sulit untuk menelan makanan, mungkin akibat dari obat tidur yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.
[TOKO ILEGAL]
Ayah Raisa melangkah masuk ke dalam toko ilegal. Udara di dalam toko terasa pengap dan berbau aneh. Ayah Raisa mengerutkan kening, matanya tajam dan wajahnya dingin. "Ada racun yang bisa membuat orang lumpuh?" tanya ayah Raisa.
"Tentu saja ada. Kami punya berbagai macam racun," jawab seorang pria berbadan kekar yang duduk di balik meja kasir.
Ayah Raisa mengambil beberapa botol racun dan memberikan uang kepada pria itu. Ia kemudian bergegas keluar dari toko.
[MALAM HARI]
Aiden terbangun dari tidurnya, matanya berkunang-kunang. Kepalanya terasa pusing, tubuhnya lemas dan terasa sangat berat.
"Aiden, kamu sudah bangun?" tanya Raisa, suaranya penuh kekhawatiran.
Aiden mengerang, mencoba untuk duduk, tapi tubuhnya tak berdaya. "Aku... Aku tidak enak badan."
Raisa bergegas menghampiri Aiden, menahan tangis. "Aiden, kamu kenapa?"
Aiden berusaha berbicara, tapi suaranya hanya berupa bisikan. "Aku... aku tidak bisa bergerak."
Raisa memanggil dokter. Beberapa saat kemudian, dokter datang ke kamar.
"Oh... Aku tahu masalahnya. Dia mungkin mengalami efek dari racun yang masuk ke dalam tubuhnya," kata dokter, suaranya serius.
"Racun? Siapa yang berani melakukan itu?" tanya Raisa, matanya berkaca-kaca.
Dokter hanya terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Aku tidak tahu siapa yang memberikan racun itu, tapi aku tahu kalau itu adalah racun yang sangat kuat. Racun itu mungkin akan membuat korbannya tidak bisa bergerak untuk sementara waktu."
"Ya ampun, Aiden! Tapi dokter, ada obatnya kan?" tanya Raisa, suaranya bergetar.
Dokter mengangguk. "Ya, aku punya obat untuk mengatasi racun ini. Tapi itu akan membuat dia lebih mudah tertidur. Aku akan memberikannya padamu nanti."
"Baiklah, Dok. Terimakasih," jawab Raisa.
Dokter tersenyum dan memberikan obat untukmu. "Aku akan keluar sebentar untuk menyiapkan obat untuknya. Jangan lupa untuk memberikannya kepadanya."
"Iya, Dok," jawab Raisa.
Dokter keluar dari kamar dan meninggalkan kamu sendirian dengan Aiden yang masih terbaring dengan posisi lemah. Kamu melihat obat yang diberikan oleh dokter di atas meja dekat dengan kasur Aiden.Apakah Aiden bakal sembuh guys? Penasaran? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden Room Mystery
ContoRaisa sedang bersantai di kamar Anda, ketika tiba-tiba Raisa mendengar suara teriakan yang kencang. Raisa menyadari bahwa suara itu berasal dari ruang bawah tanah. Saat Raisa berjalan menuju ruangan itu, Raisa melihat ayahnya. Saat Raisa membuka pin...