BAB 4

149 93 17
                                    

Seven star

"Hidup ini emang ga selalu berjalan sesuai rencana akan selalu ada rintangan di sepanjang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup ini emang ga selalu berjalan sesuai rencana akan selalu ada rintangan di sepanjang jalan. Tapi karena rintangan itulah yang membuat kita semakin kuat."

Happy reading.

~

Seorang remaja berjas putih panjang khas seorang profesor dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung bangirnya terlihat sibuk mengotak-atik komputer yang ada di depannya. Sesekali manik kembarnya memperhatikan robot yang sedang sibuk berlalu lalang mengerjakan sesuatu. Sudah sekitar delapan jam laki-laki itu duduk di tempat kerjanya tidak beranjak sama sekali bahkan untuk minum sekalipun, mungkin dia akan tetap seperti itu sampai pagi jika saja tidak ada seseorang yang memanggilnya.

"Hey berhentilah kau sudah seperti mayat hidup, mengerikan." Ucap seseorang dari ambang pintu.

Laki-laki yang sejak tadi bergelut dengan komputernya pun hanya memutar bola matanya malas "Diamlah, aku sibuk. Pergi sana." Ucapnya dengan nada ketus.

Mendapat balasan ketus dari temannya, bukannya tersinggung sosok yang sedang berdiri di ambang pintu itu justru tertawa, sudah terbiasa mendapatkan balasan ketus dari laki-laki itu.

"Aku kesini untuk menyampaikan pesan dari atasan, mereka ingin bertemu denganmu."

Terdengar hembusan nafas kasar apa lagi kali ini batinnya.

"Mau apa mereka mencariku, apa mereka tidak cukup puas dengan menekanku untuk cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan menyebalkan ini." Makinya dengan decihan di akhir kalimat.

"Tidak tau, temui sajalah. "

Dia sudah cukup setres dengan sesuatu yang sedang di kerjakan nya, dia tau pasti atasan nya itu memanggil dirinya hanya untuk menambahkan pekerjaan lain untuknya, entah apa itu yang pasti dia membencinya.

Laki-laki itu memijat keningnya guna menghilangkan pening dasar orang tua menyebalkan Runtuknya dalam hati.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu "Bagaimana keadaan mereka, apa mereka baik-baik saja?"

Pertanyaan tiba-tiba itu sontak membuat sosok yang sejak tadi berdiri di ambang pintu bingung.

Dia menaikkan satu alisnya "Siapa yang kau maksud?"

"Dua orang yang aku temukan kemarin."

Dia memperhatikan temanya dengan mata memincing, bukanya menjawab orang itu justru malah sibuk memperhatikan benda tipis yang ada di tangannya.

Oh ayo lah dia sudah sangat lelah dan juga kesal akibat pekerjaannya yang tak kunjung beres itu. Dia sudah siap dengan buku tebal di tangannya ingin melemparkan buku itu, tapi niatnya ia urungkan saat orang itu berjalan menghampirinya.

SEVEN (2055) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang