Selesai makan siang bersama, Selina berjalan ke arah balkon kamar hotel, disana terlihat indah oleh pemandangan, selain itu juga ada kolam renang dibawah sana membuat Selina merasa ingin berenang sepertinya.
Tiba-tiba saja Dimas memeluk Selina dari belakang dengan mesra, dan tentu saja Selina merasa terkejut. "Astaga! Mas! Bikin aku kaget aja deh."
Dimas hanya tertawa kecil sembari menciumi leher jenjang sekretarisnya itu. "Kok masih pake baju aja sih sayang? Nggak gerah?" tanya Dimas.
"Gerah sih Mas. Mas, lihat dong ke bawah, kayaknya seger banget ya kalau berenang siang-siang gini."
"Kamu mau berenang?" tanya Dimas lagi sembari memutar tubuh Selina agar menghadap kepadanya.
Selina mengangguk. "Kalau dibolehin sih mau," katanya.
Dimas tersenyum smirk, pikirannya sudah terbang ke mana-mana, membayangkan dirinya berenang berdua dengan Selina, membayangkan Selina yang hanya memakai bikini, membayangkan mereka berdua bermesraan di dalam kolam renang.
"Yuk, kita berenang," ajak Dimas yang kemudian kembali mencium bibir Selina, seperti kecanduan.
Selina mendesah kecil. "Mash, ah, katanya mau berenang, kok malah ciuman lagi sih, mmph ..."
"Bibir kamu candu sayang."
Setelah beberapa menit berciuman, kedua manusia itu bergegas pergi ke kolam renang sesuai keinginan Selina. Beruntung, di kolam renang saat ini benar-benar sepi, hanya ada mereka berdua disana, rasanya semesta seperti mendukung Dimas.
"Sepi banget ya Mas. Mungkin orang-orang juga lagi pada aktivitas," ucap Selina dengan polos.
"Bagus dong sayang, jadi gak ada yang ganggu kita," bisik Dimas, Selina tersenyum malu-malu.
Dimas langsung melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana yang super pendek dan ketat yang berhasil mencetak tubuh bagian bawahnya, hal itu membuat Selina menjerit sambil menutup matanya.
"Mas! Kok kamu buka semua bajunya sih?" Selina terlihat pusing, karena tentu saja itu semua membangkitkan gairahnya.
Dimas tertawa dan mendekati Selina. "Kan mau berenang sayang, masa pake jas sama kemeja? Yaudah sekarang kamu buka baju kamu, masa mau pake ginian?"
Selina membuka matanya dan menuruti perintah Dimas untuk membuka pakaian, tapi Selina hanya membuka blazernya saja karena dia tidak berani membuka semua pakaiannya di depan sang bos besar.
"Udah Mas. Ayo," ajak Selina yang kemudian memasukkan kakinya ke dalam kolam.
Dimas tertegun melihat Selina. "Loh, kamu cuma buka blazer aja? Terus mau berenang kayak gini? Pake kemeja, pake rok?"
"Ya terus mau gimana, Mas? Telanjang bulat?" Wanita itu malah tertawa.
Dimas menarik tangan Selina dan membawa Selina pergi ke toilet yang letaknya masih di area kolam renang. Dimas menyuruh Selina untuk melepas pakaiannya sebagaimana seseorang yang akan berenang.
"Sekarang buka pakaian kamu. Nggak nyaman dong Sel berenang pake ginian."
"Tapi Mas, aku nggak bawa baju berenang."
"Tapi kamu pake bra sama celana dalem kan?" tanya Dimas dengan frontal.
Selina terkejut. "Masa harus pake itu doang sih Mas? Aku malu lah!"
Dimas tertawa kecil dan mendekati Selina sampai wanita itu menabrak dinding toilet. "Sayang, malu sama siapa? Hm? Di sini sepi sayang, cuma ada kita berdua, gak akan ada yang lihat," katanya sembari mengusap lembut bibir Selina.
"Ya, ya sama kamulah Mas," rengek Selina yang membuat Dimas semakin gemas.
"Kamu lihat? Aku juga begini sayang, aku gak malu sama kamu. Kenapa kamu mesti malu sama aku? Come on! Please, buka ya sayang, biar kamu juga nyaman berenangnya. Kita senang-senang hari ini, jangan mikirin pekerjaan."
"Tapi Mas, aku beneran malu." Selina terus merengek.
"Anggap ini perintah, baby. Perintah dari atasan untuk bawahannya. Mengerti?" tegas Dimas, Selina hanya bisa meneguk salivanya. "Mau lepas sendiri, atau aku yang lepasin semuanya, hm?" Ucapan Dimas membuat Selina merinding.
"S-sendiri aja Mas," jawab Selina dengan gugup.
Lalu Selina masuk ke dalam toilet, membuka semua pakaiannya, tidak, ternyata Selina memakai tank top putih, wanita itu bernapas lega, dirinya tidak perlu memakai bra saja karena rasanya sangat memalukan walaupun itu perintah Dimas. Kemudian Selina membuka rok pendeknya, tetapi sial, Selina hanya memakai celana dalam, tidak memakai celana pendek lainnya.
"Duh, gimana nih? Masa iya sih aku pake celana dalam doang? Malu banget," gumam wanita itu.
"Mas, aku nggak pake celana pendek lagi, gimana dong? Pake rok aja gapapa ya?" tanya Selina dari balik pintu kamar mandi.
"Nggak usah pake apa-apa juga gapapa sayang," jawab Dimas dengan frontal.
"Mas, aku malu kalo pake celana dalam doang."
"Gak usah malu sayang, gak ada siapa-siapa lagi disini, gak usah malu sama aku ya. Ayo, cepet Sel, keburu ada orang lagi nanti." Dimas merasa gemas sendiri karena Selina terlalu mengulur waktu.
Akhirnya dengan berat hati Selina menuruti perintah bosnya dan hanya memakai celana dalam saja, untung saja bagian atasnya Selina memakai tank top dan tidak hanya memakai bra saja. Sungguh, Selina merasa sebenarnya.
Wanita itu keluar dari toilet dan membuat Dimas tertegun melihatnya karena Selina terlihat seksi sekali, tapi ada satu yang membuat Dimas kecewa.
"Kok pake tank top sayang? Dilepas aja, pake bra aja, biar makin seksi," bisik Dimas di telinga Selina.
Selina menggelengkan kepalanya. "Mas, aku malu, gapapa ya aku begini?" Wanita itu memohon dan akhirnya Dimas membolehkan daripada Selina tidak jadi berenang.
"Yaudah, ayo," ajak Dimas sambil menarik tangan Selina.
Akhirnya mereka berdua berenang tanpa ada gangguan dari mana pun. Bagian dada Selina tercetak jelas karena wanita itu memakai tank top berwarna putih, tentu saja hal itu membuat Dimas meronta-ronta ingin melihat sesuatu yang berada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Nakal
Romance"Pak, saya gak enak." "Udah, enakin aja." "Enak gak, pijetan saya?" "Enak Pak, enak banget. Ternyata Bapak jago juga ya mijet, saya nggak nyangka." Bagaimana jadinya jika seorang CEO dari perusahaan besar menjalin hubungan dengan sekretaris pribadin...