Tok tok tok!
"Pak? Pak Dimas! Bapak ada di dalam?"
Deg!
Saat Dimas masih asyik menyesap leher Seina, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu. Seina dan Dimas gelagapan, Seina langsung menatap atasannya itu, begitupun dengan Dimas yang langsung melepaskan bibirnya dari leher Seina.
"Mas, siapa itu?" tanya Seina. Kemudian wanita itu turun dari pangkuan Dimas. Seina segera menyambar blazernya dan memakainya, lalu merapikan pakaian dan rambutnya yang terlihat berantakan.
"Palingan juga si Mia. Ganggu aja," gerutu Dimas karena tadi beliau sedang asyik memadu kasih dengan sekretarisnya itu.
"Gimana ini Mas?" Seina terlihat panik.
Dimas langsung membenarkan kemeja dan dasinya, lalu memasang kembali jas hitamnya. "Kamu tenang aja, saya akan buka kunci pintu, kamu pura-pura nulis aja," titah Dimas, Seina mengangguk paham.
Lelaki itu berjalan ke arah pintu, lalu membuka kunci tersebut, setelahnya Dimas kembali duduk di depan Seina, berseberangan dengan sekretarisnya itu agar nanti Mia tidak merasa curiga.
"Masuk!" titah Dimas, lalu pintu terbuka, dan benar di sana ada Mia yang merupakan salah satu pegawai Dimas.
Mia tersentak melihat Seina di sana, tapi dengan cepat wanita itu teringat bahwa Seina adalah sekretaris Dimas, jadi wajar saja jika Seina ada di ruangan itu.
"Ada apa?" tanya Dimas.
"Ini, Pak. Ada berkas yang harus ditandatangani." Mia menaruh berkas itu ke depan Dimas.
Dimas membaca sejenak berkas itu, lalu menandatangani berkas tersebut. "Lain kali kalau minta tanda tangan saya, kasih dulu aja ke Seina, biar dia yang langsung kasih ke saya, biar laporannya tidak rancu," titah Dimas kepada Mia.
Wanita itu mengangguk. "Maaf Pak, tadi saya sudah ke meja mbak Seina tapi beliau tidak ada di sana, saya pikir keluar," ucap Mia, membela diri.
Seina merasa bersalah karena tugasnya harus ditangani oleh rekan kerjanya. "Maaf ya Mi, jadi merepotkan kamu, tadi saya dipanggil sama Pak Dimas," ucap Seina.
"Tidak apa-apa mbak," jawab Mia.
Mia langsung berpamitan kepada Dimas dan Seina. Setelah Mia keluar, kedua manusia itu mengembuskan napas panjang dan merasa lega.
"Hampir saja," ucap Dimas.
"Kalau begitu saya keluar ya Pak." Seina meminta izin untuk pergi dari sana.
Saat akan membuka pintu, dengan cepat Dimas mencekal pergelangan tangan Seina. Wanita itu terkejut saat tiba-tiba Dimas langsung menyambar bibirnya yang manis, tapi Seina tidak munafik bahwa dirinya pun menyukai bibir atasannya itu.
"Mmpph," lenguh Seina saat Dimas mulai melumat bibirnya dengan lembut.
Tidak kunjung mendapat balasan dari Seina, Dimas langsung menggigit bibir wanita itu agar membuka mulutnya dan membalas ciumannya.
Seina paham, akhirnya wanita itu membalas ciuman Dimas serta mengalungkan tangannya di leher Dimas, tangan Dimas menahan pintu agar tidak ada yang membuka.
Akhirnya kedua manusia itu kembali berciuman panas di depan pintu sampai-sampai keduanya saling memejamkan mata saking menikmatinya.
"Ah," desah Seina saat Dimas melepaskan bibirnya.
"Bibir kamu manis sayang, candu banget," bisik Dimas.
Seina tersipu malu. "Mas, aku harus keluar," ucap Seina karena debaran jantungnya sungguh hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Nakal
Romansa"Pak, saya gak enak." "Udah, enakin aja." "Enak gak, pijetan saya?" "Enak Pak, enak banget. Ternyata Bapak jago juga ya mijet, saya nggak nyangka." Bagaimana jadinya jika seorang CEO dari perusahaan besar menjalin hubungan dengan sekretaris pribadin...