Episode 1 - Commemoration Day #Part 3

15 1 0
                                    

"Ini.." Rina mengoperkan sebuah botol air dingin pada Timothy begitu pemuda itu sampai dipinggir lapangan. Ia sudah tahu kalau Timothy memang jago bermain basket, tapi lemparan 3 poin tadi tetap membuatnya terpesona. Sekali lagi membuatnya menyadari rasa kagumnya pada pemuda itu. Mungkin lebih dari sekedar kagum, karena ketika tangan mereka tidak sengaja bersentuhan saat Timothy menerima botol air itu, Rina bisa merasakan sengatan listrik kecil di ujung jarinya.

"Thanks." Timothy tidak membuka botol air dingin itu malah menempelkannya di dahi. Menikmati sensasi dingin yang menjalar ke kepalanya. Badannya terasa panas setelah berlarian di lapangan. Ia cukup puas dengan game 3-on-3 barusan, biarpun sedikit menyesali kenapa ia tidak menghampiri Harmony setelah memenangkan game itu. Jika ia mempersembahkan kemenangannya tadi sebagai hadiah ulang tahun, mungkin bisa membuat gadis itu menyadari perasaannya. Tapi bagaimana mungkin ia bisa mengatakannya, jika melihat senyum gadis itu saja sudah membuat jantungnya tak karuan.

"Pemainan yang bagus tadi." puji Rina "Lemparan Three point-mu masih sama akuratnya ya."

Timothy tersenyum kecil, "Nggak juga, aku hanya beruntung."

"Iya, beruntung disemangatin Harmony kan?"

Timothy menengok pada Davin, omongannya tidak salah, "Iya, itu juga..." biasanya ia tidak suka jika Davin mulai membawa Harmony dalam candaannya, tapi hari ini ia ingin menikmati pencapaiannya - mendapat sorakan 'semangat' dari Harmony.

"Udah berani ngakuin ya sekarang..." Davin langsung memiting leher Timothy.

Timothy berusaha melepaskan diri, "Nggak gitu, Vin..."

"Halah, nggak udah boong!" Davin semakin mengeratkan pitingannya.

Sementara Kenneth yang sudah memakai kacamatanya kembali, hanya bisa tertawa melihat kelakuan kedua sahabatnya.

"Harmony!" pekikan nama gadis itu membuat Timothy langsung melepaskan tangan Davin dengan satu hentakan keras. Tanpa aba-aba Timothy langsung berlari menyeberangi lapangan menuju pendopo. Sikap Timothy ini membuat anggota tim basket yang lain terkejut. Pangeran es itu biasanya selalu tenang dalam kondisi apapun, tidak pernah tergesa-gesa seperti ini.

Ini pertama kalinya Rina melihat Timothy berlari secepat itu selain mengejar bola ketika pertandingan basket. Ia tahu kalau Timothy selalu memberikan perhatian ekstra pada sahabat sejak kecilnya itu. Tapi kan saat ini, di pendopo ada banyak temannya Harmony. Kalau gadis itu mengalami sesuatu, mereka seharusnya bisa menolongnya. Tidak perlu Timothy yang harus melakukannya. Namun sejurus kemudian Rina menyadari bahwa bukan cuma Timothy yang berlari ke pendopo, Davin dan Kenneth juga melakukannya. Memang apa yang spesial dari gadis itu hingga para ace tim basket begitu mempedulikannya?

Banyak skenario berkecamuk dalam pikiran Timothy begitu ia sampai di pendopo dan melihat Harmony yang terbaring di lantai. Apa yang Harmony dan teman-temannya lakukan? Bukannya tadi mereka sedang merayakan ulang tahun Harmony? Timothy memandang satu-persatu teman-teman Harmony di pendopo itu. Satu kesimpulan yang dicapainya. Pasti ada di antara mereka yang membuka topik tentang kasus penculikan 10 tahun yang lalu.

"Kenapa? Ada apa?" Davin muncul setelah melewati kerumunan orang di pendopo itu. Kenneth menyusul dibelakangnya.

"Bagaimana ini? Harmony pingsan" ujar Fiona kebingungan. Padahal beberapa menit yang lalu mereka masih bercanda, tapi gadis berambut pendek sebahu di depannya sekarang tidak memberikan respon apapun ketika Fiona memanggil-manggil namanya.

"Apa perlu panggil ambulance?" Zessica mengeluarkan handphone dari sakunya dan mulai mengetik nomor emergency.

"Gak perlu ambulance, bawa ke ruang kesehatan dulu." Kenneth menengok pada Timothy. Ia sudah pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. Yang diperlukan Harmony adalah tempat untuk beristirahat, ruangan yang tenang dan orang yang paham dengan situasi ini.

Crossing FatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang