Di tengah keheningan malam yang dingin, bulan purnama bersinar terang, menerangi atap sebuah kuil kecil yang tersembunyi di dalam hutan lebat. Seekor burung hantu bertengger di cabang pohon, kepalanya perlahan berputar 180 derajat, dan dari matanya yang tajam terpantul sebuah peristiwa aneh—sebuah retakan dimensi muncul di depan kuil, menyerupai portal yang diselimuti asap hitam pekat.
Retakan itu perlahan melebar, membuka sepenuhnya. Dari dalamnya, keluar sesosok makhluk aneh, mirip goblin dengan tubuh kecil dan empat mata. Wajahnya bengkok, punggungnya bungkuk, dan suaranya serak saat berbicara, "Manusia... sudah sampai... bisa keluar."
Dari dalam kegelapan, seorang pemuda muncul, mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Di tangan kirinya, ia menggenggam sebuah katana, sementara matanya menatap ke langit malam, menembus tirai awan tipis. Dengan satu gerakan, ia menyingkap tudung kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang penuh kelegaan. "Tak kusangka ini berhasil... akhirnya aku pulang," ucapnya pelan, dengan nada yang seolah memeluk cahaya bulan.
"Sudah sampai... berikan... imbalan..." makhluk kecil itu berseru dengan nada tak sabar.
Pemuda itu hanya mendengus pelan. "Benar-benar makhluk yang tidak sabaran." Ia melemparkan sebuah koin emas ke arah makhluk itu dengan ibu jarinya. Makhluk itu menangkap koin dengan kedua tangannya, matanya berbinar penuh rasa puas. "E... emasss... emasss..." Seraya mengangkat koin itu tinggi-tinggi, senyum lebar terukir di wajah anehnya.
Melihat tingkah makhluk itu, si pemuda tersenyum kecil. "Apakah kau benar-benar senang hanya dengan benda itu?" tanyanya ringan, namun makhluk itu tidak menjawab. Ia hanya terus memandangi koin itu dengan gembira.
Tanpa berkata lebih lanjut, pemuda itu berbalik dan mulai berjalan menjauh, angin dingin menerpa wajahnya saat ia menyusuri jalan setapak di dalam hutan.
Di antara pepohonan, terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa, *srek-srek-srek*. Tak lama kemudian, pemuda itu tiba-tiba dikepung oleh beberapa sosok misterius.
"Oi, siapa kau?! Apa yang kau lakukan di wilayah kami?" Suara seorang wanita bergema dari atas dahan pohon. Tangannya menggenggam erat batang pohon utama, tubuhnya seolah menyatu dengan bayang-bayang malam.
Pemuda itu memandang sekelilingnya dengan tenang."Oi, aku bertanya padamu! Apa kau dengar?!" Nada suara wanita itu semakin tinggi. Matanya kemudian tertuju pada katana yang tergantung di tangan pemuda itu. "Katana itu..." bisiknya, matanya menyempit.
Meski terlihat seperti katana biasa, ada aura kuat yang memancar dari senjata itu, sebuah kekuatan tersembunyi yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang peka. Wanita itu melompat turun dari pohon dan menghampiri pemuda tersebut. "Aku tanya sekali lagi, siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?"
Pemuda itu tetap diam, tak bergeming."Masih tidak mau menjawab, huh?! Baiklah, sepertinya kita harus menyelesaikan ini dengan cara lain." Dengan gerakan cepat, wanita itu menerjang ke arah pemuda, mengeluarkan kertas shikigami dari saku bajunya.
"Dalam kegelapan, percayalah padaku! Datanglah, Jorogumo!" teriaknya. Kertas shikigami bersinar, dan dari cahaya itu muncul sesosok siluman laba-laba raksasa. Bagian tubuh atasnya menyerupai seorang wanita, lengkap dengan sepasang katana di tangan manusianya. Makhluk itu berdiri di depan tuannya, siap menyerang.
Namun, saat hendak maju, Jorogumo tiba-tiba berhenti. Tubuhnya yang besar bergetar hebat. Ketakutan memancar dari setiap gerakan tubuhnya."Kenapa? Bukankah kau mau menyerangku?" Pemuda itu bertanya dengan nada tenang, sambil berjalan mendekat.
Mata Jorogumo terus menatap pemuda itu dengan ketakutan, sementara setiap langkahnya membuat makhluk itu mundur perlahan.
"Hei, Jorogumo! Kenapa kau berhenti?!" Wanita itu berteriak, suaranya penuh kebingungan dan frustrasi.
Namun pemuda itu tak berhenti melangkah maju, seolah membawa beban berat yang tak terlihat. Udara malam yang dingin kini terasa semakin membeku, dan tak ada suara lain kecuali detak jantung Jorogumo yang semakin cepat.
"Jorogumo... kau takut?" Wanita itu akhirnya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Shikigami yang biasanya mematikan, kini gemetar di hadapan lawannya.
Ketika pemuda itu berhenti tepat di depan siluman laba-laba itu, ia tidak menyerang, hanya menatap makhluk itu dengan tatapan yang dalam dan tenang, namun cukup kuat untuk membuatnya gemetar.
Dengan gerakan lambat, si pemuda mengangkat katananya. Mata Jorogumo berkedip, seolah tahu apa yang akan terjadi. Dalam sekejap, pemuda itu menebas shikigami itu dengan satu gerakan tajam, mengubahnya kembali menjadi kertas.
Orang-orang yang menyergapnya tadi terperanjat. Wanita itu terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. "Apa yang kau lakukan?!"
Namun, sebelum ia bisa melanjutkan protesnya, pemuda itu berbicara untuk kedua kalinya, "Dia tahu siapa aku. Itu sebabnya dia takut." Suaranya tenang, namun mengandung kekuatan dingin yang menghujam.
Wanita itu terdiam, merasa gentar. "Siapa... sebenarnya kau?" bisiknya, kini penuh dengan ketakutan yang tidak lagi bisa disembunyikan.
Pemuda itu tersenyum samar. "Aku? Aku hanyalah seseorang yang telah kembali dari tempat yang seharusnya tak mungkin bisa kembali."
Wanita itu mundur selangkah, merasakan aura mencekam yang kini menyelimuti pemuda itu. Bahkan shikigami terkuatnya tak berdaya, dan kini ketakutan itu merayap masuk ke dalam dirinya.
"Tempat... apa maksudmu?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
"Tempat di mana waktu berhenti, dan jiwa-jiwa terjebak dalam keabadian." jawab pemuda itu sambil menyarungkan kembali katananya. "Kalian seharusnya tidak menghalangi jalanku."
Tanpa berkata lebih lanjut, ia berbalik, meninggalkan wanita itu yang masih terpaku di tempat, dikuasai oleh rasa takut yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Siapa sebenarnya orang itu...?" pikirnya, hatinya masih terguncang.
Saat bayangan pemuda itu menghilang di antara pepohonan, wanita itu masih terpaku di tempatnya, perasaan takut menyelimuti hatinya. Namun, ia tahu ia tak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja. Sambil menggertakkan giginya, ia memanggil anak buahnya. "Kita tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja! Cari tahu siapa dia dan apa yang diinginkannya!"
Beberapa orang yang masih berada di sekitar segera bergerak, menghilang ke dalam kegelapan hutan untuk mengikuti jejak si pemuda.
YOU ARE READING
Arujin「アルジン」
ActionSuatu hari, Reiji Tsukishiro dan kakeknya diserang oleh iblis misterius. Meskipun kakeknya berhasil menyegel iblis tersebut, dia terluka parah dan terpaksa mengirim Reiji ke dimensi lain yang dihuni oleh Youkai. Sepuluh tahun berlalu, dan Reiji akhi...