Di ketinggian, ternyata ada sosok yang terbang dan mengawasi jalannya pertempuran yang terjadi. Pria yang melayang di atas itu adalah Ifrit bernama Izanaru, ia meletakkan satu tangan di belakang punggungnya, sedangkan tangan lainnya mengelus dagu dengan penuh minat. "Ho... Aku datang karena merasakan energi putra bodohku yang muncul setelah sekian lama menghilang. Siapa sangka, aku malah mendapati sesuatu yang lebih menarik." Tatapannya tertuju pada Reiji, yang kini berjalan di samping Bodas.
Namun, setelah beberapa saat berjalan, Reiji tiba-tiba berhenti. Instingnya menangkap sesuatu. Sebuah kehadiran kuat. Reiji tidak membuang waktu. Ia tahu sosok ini bukan sekadar pengamat biasa. Dengan satu gerakan cepat, ia mencabut pedangnya dan mengarahkan serangan dari bawah. Aura biru gelapnya berkobar kembali, menyelimuti pedangnya dengan energi yang begitu dahsyat.
Serangan itu begitu cepat dan kuat, menciptakan ledakan besar yang mengguncang udara, memotong awan yang menghalangi. Dalam sekejap, tangan kanan Izanaru terputus, jatuh ke tanah. Darah hitam memercik, membuat tanah di bawahnya menghitam.
Namun, Izanaru hanya tersenyum kecil, seolah hal itu hanyalah gangguan kecil baginya. Ia memandang tangannya yang terputus dengan ekspresi tenang, lalu menghela napas pendek. "Ya ampun," ucapnya santai, suaranya penuh nada sindiran, "kenapa anak muda zaman sekarang selalu saja emosian?"
Dalam hitungan detik, luka di bahunya mulai bersinar dengan cahaya merah pekat. Tulang, otot, dan kulitnya menyatu kembali, perlahan meregenerasi hingga tangan itu kembali utuh seperti sediakala. Tidak ada tanda-tanda cedera, seolah serangan Reiji sama sekali tidak berarti.
Izanaru mulai turun ke tanah, langkahnya angkuh namun penuh elegansi. Ia berdiri di hadapan Reiji dan Bodas dengan senyuman tipis di bibirnya. "Apakah itu tadi serangan terbaikmu, bocah?" tanyanya, nada suara penuh ejekan namun tanpa nada kemarahan.
Reiji, yang berdiri menggenggam erat pedangnya sambil menatap tajam ke arah Izanaru. "Jadi, kau bosnya," ujarnya dengan suara parau namun tegas.
Izanaru mendengus pelan, aura angkuhnya semakin mencolok. "Bos? Hmm, kurasa kau bisa menyebutnya begitu. Namun, mari kita jujur: Raiten hanyalah iblis lemah yang bahkan tidak pantas disebut sebagai anak buahku. Melihatnya musnah di tanganmu hanya membuktikan betapa tidak bergunanya dia." Tatapannya melayang ke bekas pertempuran, lalu kembali ke arah Reiji. "Tapi kau... kau jauh lebih menarik." Izanaru memegangi dagunya.
Reiji tidak merespons, hanya berdiri diam dengan kewaspadaan penuh. Namun, Izanaru melanjutkan tanpa memperdulikan sikap dingin itu. "Awalnya, aku hanya datang untuk memeriksa. Tapi sekarang, aku malah mendapati sesuatu yang jauh lebih berharga..." Ia menyipitkan mata, menatap aura biru yang masih samar-samar menyelimuti tubuh Reiji. "Energi itu... milikmu, bocah?"
Reiji tetap diam, tak ingin memberikan terlalu banyak informasi. Namun, Izanaru hanya terkekeh kecil, seolah sudah tahu jawabannya. "Ah.. manusia memang selalu menarik, terutama yang sepertimu. Kau... memiliki sesuatu yang bahkan para iblis pun jarang miliki."
Bodas maju setengah langkah, siap untuk bertarung. Namun, Izanaru hanya mengangkat tangannya dengan gerakan santai, seolah menyuruh mereka tenang. "Jangan khawatir," katanya dengan nada santai. "Aku tidak datang untuk bertarung. Setidaknya, tidak sekarang. Aku hanya ingin mengamati... dan memastikan kau hidup cukup lama untuk membuat permainan ini menjadi tidak membosankan."
Udara semakin dingin ketika Izanaru bersiap untuk pergi. "Kita akan bertemu lagi, bocah," katanya sambil melayang lebih tinggi. "Pastikan kau siap untuk pertarungan yang sesungguhnya ketika saatnya tiba." Dengan satu gerakan, berpose seperti salam pamit seorang bangsawan, sosoknya menghilang, meninggalkan keheningan yang mencekam.
Reiji dan Bodas berdiri diam di tempat mereka, merasakan tekanan besar yang baru saja pergi. Bodas akhirnya berbicara, memecah keheningan. "Makhluk itu... Dia bukan hanya sekadar iblis biasa. Apa tidak apa-apa kita biarkan begitu saja, Reiji-sama?"
YOU ARE READING
Arujin「アルジン」
ActionSuatu hari, Reiji Tsukishiro dan kakeknya diserang oleh iblis misterius. Meskipun kakeknya berhasil menyegel iblis tersebut, dia terluka parah dan terpaksa mengirim Reiji ke dimensi lain yang dihuni oleh Youkai. Sepuluh tahun berlalu, dan Reiji akhi...