chapter 6

3 0 0
                                    

Keesokan harinya, Jenan bangun dengan semangat baru. Setelah tidur cukup, ia merasa lebih segar dan siap menghadapi hari. Setelah menyantap sarapan dan bercanda dengan adik-adiknya, dia berangkat ke kampus. Suasana kampus pagi itu terlihat ramai, dengan banyak mahasiswa yang berkumpul, bercanda, dan membahas tugas.

Setibanya di kampus, Jenan langsung bertemu dengan teman-teman sekelasnya. Di antara mereka ada Budi, si jagoan main gitar, dan Sari, yang selalu ceria.

"Yo, Jen! Gimana semalam? Denger-denger lo lagi nyiptain lagu baru ya?" tanya Budi sambil menepuk bahunya.

"Eh, bener banget! Lagunya tentang... eh, ya gitu deh. Kayak nyeritain perasaan gue sekarang. Nanti aja deh, gue kasih tau pas udah jadi," jawab Jenan, masih berusaha menjaga misteri tentang lagu barunya.

Sari, yang duduk di sebelah Budi, langsung penasaran. "Wah, pasti asik! Judulnya apa? Lo mesti kasih tau kita, dong. Kita semua harus denger!"

"Belum ada judulnya, nih. Tapi temanya... ehm, tentang move on gitu deh. Gimana cara kita bangkit dari masalah," jelas Jenan, sambil memikirkan lirik yang masih berkecamuk di benaknya.

"Ah, move on! Kayaknya relatable banget buat banyak orang. Jangan-jangan ini tentang Syena?" goda Budi dengan senyum nakal.

"Udah deh, jangan dibahas yang itu! Ntar gue bisa baper lagi," Jenan menjawab sambil menggoda Budi.

Tiba-tiba, Dito, teman sekelas yang terkenal konyol, datang menghampiri mereka. "Hey, guys! Siapa yang baperan nih? Jenan, lo lagi galau ya? Atau lagi nunggu kabar dari si cantik itu?"

Jenan hanya bisa tersenyum getir. "Nggak galau, kok. Lagian, kalo baper, bisa-bisa gue tulis lagu buat dia lagi, kan?"

"Bisa jadi hit, tuh! 'Lagu Galau untuk Syena'," Dito mengangguk sambil tertawa.

"Pikirin dulu, deh. Ntar udah jadi baru kita rilis," ujar Sari. "Yang penting lo jangan sampe jadi musisi galau terus ya, Jen."

Mereka semua tertawa, dan Jenan merasa nyaman dengan suasana seperti itu. Dia tahu, meski ada rasa sakit yang masih tersisa, temannya selalu ada untuk menghibur dan mendukungnya.

Di tengah obrolan, bel tanda masuk kelas berbunyi, memecah suasana ceria itu. Mereka bergegas menuju ruang kelas. Di dalam, dosen sudah menunggu dengan tampang serius.

"Selamat pagi, semua! Hari ini kita akan membahas tentang musik dalam kehidupan sehari-hari," ujar dosen sambil membuka laptopnya.

Mata Jenan langsung berbinar. Dia sangat menyukai pembelajaran tentang musik, apalagi jika bisa mendiskusikan lagu-lagunya. Selama kelas berlangsung, dia menyimak dengan seksama, mencatat hal-hal penting, dan menyisipkan beberapa ide tentang lagu-lagu yang ingin dia ciptakan.

Setelah kelas selesai, Jenan dan teman-temannya berkumpul di kantin untuk makan siang.

"Lo udah mikirin liriknya, Jen?" tanya Budi sambil mengambil nasi goreng.

"Belum sih, tapi gue punya beberapa ide. Kayaknya harus ada bagian yang nyentuh tentang perasaan kita ketika berpisah," jawab Jenan.

"Bisa jadi inspirasi, tuh. Lagunya harus relate sama semua orang, biar bisa dengerin dan merasa," kata Sari.

"Setuju! Kalo lo perlu bantuan, bilang aja. Gue siap jadi backing vocal!" Dito bersemangat.

Jenan tertawa, "Nggak mau deh, suara lo kadang bikin galau!"

Mereka semua tertawa, menciptakan suasana yang penuh tawa dan canda. Jenan merasa beruntung memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.

"Yuk, kita latihan musik bareng nanti sore! Biar Jenan bisa dengerin ide dari kita juga," ajak Sari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk JenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang