Hai-hai,
Balik lagi sama cerita aku hehe. sebeneranya lagi ga mood untuk nulis tapi aku bosen. yauda deh buat saja!. agak gimana gitu dapat kabar yang mengejutkan banget.
Happy reading!
Pagi itu, alarm Zila tidak berbunyi. Ketika ia terbangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan 06.40, jantungnya langsung berdebar kencang. Matahari sudah tinggi, menandakan bahwa ia sudah terlambat jauh dari rutinitas biasanya.
“Astaga!” Zila langsung bangun dari tempat tidur seperti dikejar setan. Tubuhnya terasa lengket, tapi tidak ada waktu untuk memikirkan kenyamanan. Ini hari Senin, dan seperti yang sudah ia ketahui sejak lama, ada upacara bendera pagi ini. Ia sama sekali tidak boleh terlambat.
Tanpa berpikir panjang, Zila mengambil seragamnya dan berlari menuju kamar mandi. Mandi kilat, mengenakan seragam, menyisir rambut asal-asalan, lalu ia keluar dari kamar secepat mungkin. Ketika tiba di ruang tamu, suasana rumah sudah sepi—ibunya sudah pergi bekerja. Tak ada sarapan yang menantinya.
"Bagus, sekarang tinggal aku sendiri," gumam Zila sambil memasukkan buku-buku ke dalam tasnya dengan tergesa-gesa. Kakinya berlari keluar rumah, dan dalam sekejap, ia sudah berada di jalan menuju SMA Maju Bangsa.
Saat Zila menyadari betapa jauhnya jarak sekolah dan waktu yang sangat mepet, perasaan panik semakin menghantuinya. Ia berlari sekuat tenaga, namun rasanya tak ada cukup waktu. Peluh sudah membasahi tubuhnya, membuat seragam yang dikenakan terasa lengket di kulit. Udara pagi yang segar berubah menjadi napas berat yang memburu di dadanya.
Saat gerbang sekolah mulai terlihat di kejauhan, Zila memaksa dirinya untuk berlari lebih cepat lagi. Meski paru-parunya terasa hampir meledak, ia tidak berhenti. Tidak ada pilihan lain—ia tidak mau menanggung malu karena terlambat pada hari Senin, terutama ketika seluruh siswa berkumpul untuk upacara bendera.
Saat memasuki halaman sekolah, ia langsung menuju kelas tanpa memperlambat langkah. Namun, ketika berlari melewati koridor, tiba-tiba
Braak!!
Zila menghantam dada seseorang yang keras dan kokoh.
Ia terduduk di lantai, mengerang kesakitan, sambil melihat ke atas. Di depannya berdiri Allzian Maharaja,wajahnya datar dan kaku seperti patung marmer. Zila tergagap, tidak tahu harus berkata apa.
“All…” bisiknya pelan, tanpa suara. Tapi All hanya diam, memandang Zila tanpa emosi. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun matanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—seperti kemarahan yang terpendam, atau mungkin frustrasi.
Zila merasa aneh. Ada apa dengan All? Biasanya, cowok itu tidak pernah menunjukkan reaksi yang berlebihan, apalagi marah. Kali ini, sikap dinginnya terasa jauh berbeda.
Dengan satu gerakan tegas, All berbalik dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Zila hanya bisa terduduk di sana, bingung dan panik.
Saat ia berhasil berdiri, bel tanda masuk sudah berbunyi, dan Zila buru-buru menuju kelas. Pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian tadi, membuatnya gelisah sepanjang pagi.
Ketika jam istirahat tiba, Zila berjalan menuju kantin. Tapi suasana sekolah terasa berbeda. Di mana-mana, kelompok-kelompok siswa saling berbisik dengan penuh semangat. Ada sesuatu yang sedang dibicarakan. Dan ketika Zila tiba di kantin, ia melihat Maya dan beberapa temannya berkumpul sambil membicarakan sesuatu yang tampaknya penting.
“Maya, ada apa?” tanya Zila penasaran.
“Kamu belum dengar?” Maya menatapnya dengan antusias, matanya berkilat penuh gosip. “All putus sama Resstie!"
Zila terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. All dan Resstie putus? Tidak mungkin! Pasangan itu selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Mereka adalah simbol hubungan yang diimpikan banyak orang.
“Kapan?” tanya Zila, masih tak percaya.
“Baru kemarin. Resstie yang mutusin, katanya ada masalah yang nggak bisa mereka selesaikan. Mereka beda agama, kan? Ya, mungkin itu alasannya,” lanjut Maya.
Zila terdiam lagi. Hatinya terasa aneh. Ia tidak tahu apakah harus merasa lega atau justru sedih. All dan Resstie selalu tampak tak tergoyahkan. Mereka adalah pasangan sempurna yang semua orang kagumi. Jika mereka bisa putus, lalu apa artinya kesempurnaan itu?
Namun, di balik semua perasaan bingung itu, ada rasa penasaran yang diam-diam mulai tumbuh di dalam diri Zila. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Dan apakah ini akan mengubah hubungan All dengan dunia di sekitarnya—termasuk dengan dirinya?
Hari itu terasa sangat panjang bagi Zila. Gosip tentang All dan Resstie menyebar cepat ke seluruh sekolah, seperti api yang menyambar ranting kering. Setiap sudut, setiap ruangan, semuanya membicarakan hal yang sama. Bahkan saat upacara selesai dan Zila kembali ke kelas, pikirannya masih dipenuhi oleh kabar mengejutkan itu.
Bagaimana dengan All? Apakah ia baik-baik saja?
sAmpai jumpa dibagian selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden feelings
Teen FictionBagaimana jika kita adalah bayangan yang tak pernah terlihat, tiba-tiba disinari cahaya yang membuat keberadaan kita disadari? Inilah kisah Azilla Syahara, gadis dengan kuncir kuda yang secara tak terduga diajak pacaran oleh cowok primadona yang bar...