3. unforgettable kindness

3 1 0
                                    

Hai,

aku sebenarnya bingung si sama alurnya. but, aku suka banget sama ceritanya. aku udah siapin ending yang bahagia banget buat para pembaca tercinta. tungguin yaaw!!!

Happy reading

Di hari-hari biasa, Zila bukanlah gadis yang suka menarik perhatian. Dia lebih suka duduk di pojok kelas, mengamati dunia di sekitarnya daripada ikut terlibat dalam percakapan yang ramai. Kehidupannya berjalan tenang dan sederhana. Tidak ada yang istimewa.

Di rumah, Zila juga bukan pusat perhatian. Ibunya, seorang single parent yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai perawat, jarang sekali punya waktu untuk duduk dan berbicara dengannya. Hubungan mereka terasa datar, seolah keduanya hidup di dunia yang berbeda meskipun berada di bawah atap yang sama.

Setiap sore, Zila biasanya menghabiskan waktunya di kamar. Buku-buku dan musik jadi pelarian terbaik dari rasa sepi yang selalu menghantui. Meskipun ia bukan siswa yang malas, dia juga tidak terlalu berambisi seperti Resstie atau Maya, sahabatnya. Prestasi akademik Zila biasa-biasa saja, tapi itu sudah cukup baginya. Ia tidak pernah berharap banyak.

Kadang, Zila berpikir apakah hidupnya akan berbeda jika ia bisa lebih berani. Berani untuk mengungkapkan perasaannya, atau setidaknya berani untuk mencari jalan hidupnya sendiri tanpa selalu merasa berada di bawah bayang-bayang orang lain. Di saat teman-temannya sibuk merencanakan masa depan, Zila masih belum tahu pasti apa yang dia inginkan. Semua terasa kabur, seperti berjalan dalam kabut tanpa arah.

Sore itu, Zila sedang berjalan santai di trotoar sore itu, menikmati angin lembut yang mengusap wajahnya. Saat ia berbelok di tikungan, pandangannya tertumbuk pada sebuah pemandangan yang membuat langkahnya terhenti. Di seberang jalan, seorang gadis dengan rambut panjang tergerai membantu seorang lansia menyeberang jalan dengan lembut dan hati-hati. Tanpa perlu mengenal lebih dekat, Zila tahu siapa gadis itu. Resstie Aourora.

Dari jauh, sosok Resstie tampak tak berbeda dari yang dikenalnya dulu—sempurna dan selalu membawa aura kebaikan. Pemandangan itu membuat Zila terlempar kembali ke masa lalu, ke hari-hari yang paling ingin ia lupakan tapi tetap membekas dalam ingatannya.

Di masa SMP, Zila tidak pernah menjadi bagian dari kerumunan populer. Ia sering menjadi bahan ejekan dan bahkan menjadi korban bully dari teman-teman sekelasnya. Suatu hari, saat ejekan mereka menjadi lebih buruk, Zila dikerjai hingga seragamnya basah oleh air. Itu adalah salah satu hari terburuknya, dan ia merasa sangat terhina. Namun, tepat ketika ia merasa seluruh dunia menjauhinya, Resstie datang.

Resstie, dengan senyum lembut yang menenangkan, datang membawakan baju seragam cadangan. "Pakai ini, biar kamu nggak kedinginan," katanya, seakan-akan kejadian itu adalah hal yang biasa saja. Zila tidak pernah tahu mengapa Resstie begitu baik padanya, padahal mereka bukanlah teman dekat.

Sejak saat itu, Zila mulai memperhatikan bahwa Resstie bukan hanya primadona sekolah karena kecantikannya atau kepintarannya, tapi juga karena kebaikan hatinya. Suatu ketika, mereka berada dalam satu kelompok tugas yang sulit, dan Resstie tanpa ragu mengambil alih bagian yang paling rumit, memastikan semuanya selesai dengan sempurna. Bagi Zila, Resstie seperti malaikat yang muncul di saat-saat terburuknya, membantu tanpa banyak bicara, dan kemudian pergi seolah tidak ingin mengharapkan apa pun sebagai balasan.

Kembali ke masa kini, Zila melihat bagaimana Resstie menyeberang jalan dengan sang lansia. Pemandangan itu membuatnya tersenyum pahit.

"Mungkin dia memang selalu begitu," pikir Zila. Resstie selalu menjadi sosok yang tidak hanya sempurna di luar, tetapi juga memiliki kebaikan yang tulus dari dalam.

Namun, meski begitu, Zila tetap merasa ada jarak yang begitu besar antara mereka. Resstie adalah seseorang yang begitu jauh dari kehidupannya sekarang. Setelah pertemuan singkat mereka di masa SMP, jalan hidup mereka berpisah begitu cepat. Resstie menjadi bintang, sementara Zila tetap berada di bayang-bayang.

Zila memutuskan untuk memperlambat langkahnya. Dia tidak tahu mengapa, tetapi melihat sosok Resstie lagi setelah bertahun-tahun mengingatkannya pada sesuatu yang telah lama terkubur dalam ingatannya. Mungkin karena begitu banyak kenangan SMP yang selalu ia coba lupakan, tapi satu hal yang tetap jelas—kebaikan Resstie yang sederhana namun mendalam.

 Mungkin karena begitu banyak kenangan SMP yang selalu ia coba lupakan, tapi satu hal yang tetap jelas—kebaikan Resstie yang sederhana namun mendalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya ilustrasi

sAmpai jumpa dibagian selanjutnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sAmpai jumpa dibagian selanjutnya!

Hidden feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang