Hai, jumpa lagi.
Tak nyangka bisa sampai bab lima ya!. buat yang baca jangan lupa Vote dan komen ya. supaya amore semangat nulisnya. okei
Happy reading!
Langit sore tampak menggantung dengan awan-awan kelabu yang perlahan menutup cahaya matahari. Udara di sekitar terasa berat, seolah menyimpan sesuatu yang tak terucapkan. Zila berjalan pelan, dengan langkah ragu, menyusuri koridor sekolah yang mulai lengang. Hatinya masih berdegup kencang, campuran antara keterkejutan dan ketidakpercayaan memenuhi benaknya. Barusan, Allzian—si cowok cuek yang jarang menampakkan perasaan—mengajaknya jalan bareng. Rasanya seperti adegan dari mimpi yang tak pernah ia bayangkan.
Zila menggigit bibirnya, berusaha menenangkan detak jantung yang tak terkendali. "Ini nyata, kan? Bukan sekadar lamunan," gumamnya pelan. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat, seolah waktu ingin memperpanjang kekagetannya. Ia mencoba memproses ulang apa yang baru saja terjadi. Allzian, yang biasanya hanya menjawab dengan singkat atau mengabaikan keberadaannya, tiba-tiba menawarinya jalan sore. Dan itu… membuat seluruh tubuhnya terselimuti rasa gugup yang aneh.
Sembari menunggu di bangku taman sekolah yang sepi, pikiran Zila terus dipenuhi tanda tanya. Ada angin yang berembus pelan, membawa aroma hujan yang sebentar lagi turun. Dunia di sekitarnya terasa semakin samar, seolah hanya ada dia dan bayang-bayang tentang Allzian. Sungguh, tidak ada yang pernah mengira All akan melakukan hal seperti ini. Kenapa harus dia? Apa mungkin ini ada hubungannya dengan gosip putusnya Allzian dan Resstie? atau bahkan masalah yang lebih parah lagi?.
Zila tak punya waktu lagi untuk memproses kejadian dan menerka-nerka makna dari semua ini. waktunya hanya beberapa jam lagi, Zila langsung masuk ke rumah dengan langkah tergesa-gesa. Pintu berderit saat ia membukanya, dan ia segera melepas sepatunya, melangkah cepat menuju kamarnya. Jantungnya masih berdebar tidak karuan sejak percakapan singkatnya dengan Allzian. Di balik sikap dingin cowok itu, ada sesuatu yang terasa begitu nyata, begitu... mengejutkan. Sebelum ia sempat menenangkan diri, tubuhnya sudah bergerak mengikuti naluri.
Di dalam kamar, Zila melempar tasnya ke atas kasur dan berdiri di depan cermin. “Gila...” gumamnya, menatap wajahnya sendiri yang tampak sedikit memerah. Pikiran tentang Allzian terus berputar-putar di kepala. Cowok itu mengajaknya ketemuan di sebuah kafe. Rasanya aneh, tidak pernah ia bayangkan Allzian Maharaja yang selalu bersikap cuek mengajaknya keluar seperti ini. Tapi di balik perasaan bingung itu, ada dorongan yang membuatnya ingin tampil lebih baik.
Zila membuka lemari pakaian, matanya mengamati deretan baju yang tergantung. Ia tidak punya banyak waktu, tapi tetap saja, memilih pakaian terasa seperti misi besar. "Ini pertama kalinya aku bakal ketemu dia di luar sekolah," pikirnya sambil menarik keluar satu persatu pakaian. Apa yang harus ia pakai? Jeans dan kaos biasa? Terlalu santai. Dress? Ah, terlalu berlebihan.
Setelah lama berkutat di depan cermin, akhirnya Zila memilih kaos putih polos dengan celana kulot hitam. Sederhana, tapi terlihat rapi. Ia mengikat rambutnya dengan asal, tapi setelah melihat refleksinya di cermin, ia kembali mengurungkan niatnya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Oke... sudah cukup," ucapnya meyakinkan diri, meski hatinya masih terasa bergejolak.
Setelah memastikan penampilannya, Zila mengambil tas kecil dan keluar dari kamarnya. Kakinya bergerak cepat menuju pintu depan, tapi sebelum pergi, ia sempat melirik dapur yang sepi.lbunya belum pulang kerja. Pikirannya melayang sejenak ke hal-hal kecil yang biasa terjadi di rumah. Zila dan ibunya jarang berbicara, apalagi sejak ayahnya meninggal. Hubungan mereka terasa hambar, seperti dua orang asing yang tinggal di bawah satu atap. Tapi untuk kali ini, Zila memilih untuk tidak memikirkan itu. Ada hal lain yang lebih mendesak—pertemuan dengan Allzian.
Setibanya di kafe yang ditentukan, Zila menahan napas. Ia berdiri di depan pintu kaca, memperhatikan pengunjung yang ada di dalam. Di sana. Allzian sudah duduk di pojokan, dengan tatapan yang selalu serius. Ia mengenakan jaket hitam, dan wajahnya tetap terlihat tenang, tanpa ekspresi yang berlebihan. Dengan ragu-ragu, Zila melangkah masuk, perasaan gugup semakin menghantuinya.
“All...” Zila menyapa pelan saat tiba di meja, tapi cowok itu tidak langsung menoleh. Ia hanya mengangkat pandangannya sebentar, seakan mengamati Zila dengan tatapan yang sulit diterjemahkan.
Zila duduk di seberangnya, suasana terasa begitu canggung. Tidak ada basa-basi, tidak ada obrolan ringan seperti yang biasa dilakukan orang lain saat bertemu. Hanya ada keheningan yang menggantung di antara mereka. Zila berusaha mencari kata-kata, tapi mulutnya terasa terkunci.
Lalu, tiba-tiba, Allzian membuka suara. "Gue suka mata lo."
Kalimat itu keluar begitu saja, tanpa jeda. Zila tersentak, tidak yakin apakah ia mendengar dengan benar. Ia mengerjap pelan, menatap All dengan bingung. "Apa...?"
Allzian tidak menjelaskan. Wajahnya tetap datar, namun kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu tegas, begitu pasti. “Gue suka cara lo kaget. Gue suka bentuk wajah lo, dan senyum lo juga... bikin beda.”
Zila membeku di tempatnya, perasaannya terombang-ambing. Ini pasti mimpi, kan? Tidak ada cara lain untuk menjelaskan situasi ini. Allzian Maharaja yang dingin dan cuek, tiba-tiba mengatakan hal-hal seperti itu padanya?
Dan sebelum Zila bisa berkata apapun, Allzian melanjutkan, “Ayo pacaran.”
Kalimat itu terucap dengan mudah dari bibirnya, tanpa ragu sedikitpun. Zila terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya seperti membatu di tempat, pikirannya berkecamuk. Apa yang harus ia katakan? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Dunia terasa berputar di sekelilingnya, tapi Zila tidak bisa memprosesnya dengan jelas.
Kata-kata itu masih menggantung di udara, menunggu jawaban. Namun, Zila hanya duduk di sana, terperangkap dalam kekagetannya yang tak kunjung mereda.
Dunia serasa berhenti. “Lo... serius?” Suaranya nyaris tak terdengar.
Allzian mengangguk tanpa ragu, “Kalau lo mau.”
Zila terdiam, pikirannya bercampur aduk antara rasa tak percaya dan kegembiraan yang membuncah. Dan sebelum ia sempat berpikir panjang, mulutnya sudah lebih dulu menjawab, “Mau.”
couple Allzian-Resstie mendadak karam💔.
All-ress
atau
All-zila
sAmpai jumpa dibagian selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden feelings
Ficção AdolescenteBagaimana jika kita adalah bayangan yang tak pernah terlihat, tiba-tiba disinari cahaya yang membuat keberadaan kita disadari? Inilah kisah Azilla Syahara, gadis dengan kuncir kuda yang secara tak terduga diajak pacaran oleh cowok primadona yang bar...