Sampah Dimensi
Ruha yang mendapat tatapan penuh tanya dari Anzan hanya menatapnya balik tanpa berniat melakukan apa pun. Sepertinya makhluk itu tidak berniat mengatakan apa yang harus Anzan lakukan soal ramuan itu. Ia mengela napas sejenak sebelum akhirnya menyetujui permintaan Wanita tersebut.
"Baiklah. Saya akan coba menyiapkannya."
Anzan menarik Ruha ke ruangan belakang toko dan membuat makhluk itu meronta tak terima. "Apa yang kau mau, ha?"
"Ha ... Setidaknya beritahu aku di mana aku bisa mendapatkan ramuan penyubur itu."
Dengan wajah yang masih tidak bersahabat, Ruha membuang pandangannya. "Sudah aku katakan. Tanaman itu tidak akan hidup kalau dirawat olehnya."
"Kenapa?"
"Kenapa kau begitu penasaran dengan banyak hal?"
Anzan mengacak rambutnya yang memang sudah sedikit berantakan. Ini hal tersulit saat berinteraksi dengan Ruha. Dia tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan gamblang tanpa membuat percakapannya berputar-putar.
"Aku harus tahu penyebabnya terlebih dulu, kenapa pelanggan itu tidak akan bisa merawat bunganya?"
"Astaga, itu karena dia dari Dimensi Gunung Karaja. Seluruh dataran di sana ditutupi salju sepanjang tahun. Tidak ada tanaman hias yang bertahan hidup di sana."
Anzan memangku salah satu tangannya dengan tangan yang lain yang menyentuh dagu. Ia mencoba berpikir. "Itu berati pelanggan tadi dari dimensi yang sama dengan Ruha? Pantas saja dia tahu betul siapa Ruha."
Ruha yang melihat ekspresi Anzan, menatap tajam manusia itu. "Apa yang kau pikirkan, ha?"
"Tidak ada." Anzan menaikkan kedua bahunya. "Jadi, apa aku harus menemui si kembar untuk meminta ramuan penyubur?"
"Kau ini tidak paham bahasa, ya?" Ruha menautkan kedua alis, kesal karena lawan bicaranya cukup keras kepala. Anzan menarik salah satu sudut bibirnya, menciptakan senyum tipis dari wajah datarnya.
"Biarkan dia mencobanya. Setidaknya, dia tidak akan penasaran lagi."
Ketika Anzan berbalik hendak pergi, dengan cepat tangan Ruha menahan lengan laki-laki itu. "Kau tidak bisa melakukannya!"
"Kenapa pula?"
"Kau itu banyak tanya!" Dengan kesal, Ruha mendaratkan bogem mentah tepat di kepala Anzan. Laki-laki itu seketika mengerang sakit sambil terus memegang kepalanya. Ruha meninggalkan Anzan yang masih meringkuk merasakan kepalanya.
"Dasar Naga Uban!" hardik Anzan pelan.
Anzan segera ke lantai atas di mana si Kembar-Yuri dan Yoshi-biasa menyimpan banyak ramuan hasil eksperimen mereka saat tidak melakukan pekerjaan siftnya. Serupa dengan yang dilakukannya tadi, Anzan mengetuk pintu pelan sebelum akhirnya pintu bercorak kayu dengan ukiran dedaunan itu terbuka dengan sendirinya.
Belum sempat Anzan melangkah masuk, suara bernada seorang wanita mengalihkan fokus Anzan. Itu Aya. Tidak ada wanita lain yang bekerja selain dia di Toserba ini. Dia dengan bersenandung sembari membawa tumpukan kardus yang bahkan sudah melebihi kepalanya.
"Aya!" Mendengar namanya tertersebut, wanita itu reflek menoleh dan membuat tumpukan kardus yang dibawanya hampir terjatuh. Dengan cepat Anzan menahan kardus itu dan mengambil alih beberapa agar wajah Aya terlihat.
"Eh, ada apa?"
"Aku mau tanya sesuatu. Kenapa Ruha melarang seorang pelanggan yang mau merawat bunga lily?" Anzan langsung melontarkan pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOSERBA
FantasyToserba Alam Ras, apa pun yang Anda cari bisa ditemukan di toko ini. Menyediakan berbagai kebutuhan mulai dari: makanan segar, pakaian, sembako, batu permata makhluk legenda, ramuan hasil racikan ras penyihir, dan lain sebagainya. Toko ini juga meny...