Bab 2. Mengenalmu

0 0 0
                                    

Jujur saja hari ini para kakak-kakak osis yang menemani kami dari pagi hingga siang ini sungguh mengasyikkan.

Kami di perkenalkan bagaimana SMA Harmoni Gemilang itu, mulai dari denah, dan apa-apa saja eskul serta juga ternyata osis di sekolah ini memiliki banyak bidang. Hal itu cukup menarik, tapi sayangnya kami harus memasuki kelas sebelas terlebih dahulu.

Tiga kakak osis kami itu mampu membuat hari pertama kali di SMA menyenangkan, terlebih salah satunya yang sangat menarik perhatian gue, ya walaupun kakak itu tak terlalu banyak bicara.

Senyuman manis di bibir tipisnya mampu membuat jantung gue tak terkontrol. Kini, di kelas hanya tersisa gue dan kawan sebangku gue dan ketiga kakak osis itu yang masih sibuk tiga-tiganya berkutat dengan benda pipihnya itu.

Gue dan teman sebangku gue yang bernama Dika pun mulai berjalan, namun saat kami sudah bertemu tatap muka dengan ketiga kakak osis kami itu.

"Bye Lingga, Dika!" ucap salah satu dari mereka yang berkerudung, dia bernama Amira.

Dia lah salah satu dari ketiga perempuan itu yang paling lucu. Memiliki tinggi yang hanya sebahu gue. Wajahnya yang tersenyum dan lucu selalu dapat menghibur kami.

Hanya Kak Amira atau yang bernama lengkap Amira Nazeera dan biasa di panggil Kak Ami yang terlalu aktif di kelas tadi Kak Syifa dan Kakak yang memiliki senyuman manis itu juga tak seaktif kek Ami, dan jujur saja gue belum mengetahui nama kakak pemilik senyuman manis itu.

Dan entah dapat kebenarian darimana gue langsung bertanya, "kak Ami, kakak yang gak berkerudung itu namanya siapa?"

Alis kak Ami sontak berkerut dan matanya membesar sambil senyum pun mulai di mekarkannya membuat ekspresi seolah mengatakan "apa gerangan nih".

"Tinggal bilang aja kak, yaelah!" gue pun mengomentari tatapan kak Ami dengan nada marah.

Sebelum kakak itu menjawab, Dika pun menyikut gue dengan tatapan yang hampir sama dengan kak Ami.

"Nama kakak tuh, Kak Kirana Azhira, udah langsung aja Lingga kakak tuh belum ada," ujar kak Ami asal.

Ya, pastinya Kak Ami ngasal mengatakan itu karena tak mungkin perempuan secantik Kak Kirana belum mendapatkan pasangan.

"Ah, Kak Ami bohong."

"Lah? Gak percaya, Ki! Betulan kan lo belum punya pacar?"

Astaga! Sungguh malunya gue ketika Kak Ami menanyakan itu, apalagi yang paling pertama Kak Kirana lihat adalah gue.

Perempuan itu menampar rambutnya kebelakang sehingga menambah aura kecantikannya, di tambah lagi saat Kak Kirana mulai berjalan terpaan angin kecil membuat beberapa helai rambutnya terombang-ambing.

Senyuman indahnya itu mulai perlihatkan, "emang kenapa kalau gue udahv

Kalingga: Cinta & SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang