Kitten

17 2 1
                                    

"Jadiii... Lu masih mau tetap kagak mau cerita ke gue alasan mata lu bengkak sampai sekarang?" Farrel
berujar sambil mengaduk jus orange yang baru aja dia pesan.

Prema hanya menghelah napas, setelah itu melanjutkan suapan makan siangnya. Selain bingung prema juga sangat malu untuk menceritakan tentang kejadian semalam. Lagipun farrel belum tahu apa - apa tentang perasaan prema pada bhumi, walaupun sama - sama memiliki sexual yang menyimpang.

Tapi karena Prema merasa mencintai bhumi itu suatu kesalahan fatal dan tidak etis, Prema tidak berani menceritakan atau konsultasi apapun pada Farrel.

Cukup Prema simpan dalam hati dan tidak boleh melibatkan siapapun.

"Prem? Jawab!" Tegur Farrel.

"Nggak mau Farrel." Tolak Prema.

"Kenapa? Lu nggak sayang gue lagi? Lu ada teman baru yang lebih seru kan? Ohh..Atau lu udah nggak anggap gue sahabat lu lagi ya?" Pertanyaan Farrel begitu panjang sekali, rinci dan bikin ketawa.

Astaga, Farrel mulai lagi dengan drama barunya, " Mulai deh, siapa sih yang bakal ganti posisi lu dari hati gue sayang!! Lu nggak usah khawatir, gue baik - baik aja, nih fokus habisin batagor lu ke buru dingin."

"Ah, lu mah.." Sambil kecewa farrel menyuapkan batagor ke dalam mulutnya. Untung saja batagornya memiliki rasa yang sangat enak, pikiran Farrel langsung berubah dan mengalihkan topik ke batagor yang sedang mereka makan.

Selesai istirahat, kebetulan sekali jam terakhir guru - guru sedang mengadakan rapat. Prema lalu memilih pergi ke perpustakaan mengulas kembali pelajaran sebelumnya, sedangkan Farrel memilih bermain bersama teman sekelas lainnya. Anak itu tahu kalau prema akan belajar, karena daripada nanti pada akhirnya dia mengganggu mending tidak usah ikut sekalian.

Lalu disinilah Prema di ruang sunyi, yang benar - benar dijaga ketertiban nya oleh penjaga sekolah. Belajar di perpustakaan memang surga sekali. Kebetulan prema sudah ada di perpustakaan mungkin sekitar setengah jam lebih. Ketika hendak merenggangkan tubuh yang pegal - pegal, Prema kaget ada kehadiran sekotak susu di meja dan memalingkan wajah ke depan.

"Mas orion?"

Orion masih lengkap dengan jersey basketnya kalau Prema kira Orion kayaknya baru beres selesai latihan tanding bareng sekolah sebelah. 

"Hai."

"Sudah lama nunggunya?" Tanya prema penasaran.

"Nggak. Maksudnya nggak tahu. Soalnya nungguin lu nggak pernah berasa lama."

"Ha? Kok bisa??"

"Liat wajah lu yang lucu jadi tenggelam dalam pikiran deh, makanya nggak berasa lamanya."

"Kumat, nggak jelas!"

"Tapi, kehadiran gue disini bukan cuma mau kasih ini doang." Orion mengetuk kotak susu di meja.

"Emang mau ngapain?"

"Ikut gue!"

Prema mengekori tiap gerakan Orion, kalau dari arah jalannya sih..sepertinya Orion akan membawa dirinya ke belakang sekolah.

Dan, yap! Benar sekali dugaan prema, Orion membawa dia ke belakang sekolah dekat gedung yang terbengkalai.

Prema cuma bisa berdiri diam saja dan menunggu Orion yang sedang mengelilingi gedung sambil mengeluarkan suara aneh. Lalu...

"Miauw.." Suara dari anak kucing yang sedang Orion peluk.

"LUCUUUU BANGETTT MASS!!! MATANYA SEBELAH BIRU, PIPINYA JUGA GEMBUL! MAS BAWA MAKANANNYA NGGAK?"

"Tenang aja, gue selalu bawa. Nih.." Orion memberikan bungkusan kecil berisikan makanan basah khusus kucing.

Prema tersenyum senang, " Makasih mass!!"

Melihat Prema yang bahagia jawaban Orion hanya mengangguk.

Setelah bertemu kucing pada siang waktu jam kosong tadi, malamnya prema buru - buru mengajak bhumi ke toko kucing membelikan seluruh peralatan dan kebutuhan anak kucing. Kucing yang prema temuin masih kecil jadi butuh perawatan ekstra biar nanti tumbuhnya makin gembul.

"Kenapa tiba - tiba ke toko kucing?"

"Ung? Ohh.. Mas Orion yang kemaren bawakan barang prema, kak bhumi ingat?" Bhumi mengangguk walau sebenarnya masih berusaha mengingat.

"Dia nemuin kucing di dekat gedung terbengkalai, kucingnya masih kecil, matanya cantik sebelah kiri warna biru, bulunya walaupun pendek tapi pada tebal - tebal, kan sayang kalau nggak di rawat baik - baik."

Bhumi tidak mendengarkan ocehan prema, karena baru menyadari pakaian prema yang menurut Bhumi sangat kurang pantas untuk dipakai keluar, " Kenapa pakai celana pendek." Gumam bhumi gelisah.

"Kak, tolong ambilkan ini, yang ini, itu.. sama.."

"Baik kak.."

Bhumi hanya bisa mengekori prema dari belakang tidak mau ikut campur, karena Bhumi sendiri tidak terlalu menyukai kucing ( kecuali prema) dirinya lebih menyukai anak anjing.

Sampai Bhumi menyadari tatapan karyawan laki - laki tua disana memandang prema kurang ajar segera bhumi menarik tubuh prema untuk mendekat ke dirinya.

"Berhenti." Suruh Bhumi ke pelayan toko.

"Kenapa kak?" Tanya prema bingung.

Tanpa banyak bicara Bhumi langsung melepas jaketnya dan mengikatnya dipinggang prema dengan rapi menutupi bagian belakangnya.

"Kenapa ditutupin???"

"Nurut aja prem."

Oke, yang lebih tua menang, prema tidak lagi bertanya - tanya dan melanjutkan memilih barang untuk kebutuhan kucing tadi.

Sedangkan Bhumi langsung menatap sinis ke arah karyawan tua yang gelagapan karena ketangkap basah memandang prema tak senonoh.

Can i? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang