00

627 24 3
                                    

February Febryan Calandra, biasa di panggil Ryan. Seorang anak laki-laki manis, anak dari Tuan Calandra dan Nona Belva. Ia biasa di panggil Ryan, dirinya juga baru menduduki kelas 12 SMA di salah satu SMA favorit di kota Bogor.

Di sekolah, Ryan anak yang cukup aktif. Dia mantan anak PMR, hobi menonton series BL, dan mengagumi teman sekelasnya.. Raden Calvin Arora, atau yang biasa di panggil Calvin.

Sudah terhitung tiga tahun sejak MPLS, Ryan mulai mengagumi Calvin. Pria yang tampak aktif di ekstrakulikuler basket, memiliki banyak sekali teman, dan juga menjadi salah satu pria paling terkenal di sekolah.

Sore itu sepulang sekolah, sang ayah tiba-tiba meminta Ryan untuk duduk dihadapan kedua orang tua nya. Ryan hanya menurut.

"Ryan, ayah sama ibu mau bicara sesuatu." - Tuan Calandra.

"Bicara apa? Kayaknya penting banget." - Ryan.

"Jadi gini, dulu ayah punya perjanjian sama teman ayah. Kita berdua mau jodohin anak kita sebelum mereka lulus SMA. Kebetulan anak teman ayah ini satu sekolah sama kamu, dia juga seumuran kamu kok. Kamu mau kan?." - Tuan Calandra.

Ryan terkejut, sesuatu yang begitu mendadak dan hampir membuat jantungnya berhenti seketika. Dijodohin? Apakah ini zaman Siti Nurbaya? Masih zaman ya di jodohin?.

"Ayah, yang bener aja?." - Ryan.

Sang ayah mengangguk, "Ayah gak main-main Ryan."

Ryan menggelengkan kepalanya, "Ryan gak mau -! Lagian apaan sih, Ryan bisa cari pasangan sendiri."

"Ryan, kamu gak bisa nolak. Perjanjian ini udah dari bertahun-tahun yang lalu, anggap aja ini bayaran karena ayah sama ibu udah besarin Ryan." - Nona Belva.

Ryan semakin terkejut saat sang ibu dengan tega nya berbicara seperti itu, bukankah membesarkan Ryan adalah kewajiban orang tua nya? Lantas, mengapa mereka menganggap itu sebagai hutang yang harus Ryan bayar.

"Gak ada penolakan, besok Om Monta sama Tante Sera mau kesini bareng anaknya." - Ayah.

Ryan berdiri dengan wajah kecewa, ia berlari ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan sangat kencang.

_

Sementara itu di tempat lain.

"Calvin, keluar nak.. mama sama papa mau bicara."

Teriak seorang wanita dari ruang keluarga.

Cklekk__

Terdengar suara pintu di buka, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun keluar dengan rambut basah dan juga handuk yang berada di pundaknya. Anak itu adalah Calvin, anak dari Tuan Monta dan Nona Sera.

"Apa mah? Pah?." - Calvin.

"Duduk dulu Vin." - Nona Sera.

Calvin mengangguk, ia duduk dihadapan kedua orang tua nya yang terlihat serius.

"Jadi gini, papa dulu punya perjanjian sama teman papa. Perjanjian nya itu, papa sama dia bakalan jodohin anak kita sebelum mereka lulus SMA. Nah, papa mau jodohin kamu sama anak mereka. Namanya February Febryan Calandra, biasanya di panggil Ryan. Anak nya lucu, papa yakin kamu pasti suka." - Tuan Monta.

Calvin membelalakkan mata nya, apakah ia salah dengar? Itu adalah nama teman sekelasnya, tapi teman nya adalah laki-laki. Apakah dirinya akan dijodohkan dengan seorang pria? Apakah orang tua nya sudah gila?.

"February Febryan Calandra? Itu kayak nama teman Calvin deh pah, tapi dia cowok. Calvin gak di jodohin sama cowok kan?." - Calvin.

"Loh, papa sama mama justru mau bilang itu. Dia teman sekelas kamu, dia cowok. Papa harap kamu gak nolak karena kamu gak akan bisa nolak, ini perjanjian dari bertahun-tahun lalu." - Tuan Monta.

Calvin terdiam, ia berpikir bahwa orang tua nya benar-benar gila.

"Nak, terima aja ya? Ini yang terbaik buat kamu juga kok, papa sama mama bakalan kasih perusahaan kita berdua ke kamu setelah kamu lulus SMA, kamu boleh kuliah dimanapun yang kamu mau. Kalo kamu nolak, kamu gak akan dapet warisan apapun." - Nona Sera.

"Mah kok main nya gitu sih?." - Calvin.

"Ya makanya terima, gimana? Mau warisan kan? Gak mungkin dong anak semata wayang gak mau warisan." - Tuan Monta.

Calvin berdecak, jika sudah menyangkut warisan seperti ini mau tak mau ia harus menerima nya meskipun tak suka.

"Iya, Calvin terima." - Calvin.

"Oke, besok siap-siap. Kita lamar anak nya om Calandra." - Papa.

"Loh, secepat itu? Tapi kan Calvin masih SMA, bisa gak sih lulus SMA aja?." - Calvin.

"Mau cepat dapet warisan gak? Perjanjian nya aja kan sebelum lulus SMA." - Papa.

Calvin kembali berdecak, ia tak menjawab dan memilih masuk ke kamar nya. Ya, beginilah orang tua nya. Mereka selalu mengancam menggunakan warisan, padahal sudah hal nya untuk mendapatkan warisan karena ia anak tunggal.

Salah Ku Dimana? | CalFeb 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang