Laut Berbisik 17

217 31 2
                                    

Setelah selesai makan takoyaki, Haikal dan Mahen menikmati waktu mereka di taman sambil berbincang. Mahen yang tak ingin Haikal kesepian atau repot, menawarkan untuk mengantarnya ke sekolah.

"Besok berangkatnya sama abang aja, ya?" tanya Mahen.

"Haikal bisa naik bus kok, bang. Nggak papa," jawab Haikal, berusaha tidak membebani Mahen.

"Udah, sama abang aja sekalian. Abang juga mau ke kampus," jawab Mahen, menegaskan.

"Yaudah deh kalau gitu," jawab Haikal sambil tersenyum.

Setelah itu, Mahen mengantar Haikal pulang. Sebelum tidur, Mahen selalu mengingatkan Haikal untuk meminum obatnya. Keesokan paginya, mereka berangkat ke sekolah seperti biasa, meskipun mereka jarang sarapan pagi.

"Haikal, masuk dulu ya, bang," ucap Haikal saat sampai di depan pintu sekolah.

"Iya, belajar yang rajin ya, nilai itu nggak penting. Oke?" jawab Mahen dengan lembut.

"Oke, abang," jawab Haikal dengan senyuman.

"Sana gih masuk, keburu bel. Abang mau ke kampus. Bye!" ujar Mahen, memberi semangat.

"Iya, hati-hati ya, bang!" Haikal tersenyum sebelum melangkah masuk.

Di sekolah, Haikal merasa senang bisa kembali ke kelas setelah beberapa hari absen. Banyak adik dan kakak kelas yang menyapanya di sepanjang koridor. Begitu sampai di kelas, Haikal langsung duduk di tempatnya. Tak lama kemudian, Nathan juga datang dan duduk di samping Haikal.

"Hey," Haikal tersenyum kepada Nathan, yang membalas senyuman itu dengan senyuman manis.

Tiba-tiba, Juna dan Jendral masuk ke kelas Haikal, dan Juna langsung memberikan tatapan dingin ke arah Nathan. Haikal curiga dan bertanya, "Ada apa?"

Juna tersenyum nakal. "Gue nanti nginep di rumah lo ya," ujar Juna.

"Loh, kok Jendral nggak diajak?" protes Jendral kepada Juna.

"Emang lo udah bilang sama mama?" tanya Juna dengan nada bercanda.

"Haikal, nanti gue juga nginep ya," ujar Jendral.

Haikal mengangguk paham. Tak lama kemudian, jam pelajaran dimulai, dan setelah bel istirahat berbunyi, Haikal ingin pergi ke kantin bersama Nathan. Namun, Juna dan Jendral sudah menunggu di depan kelas.

"Yuk, ngantin!" seru Juna, menarik Haikal.

Haikal sempat menoleh ke arah Nathan, yang duduk diam sambil bermain ponsel, sebelum akhirnya mengikuti Juna dan Jendral ke kantin.

Di kantin, Juna dan Jendral seperti biasa, selalu adu mulut. "Lo minggir atau gue pinggirin ke got depan sekolah lo, lama-lama!" ujar Juna dengan nada emosi.

"Jangan dong, kak! Nanti Jendral yang imut, baik hati, rajin menabung, dan menggemaskan ini dibuang!" balas Jendral, membuat Haikal hanya bisa tertawa.

"Imut lo bilang? Imut!! Heh, butuh kaca lo!" kata Juna dengan nada serius.

"Udah, udah, jangan berantem terus," ucap Haikal sambil tertawa, berusaha menenangkan mereka berdua.

Ketika bel masuk kembali, Haikal diantar ke kelas oleh Juna dan Jendral. "Yaudah, ketemu nanti di gerbang ya, Kal," ujar Juna.

"Iya," jawab Haikal dengan senyuman.

Mereka berpisah dan kembali ke kelas masing-masing. Di dalam kelas, Haikal melihat Nathan yang sedang menidurkan kepala di atas bangku, tampak lelah. Haikal memanggil Nathan, "Nathan?"

"Hmm?" jawab Nathan pelan.

"Lo... eh, lo demam? Panas badan lo," tanya Haikal, khawatir.

Nathan menggeleng lemah. "Ke UKS, gue anter," kata Haikal sambil berdiri dan meminta izin kepada guru biologi yang sedang mengajar.

Di UKS, Haikal membantu Nathan minum obat. "Lo pulang aja ya, Tan," ucap Haikal dengan penuh perhatian.

Nathan menggeleng, "Udah, gue di sini aja."

Haikal segera mengambil ponselnya dan menelpon Bunda Yuna. "Kal," suara Yuna terdengar di ujung telepon.

"Sstt, Na bentar," jawab Haikal, menenangkan Nathan yang sedang terbaring.

"Bunda, Nathan sakit demam. Bunda bisa jemput Nathan nggak?" tanya Haikal dengan nada khawatir.

"..."

"Iya, Bunda. Haikal tunggu," jawab Haikal, menyelesaikan telepon.

Tak lama kemudian, Yuna datang bersama Baskara, yang terlihat cemas melihat kondisi Nathan. Namun, Baskara enggan menatap Haikal. Ia hanya fokus pada Nathan, khawatir dan membawa Nathan pergi.

Haikal hanya bisa tersenyum getir, memandangi mereka dengan hati yang agak perih. "Aku juga anak Ayah," gumam Haikal pelan, menunduk.

Juna, yang kebetulan lewat dari toilet, melihat Haikal yang duduk terdiam sambil meremas baju seragamnya. "Kal, udah yuk, balik ke kelas," ujar Juna sambil masuk ke dalam UKS.

"Eh, iya, ayo," jawab Haikal, mencoba tersenyum.

Mereka berdua pun berjalan menuju kelas masing-masing.

Hari itu, Haikal pulang lebih awal karena kebanyakan guru sedang rapat. Ia pulang bersama Juna dan Jendral. Kedua teman Haikal itu menginap di rumah Haikal, yang kini terasa lebih ramai dan hidup.

"Jendral!" seru Juna dari dapur.

"Apa?" jawab Jendral dari ruang tamu.

"Sini bentar!" teriak Juna lagi.

Jendral pun berjalan ke dapur. "Apa?"

"Pasangin gasnya, gue takut!" ujar Juna dengan wajah cemas.

"Aelah, kak, cuman gas aja lah," jawab Jendral sambil tersenyum geli.

"Gas aja gas aja! Kalau meledak gimana? Mau mati muda lo? Kalau gue sih nggak!" balas Juna, setengah bercanda.

"Udah-udah, minggir," kata Jendral sambil memasangkan gas dengan mudah.

"Wih, tumben akur," ujar Haikal yang baru saja selesai mandi.

"Ya kan, Jendral suka damai. Beda sama kak Juna," jawab Jendral sambil tersenyum.

"Lo pilih kanan apa kiri?" tanya Juna, masih bercanda.

"E-eh, nggak kok, kak. Bercanda!" jawab Jendral, senyum ceria di wajahnya.

"Awas aja lo!" peringat Juna, sambil tertawa.

TBC
.
.
.
.

Laut Berbisik (Haechan)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang