Aku jadi tidak bisa fokus menonton. Semua karena perkataan Rafif sebelum film dimulai tadi. Namun lihat lah, lelaki itu yang malah asyik menonton tanpa berkedip dan menghiraukan aku.
Sudah satu setengah jam semenjak film ditayangkan. Sudah selama itu pula aku tidak bisa menikmatinya. Rafif memang tidak pernah menyatakan cintanya, pun membahas perihal perasaannya kepadaku. Hubungan kami berjalan begitu saja. Ia menyukaiku, aku tahu itu. Ia juga pasti tahu bahwa aku menyukainya. Hanya berdasarkan dengan perasaan tersirat seperti itu kami menjalani hubungan ini.
Lebih baik aku memainkan ponsel saja. Sudah sangat terlambat untuk menikmati filmnya yang sebentar lagi akan habis.
'Drrrrtttt. Drrrrttttt.'
Getar ponselku tidak mau berhenti ketika aku menyalakan data internet. Banyak pesan masuk, terutama panggilan tidak terjawab dari Ibu.
Aku menegakkan tubuh. Membuka pesan yang dikirim Rima dua menit lalu. Perasaanku tidak enak. Itu terbukti ketika membaca pesan yang Rima kirim dikotak pesan.
...
Rima
Teriakhir dilihat hari ini pukul 13.35
|Dea. Kalo mau bohong itu janjian. Ibu kamu tadi nelpon aku. Dia nanyain kamu karena teleponnya gak diangkat-angkat.
Terus kamu bilang apa Rim? Data aku tadi dimatiin. Maaf, ya.|
...
Aduh, aku jadi tidak enak dengan Rima. Membawa namanya kedalam kebohonganku tanpa memberitahunya.
Rima belum membalas. Disaat yang sama lampu teater menyala. Pertanda film sudah selesai. Aku menoleh spontan ke arah Rafif yang menatapku aneh.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Aku kebelet."
Aku langsung bangkit dari kursi. Disusul Rafif yang mengikuti. Penonton yang lain belum beranjak dari kursi mereka, membuat jalanku jadi sedikit susah untuk dilewati.
Bagaimana ini? Kenapa Ibu tiba-tiba menelpon? Memang ada apa?
Aku menggenggam erat ponsel sambil melangkah cepat.
"Udah gak ketahan ya."
Aku hanya tersenyum singkat membalas Rafif dengan masih mempercepat jalan. Lelaki itu mengikutiku dengan sabar dibelakang. Maaf ya, Fif. Bukan aku mau berbohong. Aku hanya tidak bisa jujur.
Kami terpisah ketika aku sampai ditoilet khusus perempuan. Rafif sudah tidak mengikutiku. Disini ramai, bagaimana caranya aku menelpon Ibu?
...
Ibuku
Terakhir dilihat hari ini pukul 13.10
|De.
Panggilan suara tak terjawab pukul 12.30
|Dea.
Panggilan suara tak terjawab pukul 12.50
Ya, bu. Kenapa? Hape Dea low. Tadi lupa dicharge.|
...
Tidak ada balasan. Kamar mandi wanita semakin lama semakin sesak karena orang terus berdatangan. Aku tidak bisa tetap disini, dan menunggu balasan Ibu yang tidak tahu kapan. Sepertinya memang aku harus pulang.
•><><><•
Tidak asyik sekali. Sebenarnya selepas menonton aku dan Rafif sudah sepakat akan makan dulu disalah satu tempat makan disini. Tetapi rencana tersebut gagal karena aku meminta pulang saat ini juga. Rafif terus bertanya, kenapa dan ada apa. Lalu aku terpaksa berbohong lagi, bahwa Ibuku sedang sakit dan dirumah tidak ada orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh
Teen FictionTemuilah orang lain. Jadikan diri kamu rumah, bukan hanya sebuah payung untuk berteduh. Karena sejatinya cinta akan selalu membutuhkan rumah untuk pulang.