"Sammy."
Ibu Karin menolehkan kepalanya lagi. Ia menatap Sam dengan sedikit senyuman. Tidak mungkin bu Karin tidak mendengar percakapan kami sedari tadi. Kursi kita saja bersusun.
"Jangan jail sama Dea."
"Kopi kita beneran ketuker, Bu."
Alasan kamu, Sam. Ibu kamu saja membelaku. Ia pasti juga tahu bahwa anaknya sudah menjahili orang lain. Dasar!
"Udah. Nanti sebelum pulang kamu beliin es krim buat Andrea."
Yey! Es krim! Itu yang aku mau. Aku cukup kurang memakan es krim tadi. Akhirnya, terima kasih bu Karin. Aku tersenyum pada bu Karin dan melirik sinis pada Sam.
"Naya juga mau yah Kak."
•><><><•
Perjalanan masih berlanjut. Mobil golf kami memasuki area yang memiliki suara jangkrik terbesar. Terdapat pohon dengan bunga merah yang menggantung dibeberapa dahan. Sangat cantik. Juga, daerah ini sedikit berembun meskipun terik menyertai sedari tadi.
Kami tidak sempat turun karena memang waktu yang sangat minim. Saat ini saja sudah tiga puluh menit kita berjalan. Tersisa dua puluh menit lagi hingga waktu penyewaan mobil golf ini habis.
Ditempat ini juga terdapat beberapa pohon bougenville ungu muda, yang mana tiba-tiba kembali mengingatkan aku akan Rafif.
Untuk beberapa saat aku melupakannya. Keberadaan Sam yang sangat menggangguku, berhasil membuatku melupakan Rafif sejak tadi.
Maafkan aku ya, Fif. Bukan maksudku untuk menikmati waktu bersama dengan Sam. Orang yang membuat kita seperti ini. Hanya saja ia terus menggangguku dengan kehadirannya yang sempat aku benci. Kami bahkan duduk bersama dan sedekat ini. Kamu pasti tidak akan menyukainya bila kamu melihat kami.
"Diam sebentar, An. Ada binatang."
Tanpa memberi aba-aba Sam mendekatkan tubuhnya. Tangannya terangkat menuju puncak kepalaku. Aku hanya diam membeku, menutup mata, membiarkan Sam mengambilnya. Binatang apa yang hinggap dikepalaku? Bukan ulat bulu, kan? Mengingat saat ini kami masih diarea dengan pepohonan yang rindang.
"Kumbang madu."
Tunjuk Sam, dengan menyodorkan kepadaku, sekaligus membuatku bernapas lega. Binatang kecil tersebut akhirnya dibuang oleh Sam. Melepaskannya yang tersesat dari kawanan. Ada-ada saja.
"Kenapa kamu nutup mata tadi?"
Sam tertawa kecil. Aku tahu ia sedang mengejekku. Perkataannya hanya aku jawab dengan lirikan sinis.
"Aku gak akan nyium kamu."
Namun tiba-tiba ia mendekat dan mengatakan kalimat tersebut, tepat dihadapan telingaku. Aku menjauh dan menatapnya spontan.
"Gak ditempat ini, maksudnya."
Dasar otak mesum! Lihat saja ekspresinya itu. Ingin sekali aku memukulnya. Sebagai ganti aku menginjak kakinya saja yang hanya memakai sepatu sandal.
"Aduh!"
Bu Karin menoleh, Anaya mengikuti. Mengapa mereka selalu bersamaan, sih?
"Kenapa?"
"Kakmpptt—"
Aku menutup mulut Sam dan lalu memasukkan permen kiss miliknya yang tadi. Permen yang seharusnya masuk kedalam mulutku, kini malah menuju ketempat lain.
"Permen. Ibu Karin mau?"
Tawarku, cepat. Masih menutup mulut Sam disana. Tersenyum kaku, dengan kaki yang belum beranjak dari menginjak kaki Sam dibawah. Kamu akan tahu siapa Andrea yang sebenarnya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh
Teen FictionTemuilah orang lain. Jadikan diri kamu rumah, bukan hanya sebuah payung untuk berteduh. Karena sejatinya cinta akan selalu membutuhkan rumah untuk pulang.