Chapter 9

131 36 2
                                    

...

"Rinz mau makannya di sini apa di bawah aja?"

Ini Arthur yang berbicara tadi Rinz baru selesai mandi dia sudah memutuskan untuk tetap di kamar hanya saja kedatangan Arthur membuatnya urung.

Mereka terjebak dalam percakapan yang terdengar sangat basa basi untuk Rinz.

Rinz hanya perlu terlihat biasa saja sebenarnya untung wajah polos dan imutnya ini bisa menutupi semuanya.

Jadi Arthur tidak tau jika dia telah mengetahui beberapa rahasia besar dari ingatannya.

"Makan di sini aja Bang kalau bisa."

Arthur tersenyum tipis dia pergi tanpa menjawab meninggalkan Rinz dengan pikirannya.

Mending dia pakai baju lalu istirahat, jam sudah cukup malam dia tertinggal makan malam karena tidak ingin menemui siapapun.

Lalu di dapur ada Skylar dan Dyren yang melihat Arthur meminta pada pelayan untuk menyiapkan makanan untuk Rinz.

"Bagaimana?"

"Baik, aku rasa obatnya bereaksi dengan cepat, anak itu bahkan tidak menanyakan apapun."

Skylar mengangguk puas, dia mengirim beberapa nominal uang yang cukup besar pada orang yang ia percaya.

Sedangkan Dyren tetap pada hpnya, dia lagi main game.

Tidak terlalu perduli dengan percakapan kakaknya, yang dia tau Rinz baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup.

"Aku akan pergi beberapa hari, jaga Rinz dengan baik jangan biarkan anak itu mencari sesuatu yang seharusnya tidak ia ketahui."

Keduanya mengangguk kepergian Skylar membuat arena meja makan menjadi cukup hening.

Tidak terlalu hening sebenarnya karena suara hp Dyren cukup menjadi backsound musik di antara keduanya.

"Tuan muda ini makanannya."

Arthur menerima dengan baik, dia pergi dari sana tanpa berpamitan pada adiknya karena menurut Arthur itu hanya sia-sia, Dyren jika sudah bermain game seperti orang yang tinggal sendiri dan tidak  memperdulikan siapa pun termasuk dirinya berbeda jika itu menyangkut Rinz, Dyren bahkan tidak pernah menyentuh hpnya jika berada dekat dengan Rinz.

Kata anak itu waktu tidak boleh di sia-siakan.

Di sisi lain, Rinz sedang sibuk dengan hpnya juga.

Dia bukan sibuk apa dia mencoba membuka beberapa hal di hpnya, siapa tau ada sesuatu yang bisa di jadikannya pedoman.

Agar tidak terlalu hilang arah dan tau siapa yang harus dia percaya.

"Rinz?"

"Ya?"

Meletakkan hpnya dengan pelan, Rinz menyambut Arthur dengan baik.

"Makanlah."

Rinz mengangguk tentu saja di iringi dengan senyum manisnya.

Orang ini dalam hati Rinz tidak ada niatan untuk minta maaf kah? Sudah menampar memukul? Emang parah sih.

"Bang Jin gak makan?"

Bertanya di sela makanya Arthur hanya menggeleng dia sudah makan tadi walau tidak begitu banyak.

Hilang nafsu makannya setelah habis di pukuli Skylar.

Sebenarnya Rinz penasaran mengapa wajah Arthur begitu banyak hiasan berwarna ungu tapi dia cukup takut untuk bertanya.

"Penasaran dengan lukanya?"

Rinz termengu, bagaimana dia bisa tau apa yang Rinz pikirkan.

"Hanya hukuman kecil dari Skylar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita saudara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang