Chapter 3

293 33 5
                                    

...

Tubuh Rinz menegang, dia tidak tau apa yang terjadi setelah sarapan tadi memang banyak yang di bicarakan seolah mereka adalah orang yang dekat dan sekarang?

Apa yang di lakukan kakak ke duanya ini?

Arthur mengukung dirinya, tubunya tertahan antar dinding dan Arthur.

Mata itu juga menatap intens terhadap dirinya, apa yang harus dia lakukan jika seperti ini?

"Lu keliatan berbeda?"

Rinz tanpa sadar menatap wajahnya.

Mata itu tajam tapi lembut, wajah itu datar tapi ada kehangatan di sana
Entahlah Rinz bukan orang yang pandai membaca mimik wajah orang lain.

"Aku.."

Rinz tidak menggunakan bahasa gaul di sini dia harus menggunakan kata yang lebih baku seperti aku dan kamu.

Walau sebenarnya susah tapi ternyata dia baik-baik saja dengan itu. Dia mengikuti bagaimana Rinz yang dulu bersikap jika ada perubahan yang signifikan bukankah akan menimbulkan kecurigaan?

"Aku...? Kenapa?"

"Heh."

Kukungan itu terlepas, mereka saat ini ada di depan pintu kamar Rinz yang ada di lantai dua.

Bukan karena apa Arthur berada di sini karena nyatanya kamar Arthur ada di sebelah kamarnya

"Bang Jin?"

"Ha?"

"Lu bisa manggil gua itu."

"Hah?"

Kepergian Ujin? Tunggu kenapa namanya jadi Ujin?

Sebenarnya Rinz tidak heran, dari dulu hanya Rinz yang tidak di perbolehkan memanggil Arthur dengan nama Bang Jin.

Entah alasan apa tapi Rinz yang dulu terobsesi memanggil Arthur dengan nama itu sedangkan si empu tidak menyukai hal itu menurutnya Rinz sok dekat dengannya.

Karena memang hanya orang terdekatnya saja yang bisa memanggil dirinya seperti itu.

Tapi bukankah mereka keluarga? Iya keluarga, keluarga yang asing.

Ujin pergi, dan Rinz masih bengong di tempatnya.

"Ini gak jelas banget."

Kepala Rinz gatal, dia menggaruk dengan kuat dan setelahnya masuk ke dalam kamar.

Btw Rinz itu ternyata suka main game MOBA, salah satunya MLBB.

Rinz yang dulu juga suka main game ini, dan dia penasaran apa gamenya sama atau tidak? Jika sama bukankah dia masuk kedalam jiwa orang dalam dunia yang sama?

Memegang hp dengan hati yang dugun dugun Rinz akhirnya membuka game moba tersebut dan ya seusia prediksi game itu sama.

"Bisa kali ya bantai bantai."

Masuk dan melihat jika akun itu ternyata tidak sebagus akun miliknya dulu, dan karena Rinz masih mengingat sandi akunnya yang dulu jadinya dia mencoba untuk login.

"Berhasil."

Akhirnya, untung saja, karena berhasil login Rinz akhirnya bermain selama beberapa jam.

Setelah puas, Rinz pergi untuk membersihkan dirinya, rasa tubuhnya lengket semua.

Dan beberapa saat dia habiskan di kamar mandi, Rinz tidak sadar ada seseorang yang duduk di kasurnya memperhatikan semua gerak gerik yang di lakukan Rinz.

Dari keluar kamar mandi sampai mengganti baju di sana Rinz masih tidak sadar.

Orang itu juga santai melihat tubuh telanjang Rinz dia malah sedikit tertarik?

Entahlah hanya smirik dan gelengan kepala saja yang bisa di lakukannya untuk menghindari pikiran pikiran aneh dalam otaknya.

"Eh?"

Ya bisa kita lihat wajah blang Rinz yang menatap Dyren.

Ya orang itu adalah dyeren, ada apa dengan orang-orang ini? Gila kah?

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Kamu?"

"???"

Rinz bingung, dia lebih tua dari Dyren kenapa memangnya jika dia memanggil Dyren dengan itu?

"Enggak, gua kesini ngajak lu buat keluar temani gua jalan-jalan."

Kembali bingung, Rinz tidak tau harus merespon apa, hanya saja mata dan wajah Dyren seperti dia tidak menerima penolakan.

Namun belum Rinz menjawab Idok lebih dulu menjawab ajakan Dyren.

Ini orang satu juga kapan datangnya? Udah kayak kuyang ada tau gak.

"Gak, dia pergi sama gua."

Dan keributan akhirnya terjadi, dia tidak ingat jika Rinz seakur ini dengan saudaranya.

Sampai-sampai menjadi rebutan? oh Rinz sendiri merasa dirinya sepesial.

Lupakan, kembali ke cerita utama, mereka akhirnya memutuskan jalan bertiga awalnya.

Sampai larangan dari Skylar membawa Rinz pergi akhirnya terdengar.

"Tapi cuma sampai Alfamart depan sana kak."

"Sekali tidak tetap tidak, lu gak tau kalau di habis sembuh? Jangan buat masalah Dyren gua gak mau ada yang mati konyol cuma karena obat tidur."

Rinz terdiam, apa maksudnya?

Dan akhirnya mereka tidak jadi jalan, hanya Rinz sedangkan Idok dan Dyren tetap pergi.

Sekarang Rinz termenung di sofa ruang tamu, skylar juga pergi ke tempat kerjanya sedangkan Ujin pergi ke tempat temannya.

Walau ini hari Minggu seorang skylar tetaplah sibuk.

"Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kok gua gak mudeng ya?"

Berbicara sendiri pelan tanpa ada yang mendengar lalu menjawab pertanyaan sendiri tanpa menemukan jawaban yang falid.

"Gua kesini emang harus nyelesain masalah? atau sebenarnya gua ini melupakan sesuatu?"

Rinz bimbang, ada suatu opsi yang ingin di cari taunya, jika boleh jujur ingatan Rinz 2 Minggu kebelakang tidak bisa ia ingat dan dia penasaran apa yang terjadi.

Minta jiwa yang dulu mengirimkan semua ingatannya tentu saja Rinz tidak bisa karena setelah masuk ke dalam tubuh ini tidak pernah sekalipun jiwa Rinz yang dulu datang menemuinya.

"Bakal ngeri gak sih kalau misalnya gua ketemu dia?"

Rinz tertawa pelan, jiwanya terasa kosong entah kenapa seperti ada yang hilang.

Mencari tau juga Rinz seperti orang hilang arah.

Mau keluar dari rumah ini juga Rinz tidak bisa, dia takut akan kemarahan seorang skylar, belum marah saja dia sudah takut apalagi jika dirinya marah?

"Kayak tersesat gua di sini."

"Eh Rinz? Lu udah bangun dari koma?"

...

TBC ..

Kita saudara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang