Bab 3

0 0 0
                                    

“Sweetheart.”

Aku menoleh ke arah pintu dan menemukan ibuku datang bersama seorang pria yang tidak aku kenal. Yeah, aku tidak pernah peduli siapa pacar ibuku.

“Kenapa kamu tidak suka melihatku?” Madelyn mencubit pipiku. “Kita sudah lama tidak bertemu.” Dia memukul pelan lenganku.

Aku meringis. Tangan kananku menyentuh pipiku yang berdenyut nyeri dan tangan kiriku mengusap lenganku yang juga berdenyut nyeri. Inilah salah satu alasan aku malas bertemu dengannya.

“Apakah kamu merindukanku?” Madelyn meletakkan tangannya di pinggul. Dia bertingkah seperti anak kecil sedang marah.

“Ya, aku rindu.” Aku menjawab dengan malas.

Aku melirik pacar ibuku yang tinggi dengan badan berotot, mengenakan kaus lengan pendek warna hitam yang mengekspos tato di leher dan tangannya. Kenapa ibuku selalu memiliki pacar dengan penampilan menyeramkan?

“Jika kau merindukanku kau seharusnya memelukku.” Madelyn memelukku dengan erat hingga aku sesak napas dan menepuk-nepuk punggungku.

“Aku merindukanmu. Aku harus sering datang ke sini untuk memastikan kamu masih hidup atau setidaknya badanmu tidak semakin kurus.” Madelyn memeriksa penampilanku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Tenang saja, Madelyn. Aku selalu memastikan Sienna makan dan tidur.” Violet menyelamatkanku.

Aku ingin kabur dari ibuku, tetapi sialnya ibuku memegang tanganku dengan erat dan menatapku tajam, mengancamku untuk tidak berpura-pura sibuk bekerja.

“Karena kafe baru dibuka, bagaimana jika hari ini kalian menjadi pelanggan pertama kami?” Violet tersenyum sangat lebar pada ibuku dan pacar ibuku.

“Oh, tentu saja. Kami datang ke sini untuk bertemu dengan Sienna dan makan malam bersama,” kata Madelyn.

Aku memberikan Violet tatapan menyatakan permusuhan, tapi sahabatku itu hanya menyengir lebar.

“Aku harus bekerja,” kataku ketika ibuku memaksaku untuk duduk di seberangnya dan pacarnya.

“Aku mengizinkanmu untuk makan bersama dengan keluargamu.” Louis berteriak dari arah kasir. Mereka adalah sahabat yang sangat menyebalkan.

Ini adalah waktu yang terlalu cepat untuk makan malam. Aku mengamati ibuku yang merekomendasikan menu makanan yang dia sukai dari kafe ini pada pacarnya.

Ibuku memperkenalkan pacarnya padaku. Aku lupa sudah berapa pria yang berpacaran dengan ibuku. Aku malas mengingat mereka.

“Apakah kamu sudah punya pacar?” Madelyn bertanya dengan harapan di matanya.

“Kenapa kamu selalu menanyakan tentang pacar?” Aku muak mendengar topik yang selalu dibahas oleh ibuku ketika kami bertemu.

“Kenapa kamu belum punya pacar? Apakah para pria mempunyai masalah pada mata mereka?” Madelyn mendecakkan lidahnya dan kepalanya menggeleng.

“Kamu harus punya pacar. Kenapa kamu masih mengingat pria itu? Dia meninggalkanmu begitu saja,” kata Madelyn dengan santai dan kemudian dia memakan makanannya.

Aku kaget, menoleh ke arah pundakku, dan mengangkat kepalaku untuk bertatapan dengan Violet yang tersenyum padaku sebelum dia pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Please, berhenti bertanya tentang apakah aku sudah punya pacar dan jangan membahas pria itu.” Aku menyeruput jus apel hijauku. Aku kehilangan nafsu makanku.

“Aku minta maaf.” Madelyn memegang tanganku dan tersenyum padaku.

Aku mengalihkan pandanganku dari ibuku dan pacarnya, mataku melebar dan jantungku hampir copot ke perutku ketika aku menemukan pria asing dan misterius itu sedang duduk di pojok ruangan, tempat favoritnya.

Singer and Her Billionaire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang