Milan paling benci matematika, paling benci dengan pak Hendra yang matanya jelalatan tiap ngajar di kelasnya. Matanya itu loh, suka curi-curi pandang ke dada Milan yang berukuran wow. Mana udah tua, harusnya mah kan inget umur. Dasar tua bangka.
"Pak izin ke toilet."
Begitulah katanya, padahal setelahnya ia berusaha mengendap-endap berjalan ke belakang sekolah. Rencananya sih mau bolos bentar, nongkrong di warung babeh sambil ngudud dikit keknya seru sih.
Milan hampir saja memanjat dinding pembatas itu dengan mudah sampai sebuah suara deheman membuat Milan terdiam dan menengok ke belakang.
"Eh, suami," sapanya seraya melambaikan tangannya.
Bian tak berekasi, cowok itu menatap Milan dengan dingin. "Mau kemana lo?"
Milan menatap kesana-kemari mencari alasan. "Gak kemana-mana, lagi liat-liat aja. Kebetulan di sini udaranya enak."
"Balik ke kelas."
Milan menatapnya tak terima. Ia meletekan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan tubuhnya. "Setahu gue sih, lo udah bukan ketua OSIS lagi."
Bian diam mengamati.
"Udahlah Bi, gak usah sok berkuasa lagi. Jabatan lo udah abis. Mending lo sekarang balik ke kelas, dengerin guru dan belajar, supaya pinter, oke?"
"Balik ke kelas," ucap Bian lagi.
"Lo gak ada hak ya ngatur-ngatur gue!"
"Ada, gue ada hak," ucapnya penuh makna.
"Tapi gue gak mau!"
"Oke itu pilihan lo."
Tahu gak apa yang terjadi setelah itu? Ya, Milan dilaporkan ke BK, alhasil dirinya kena hukuman di jemur di tengah lapangan yang panasnya begitu terik dan hampir membakar kulitnya.
"Sialan tuh si Bian, hobynya cari ribut mulu sama gue," dumelnya.
Pas jam istirahat, ketika semuanya pada jajan dan ngadem, Milan masih di tempat. Ya gimana enggak, beberapa kali sekali Bian bakalan memantaunya, suami gak guna emang.
"Gue kira lu kemana pas jam pelajaran ilang, taunya nongkrong di sini, gaya banget lu, Lon," seru Ale yang jelas-jelas meledek Milan, ditambah cowok itu dengan sengaja menegak minuman dingin yang tengah Milan inginkan.
"Liat nanti lu, Le."
"Lagian mau bolos gak ngajak-ngajak, ya beginilah resikonya," ucap Raden yang tambah membuat Milan kesal.
"Ya abisan gue jijik banget sama muka mesum si Hendra, blok."
"Yaelah, suruh siapa pake baju tapi tete lo kemana-mana."
"Bacot lah lu semua," keluh Milan. "Le, minta minum lo dong."
"Ini." Cowok itu menunjuk minuman yang segar yang langsung diangguki oleh Milan. "Enak aja, beli sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BADGIRL
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Semua berawal saat Milan si murid paling nakal sesekolahan ketahuan membawa sebuah testpeck dengan dua garis merah di dalam tasnya. Hingga Biantara--mantan ketua OSIS, siswa paling berprestasi, kesayangan para guru, dan tentu o...