Maut Adalah Milikku

35 11 4
                                    

Selesai semua perkara, tubuh Sang Maut terjun terkulai dilautan. Ada gejolak aneh disekitarnya, seakan air laut tak menerimanya.

"ΠΩΣ ΤΟΛΜΑΣ ΑΠΟΦΑΣΙΣΤΕ!!!" Beraninya engkau dasar pembangkang!

Itu suara Maha Raja Atlas! Mengapa ia meneriakiku? Batin Sang Maut.

Lautan berkabut, sepi dan hening, seakan tak ada mahluk hidup. Gelombang laut seakan mendorongnya, hingga lehernya terasa tercekik.

Itu tangan Maha Raja!

"Ba-ginda Maha Ra-ja?" Panggil patah-patah Sang Maut.

"Jangan panggil aku seperti itu! KAU BUKAN LAGI KAUMKU!!!" Teriak Maha Raja.

Kilatan cahaya memancar disekitar tubuh Maha Raja. Kilatan menggelegar itu melilit tubuh Sang Maut, itu menyakitkan.

Bayangkan tubuh kalian disambar petir di dalam lautan itu sendiri.  Lautan yang keruh bertambah keruh sebab keluarnya cairan hitam yang merupakan racun.

Itu sama seperti air mata Sang Maut tadi ketika ia mengamuk. Bedanya kali ini, cairan itu keluar dari sisik-sisik tajam diseluruh penjuru Maha Raja.

"A-apa maksud anda?!" Sang Maut mencoba memberontak.

"Sudah kubilang, jangan mengotori tempat yang kujaga selama ribuan tahun!!

"Tidakkah kau lihat sekitar mu yang tercemar gara-gara kekuatanmu?!" Tanya Maha Raja.

"Aku melindungi lautan! Bukan merusaknya!!" Bantah Sang Maut.

Cekikan Maha Raja begitu kuat, kilatan cahaya mulai membesar, dan tubuhnya semakin lemas akan racun Maha Raja.

Dibawahnya sekarang adalah jurang curam yang dihindari seluruh samudra. Tidak ada bahaya disana. Hanya gelap tanpa ujung. Namun Sekali engkau masuk, hanya bisa jatuh tanpa bisa naik: apapun yang engkau lakukan.

"Percuma engkau membantah, nyatanya memang begitu. Dasar pembangkang!"

"Aku tak melakukan kesalahan! Memangnya siapa yang ingin kampung haamannya dihancurkan?!" Seru Sang Maut.

Maha Raja Atlas menatapnya sinis. Sangat disayangkan siren jantan yang dicekiknya ini membuat kesalahan fatal.

"Fatal sekali kesalahanmu, mungkin yang engkau lakukan benar. Namun tidak untuk mahluk laut lainnya." Maha Raja menjada kalimatnya.

"Cukup untuk omong kosongmu. Sekarang. Maut akan menjemputmu." Ucap Maha Raja akhirnya.

Όχι! Tidak! Sang Maut tak terima! Selama ini ialah mautnya. Tidak, tidak akan ada yang bisa menjadi maut untuk dirinya!

Gejolak amarah, benci, dengki: campur aduk. Kini tak ada lagi siren dengan wajah tampan itu lagi.

Seluruh tubuhnya tumbuh akan sisik tajam. Duri-duri tajam dan panjang mekar dipunggungnya. Taring-taringnya memanjang tajam, begitu pula dengan kuku yang menjadi cakar. Rambut hitam legam menjadi ular laut berwarna hitam.

Air laut hingga kerikil didalam laut kini memihaknya secara paksa. Maha Raja Atlas semakin dibut terkejut dan marah diwaktu bersamaan.

"HINGGA AKHIR PUN ENGKAU MENENTANGKU!!!" Teriak Baginda Maha Raja Atlas.

Adu kekuatan terjadi. Dasar laut bergetar hebat, Maha Raja sangat penasaran siapa sebenarnya siren yang dihadapannya. Mengapa begitu kuat hingga bisa menandinginya?

Teknik, sihir, dan adu strategi tak dapat dihindarkan. Entah dimana batasan magis mereka. Tanpa tahu perbuatan yang dilakukan mencemari mahluk hidup.

"Maha Raja Agung!" Panggil prajurit menyadarkan Maha Raja apa yang ia perbuat.

Siren Or Human? (By Rainy9312Ra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang