Laut Merah

15 8 5
                                    


Ah, tidak ini bukan tentang Laut Merah atau laut berwarna merah. Tapi kisahnya. Kisah dimana pada masa itu disebut masa Laut Merah.

Nathan Algeo Hendrik. Kalian tahu Hendrik? Salah satu marga bangsawan yang berkuasa di Netherlands dulu. Atau yang lebih sering dipanggil Belanda sang penjajah negeri rempah-rempah.

Hendrik, marga yang dikabarkan telah putus darah itu ternyata masih tersambung hingga sekarang.

Welbert Hendrik de kock adalah putra satu-satunya dari Albert Hendrik de kock. Walbert ditinggalkan ayahnya ketika berumur 10 tahun.

Setelah menikah, ia memiliki tiga orang anak sah dan satu anak hasil hubungan gelap. Walbert memiliki hubungan gelap oleh rakyat jelata di negeri asal. 

Sesuai hukum yang berlaku, rakyat yang berhubungan dengan bangsawan lebih dari teman akan dipenggal kepalanya.

Nathan Algeo Hendrik lahir tiga tahun sebelum kepala ibunya dipenggal. 

Satu-satunya hal yang disukai Algeo semasa hidup hanyalah kapal dan lautan. Karena disebuah kapal yang berlayar dilautan lah, kepala ibunya terpisah dari tubuh.

Pada tahun 1915, tahun kematian sang ibunda. Algeo berlari-lari kecil masuk kekapal pesiar umum bersama ibunya. Itu adalah perjalanan biasa kepusat kota untuk membeli pasokan makanan yang menipis.

Ketika kapal itu akhirnya berlayar, Algeo berada ditepi dek kapal sambil mengembangkan senyumnya. Rambut Oranye kemerahan-nya tertiup angin laut. Rambut campuran antara ibu dan ayah yang tidak diketahuinya.

Kedua matanya bak berlian berwarna delima semerah darah: sama seperti sang ibunda.

"Algeo jangan jauh-jauh dari ibu, nanti nyebur ke laut loh." Peringat Dellia Eliza Kaligeoz. Nama sang ibu.

"Bu, lautnya indah ... Geo suka sama laut, Bu." Ucap senang Algeo.

"Kalau gitu jangan lupain ibu. Kan, ibu yang bawa kamu kesini ..." Senyum Dellia.

"Gimana Geo bakal lupain ibu?" Tawa riang anaknya sambil memeluk Dellia. Sang ibu tersenyum, untunglah anaknya tak seperti bajingan yang membuangnya.

Laut begitu indah; dibasuhi sinar mentari, merpati yang terbang sana-sini, serta ikan yang sesekali melompat keluar dari daratan.

Samudra begitu indah, menampilkan yang ada dibawah sana. Algeo benar-benar penasaran, apa yang dirahasiakan didalam samudra bernuansa biru tua itu?

Mungkin dimasa depan pertanyaan sederhana itu kan terjawab. 

Namun dilain sisi bahagianya Algeo, terbesit dihatinya sebuah kegundahan. Ah, mungkin karena ini pertama kalinya ia pergi jalan-jalan keluar kali ya?

Tiga puluh menit kemudian. Sebentar lagi, kapal ini sampai dipelabuhan kota Amstelredam. Kegirangan Algeo tak bisa menuruti larangan ibunya. Berkeliaran kesana-kesini.

Disisi sang ibunda yang tengah panik, terlihatlah sebuah kapal pesiar khas bangsawan mendekat. Kedua kapal itu bertemu dan berhenti. 

Para kru kapal pihak lain bergerombol menaiki kapal pesiar umum yang ditumpangi masyarakat.

Prajurit-prajurit itu berseru keras, memerintahkan masyarakat umum untuk masuk kedalam kapal.

Dellia tak sengaja menabrak salah-satu dari mereka kala mencari anak semata wayangnya.

"INI DIA!! Aku menemukannya! Cepat tangkap ia!" Seru prajurit itu.

Tangan Dellia diikat kencang. Tubuhnya dipaksa maju dan berlutut ditengah-tengah dek kapal menghadap Walbert Hendrik de kock. Ya, pria itu, Walbert.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siren Or Human? (By Rainy9312Ra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang