Dengan sumringah aku menyiapkan diri. Memandang cermin berisi pantulan diriku dengan pakaian rapi untuk pergi menemui seseorang. Seseorang yang ku sayangi. Namun terhalang jarak.
"Bunda! Laura berangkat dulu, ya!" aku menghampiri Bunda yang tengah santai menyesap tehnya. Meraih tangan kanannya, lantas mengecupnya.
Bunda menarik wajahku pelan dan mengecup sayang pipiku. "Iya, hati-hati ya. Kabarin Bunda kalau udah sampai," Bunda berujar, yang langsung diangguki senang dariku. Sudah menjadi rutinitasku dalam berkabar pada Bunda.
Selesai sesi perpisahan sementara, aku berjalan dengan suasana hati gembira keluar rumah. Meneruskan langkah hingga sampai di tempat menunggu angkutan umum. Nyaris buatku jengkel karena angkutan umum tak kunjung datang, tapi suasana hatiku spontan berubah kala melihat pesan yang muncul di layar ponselku.
Sebuah link vidio TikTok yang dikirim oleh seseorang yang akan kutemui hari ini. Aku menekan link tersebut, dan layarku lantas berpindah pada aplikasi tersebut. Berisikan moment menggemaskan dari idola kesukaannya, Hwang Hyunjin dari Stray Kids. Aku terkekeh karenanya. Ia membalas dendam dengan mengirimku vidio itu, karena sebelumnya aku mengirimnya link vidio TikTok berisikan idola kesukaanku, Kim Sunoo dari Enhypen.
Saat hendak membalas pesannya, angkutan umum terpampang di hadapanku. Syukurlah, tidak terlalu lama. Aku menaikinya dan langsung berangkat ke tujuan. Selama perjalanan, aku tetap menyimpan ponselku. Menahan diri untuk tidak membalasnya sesegera mungkin. Agar tetap ada topik ketika aku bertemu dengannya.
Tidak lama, hanya sekitar setengah jam untuk sampai ke mall yang merupakan tempat tujuan yang sudah aku janjikan dengan sosok itu. Sesaat aku celingak-celinguk mencari dirinya, karena batang hidungnya pun tak nampak. Namun ponselku berdering, menampakan dirinya menelponku.
Aku menerima telepon itu. Mendekatkan ponsel pada telingaku. "Liat ke belakang, Lau!" dari seberang sana ia berkata. Aku berdecak kecil, lantas terkekeh. Bisa-bisanya ia mengerjaiku di saat seperti ini. Aku menghadap belakang sesuai instruksinya. Tampak dirinya berpakaian modis dengan perpaduan warna hitam yang cantik.
"Aisha!" aku memekik. Segera aku berlari kecil menghampirinya, dan menubrukkan tubuhku untuk memeluknya. Kudengar ia terkekeh seraya membalas pelukanku.
Setelah pelukan itu terlepas, aku dan dirinya hanya saling membalas pandang tanpa berujar satu katapun. Anehnya, tawa keluar begitu saja dari mulutku dan Aisha. Memang begitu kaprahnya, namanya juga sahabat.
"Udah liat vidio Hyunjin yang aku kirim, kan?" Aisha menyenggol pelan sikutku. Aku terkekeh dan mengangguk. Sembari berbincang dan bertukar tawa, kami melanjutkan langkah kami keliling mall tersebut. Mall yang kerap menjadi tempat pertemuanku dengan Aisha, karena lokasinya yang berada di perbatasan antara kotaku tinggal dan kotanya tinggal.
Langkah kami berhenti di hadapan outlet photo booth bernuansa pink. Penuh sekali. Sudah pasti karena weekend, orang-orang menghabiskan waktu ke luar rumah. Kami hanya bergeming tak jauh dari outlet photo booth itu. Menunggu salah satu ruangannya kosong untuk berfoto dengan Aisha yang mulai membuka pembicaraan, "Eh, tau gak yang lagi viral?" tanyanya.
Aku menoleh dengan tatapan penuh tanya. Sambil berpikir mengenai apapun yang tengah viral saat ini. "Kasus Min Heejin?" aku menebak. Dirinya mengangguk menyetuji.
Maraknya kasus tersebut membuatku dengan tepat menebaknya dengan sekali jawab. Kasus yang membingungkan berbagai pihak, hingga beberapa nama agensi dan grup K-Pop lainnya turut terseret. Bahkan hingga idolaku turut terseret. Kim Umji personil VIVIZ yang juga merupakan mantan personil Grup K-Pop GFRIEND yang dulu bernaung di bawah agensi Source Music yang namanya pun terseret dalam kasus ini.
"Menurut kamu mana yang salah?" Aisha bertanya, membuyarkan lamunanku. Aku mengangkat bahu acuh tak acuh. Sejujurnya lelah juga mengikuti kasus ini, yang tak kunjung menemukan titik terang. Beberapa kali aku curiga pada satu pihak, namun ada pihak lain yang membuyarkan pikiranku. Terus saja begitu berulang-ulang.
"Ga ada yang tau faktanya," aku berujar sembari mengaduk milkshake yang sebelumnya kami beli. "Media sosial itu serem banget. Bisa dengan mudah merubah mindset orang tanpa tau kebenarannya," aku kembali berujar.
Kulirik dari suduh mataku, Aisha tampak mengangguk setuju. "Iya, ya. Aku kasian sama idol-idol yang ikut keseret. Padahal yang bermasalah itu atasan mereka yang haus duit," ujarnya melanjutkan apa yang ada di pikiranku. Memang kita sehati dan sepemikiran.
Media sosial memiliki banyak sisi negatif. Penuh kebohongan dan adu domba. Namun tanpa media sosial, aku dan Aisha belum tentu tetap sedekat ini meski berjauhan. Hanya perihal bagaimana kita mengatur diri kita untuk menggunakan media sosial dengan bijak. Benar, bukan?
"Tuh, kosong satu," Aisha berujar, membuyarkan lamunanku. Kulihat satu ruangan yang Aisha tunjuk. Benar, kosong. Background-nya berwarna pink. Sama dengan pakaian yang kini kugunakan. Kami bergegas memasukinya, dan mulailah sesi foto-foto yang sejak tadi kami tunggu.
Hasilnya telah keluar, dan itu terlihat menggemaskan. Dua lembar foto berisi diriku dan dirinya dengan pakaian berwarna hitam dan merah muda yang kontras. Berbagai pose juga atribut kami gunakan. Ini akan menjadi kenangan untuk kedepannya. Puas degan hasil yang ada, lantas kami keluar dari ruangan kecil tersebut.
Dalam outlet tersebut terpampang cermin besar yang biasa digunakan orang-orang yang ingin mengecek penampilan mereka sebelum memasuki photo booth. Aku menyenggol pelan lengan Aisha agar menghadap cermin tersebut. Ia mengerti, lantas berpose untuk ku potret. Sebut saja, mirror selfie. "Nanti posting ya, jangan lupa tag aku. Oh, jangan lupa kirim juga ke aku," Aisha berujar setelah kami mengambil beberapa foto dengan pose yang berbeda. Aku mengangguk.
Media sosial juga menjadi alat untuk tetap berkomunikasi dengan mereka yang berada di luar jangkauan kita. Berguna, tapi tetap perlu berhati-hati menggunakannya.
♡˖꒰ Based on a true story -
♡˖꒰ Laura & Aisha edition -