♡⁠˖⁠꒰ See You, Han!

3 0 0
                                    

Malam ini kembali ku lewati seperti yang sudah-sudah. Air mata tak kunjung berhenti keluar. Membuatku terlihat sangat malang.

"Udah dong nangisnya, Calia..." suara itu kembali berusaha membuatku tenang. Mungkin sudah terlewat berjam-jam sejak aku mulai menangis di hadapannya.

Inginku menjawab tuturnya. Namun mulutku justru mengeluarkan isakan lebih kencang. Lucunya, ia semakin kalang kabut melihatku yang makin sesenggukan.

"Han—" kembali suaraku tercekat setelah berucap sepatah kata—bahkan belum selesai aku menyebut namanya. "Hanan," akhirnya nama yang sedari tadi tertahan, kusebut.

Hanan, hanya berdeham. Menungguku melanjutkan perkataanku yang terpotong. "Kamu... Harus banget pergi, ya?" pandanganku yang buram bertemu dengan pandangannya yang sendu. Kulihat perlahan ia menganggukkan kepalanya. Membuat air mataku kembali luruh.

"Kamu ga mau aku pergi?" dengan bodoh ia bertanya. Bukan, bukan Hanan yang bodoh. Maksudku itu pertanyaan bodoh, untuk apa bertanya hal yang sudah jelas jawabannya?

Tangannya terulur mengusap lembut suraiku. "Enggak semua akan terjadi sesuai sama yang kamu harapkan," Hanan berujar.

Aku menatapnya dengan tatapan yang masih buram. "Terkadang, ada hal-hal yang memang menyakitkan, tapi kita harus bisa menerimanya," kembali Hanan melanjutkan.

"Han, aku tau people come and go," sejenak aku berhenti berucap karena tersendat napasku sendiri. "Tapi, apa kamu harus pergi juga?" dengan lirih aku melanjutkan. Sementara yang ditanya hanya balas dengan senyum teduhnya.

Senyumnya terkadang menyebalkan, dan senyumnya kali ini lebih menyebalkan karena itu bertujuan untuk membuatku tenang. Tidak mempan, Han!

Hanan mengangguk. Ah, pertahananku runtuh sudah. Kembali deras airmataku mengalir. Dirinya hanya terkekeh melihatku. Menyebalkan, apa dia menertawakan aku yang menangis?

"Calia! Listen to me," dengan tenang Hanan berujar. Menarik atensiku padanya.

Kulihat Hanan menarik napas sebelum berujar, "Aku berterima kasih banget sama kamu yang selama ini selalu ada di sisiku dan support apapun yang aku lakukan," tatapannya berpusat pada tangannya yang menggenggam tanganku.

Kini tatapannya kembali berpusat padaku. "But I have to go," seraya tersenyum, ia berujar. "Eat well and sleep well, oke?" di saat-saat seperti ini, sempat-sempatnya ia memberiku peringatan untuk makan dan tidur teratur.

Hanan tertawa melihat wajahku yang jengkel. "I'm sure you're doing well, so don't worry! Calia, stay healthy and see you again!" candanya seakan menusuk hatiku. See you again yang ia maksudkan, itu dua tahun lagi.

Ia menggoyangkan tanganku pelan. "Ayo, dong! Bilang see you juga ke aku!" Hanan melihatku yang hanya terdiam. Ia memaksaku mengatakan kalimat yang sebenarnya tidak ingin kukatakan.

Ketika aku mengunci tatapanku padanya, barulah egoku hilang. "See you, Han!" dengan senyum yang dipaksakan, aku berujar. Nyaris melengking.

Kulihat Hanan puas dengan itu. "Kita bakal ketemu lagi, kok! So, just say 'see you', not 'good bye'!" ujarnya menekankan bahwa ini bukanlah perpisahan.

Baiklah, ini bukan perpisahan. Ini adalah takdir yang turut serta hinggap pada hubunganku dengannya. Fakta bahwa ia harus pergi, tak dapat aku tolak. Tidak perlu khawatir, bukan?

Kembali Hanan memberikanku senyumnya. "I'll be back safely!" aku percaya dengan apa yang ia tuturkan. Meskipun kebiasaannya adalah curang ketika bermain game, tapi ia tidak pernah main-main dalam hubungan ini. Aku percaya padanya.

"I love you~" menjadi kalimat terakhir yang ia ucapkan hari itu. Karena setelahnya, ia harus pergi, dan aku harus menunggu.

See you, Han!

♡⁠˖⁠꒰ Dedicated this story for SEVENTEEN, Yoon Jeonghan —

♡⁠˖⁠꒰ Yoon Jeonghan as Hanan
♡⁠˖⁠꒰ Carat (Seventeen's fandom) as Calia

Logophile | kumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang