Bab 1

68 7 0
                                    

Pablo Martín Páez Gavira, singkatnya Gavi. Pemuda dengan tatapan mata yang teduh, kulit putih bersih, dan mata coklat almond yang indah. Tapi sayang sekali, semua hal indah tentang Gavi itu berbanding terbalik dengan perilakunya di sekolah.

Gavi pemuda nakal. Tidak, Gavi bukan pembully, pemuda itu hanya siswa nakal yang suka berbuat hal diluar nalar, bahkan tawuran sudah menjadi hal yang wajar bagi Gavi. Beberapa siswa bahkan tak menyukai sisi Gavi yang ini. Terkecuali satu orang.

Pedro González López, atau murid Barcelona High School selalu memanggilnya Pedri. Pedri adalah sahabat Gavi, sahabat sedari kecil. Pemuda dengan senyuman yang menawan dan berkulit eksotis.

Pedri satu-satunya orang yang bisa menerima sisi nakal dari Gavi, Pedri tau Gavi tak seburuk itu, dan Pedri tau Gavi pemuda yang hangat.

"Sudah aku katakan berkali-kali, jangan begadang, Gavi." Pedri mendudukkan dirinya di samping Gavi yang tengah terengah-engah akibat berlarian.

Gavi mengangguk dan menerima air minum yang sahabatnya berikan untuknya. Setelah menenggak setengah Gavi menatap Pedri dan tersenyum simpul. "Terima kasih, Pepi," gumam Gavi yang tentu saja masih didengar oleh Pedri.

Pedri menghela nafas dan menatap balik teman masa kecilnya itu. "Sudahlah Gavi, aku sudah terbiasa." Kemudian Pedri beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangan pada sahabatnya.

"Ayo kita ke kafetaria," ajak Pedri. Gavi mengangguk dan menerima uluran tangan Pedri.

.
.
.

Gavi menyukai saat Pedri tersenyum padanya, Gavi menyukai genggam tangan Pedri, terasa hangat ditangan kecilnya. Tapi karena status keduanya, Gavi harus memendam dalam-dalamnya apa yang dirinya rasakan. Bisa bersama dan menjadi sahabat Pedri saja sudah lebih dari cukup bagi Gavi.

Gavi dengan lekat menatap tangannya yang sedari tadi Pedri genggam, ini bukan pertama kali, tapi hati Gavi selalu berdebar kencang ketika hal ini terjadi.

Tapi Gavi tak mau merusak persahabatan yang sudah mereka bangun sedari kecil hanya karena perasaan tabunya, Gavi tak mau itu. Cukup selalu berada di dekat Pedri saja sudah cukup bagi Gavi.

Gavi terlalu takut, Gavi takut akan banyak hal, tentang pendapat semua orang, tentang bagaimana respon Pedri, dan tentu saja dengan hatinya yang tak siap akan penolakan.

"Mau memesan apa?" Suara Pedri menginterupsi Gavi, Gavi yang masih bingung mengerutkan keningnya. Tangan keduanya masih tertaut dengan erat, seperti Pedri enggan untuk melepaskan.

"Tortilla saja," jawab Gavi dan genggam tangannya pun terlepas. Gavi cemberut melihatnya. Tangan besar Pedri itu menghangatkan, Gavi suka, dan Gavi tak suka jika orang lain bisa merasakan kehangatan yang sama sepertinya. Tapi tangan itu, tangan itu bukan hak miliknya.

"Kau cari tempat duduk saja, biar aku yang memesan," Pedri berucap pada Gavi, dan tanpa pikir panjang Gavi langsung pergi mencari tempat.

Gavi menunggu dengan sibuk bermain ponsel, sesekali membalas pesan-pesan tak penting dari teman-temannya.

Tak butuh waktu lama, Pedri datang dengan pesanan Gavi dan dua kaleng cola. Gavi mengerutkan keningnya. "Kenapa kau tak memesan makanan?"

Pedri menggeleng pelan, mendudukkan dirinya di samping Gavi. "Makanlah. Aku sudah kenyang." Pedri mengusap lembut rambut coklat almond milik Gavi.

Bagi Pedri, Gavi itu masih anak kecil, Gavi itu sahabat terbaiknya. Hanya dengan Gavi dirinya bisa menjadi diri sendiri, tanpa memikirkan pendapat orang lain. Hanya dengan Gavi Pedri bisa lebih ceria dan hangat.

Dan hanya dengan Pedri Gavi menjadi pribadi yang lebih menyenangkan, bukan bocah nakal yang selalu berbuat kenakalan yang tidak penting. Mereka saling melengkapi. Tapi Pedri mana tahu rahasia besar yang Gavi kubur dalam-dalam.

Biarkan perjalanan persahabatan mereka berjalan seperti biasanya, dengan Gavi yang selalu merusuh, dan Pedri yang selalu tenang menghadapi segala sesuatu tentang Gavi.

Biarkan Pedri menganggap Gavi sahabat terbaiknya, tanpa Pedri tahu satu rahasia dari sang sahabat.

"Berhenti mengacak-acak rambutku, sialan," Gavi merengut dengan menyantap tortilla yang Pedri belikan untuknya, iya. Pedri membelikannya untuk Gavi, dan Gavi tak usah repot-repot mengganti uang Pedri. Seperti itulah jalannya persahabatan ini, dengan Gavi yang menyukai sahabatnya sendiri, dan dengan Pedri yang menganggap Gavi sahabat kecil terbaiknya.

tbc~~
maaf lama gaiss hehehehe, tipis tipis dulu yaa. anw, gavi dapet green light dari medisss, yeayy finally bisa liat gavi main bola lagii ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Trust Me [PedriGavi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang