Asa meletakkan kasar bolpoin yang sudah cukup lama dirinya genggam itu. Satu bulan setelah Ahyeon pergi tanpa kabar, membuat mereka kembali keaktivitas semula. Seperti Asa yang satu bulan ini tengah sibuk akan pemulihan kakinya.
Asa memegang kepalanya yang terasa pusing, menghela nafas dan memilih meletakkan kepalanya diatas meja dengan satu tangan yang ia jadikan bantalan. Kepalanya rasanya selalu ingin pecah jika sudah memikirkan tentang Ahyeon yang juga belum kembali.
"Kau akan kembali, 'kan? Aku merindukanmu, Ahyeonie. Jangan lama-lama perginya, semua anggota merindukanmu. Mereka selalu mengatakan jika kita harus memberimu waktu, tetapi mereka sendiri selalu berharap bahwa kau akan kembali sebelum debut kita. Mereka tidak marah, Ahyeonie, mereka hanya kecewa padamu, tapi aku tahu bahwa Ahyeon yang aku kenal hanya sedang merasa marah saat itu. Jika kau kembali, maka kita akan dengan antusias menyambutmu kembali." Tangannya menggerakkan pelan kedua bolpoin yang berada digenggamannya, seolah kedua bolpoin itu adalah dirinya dan Ahyeon yang saling berbicara empat mata.
"Kaki ku sudah lebih baik, aku tidak marah padamu. Maka cepatlah kembali, Ahyeon-ah. Aku ingin menelfon Eomonie tetapi aku malu, aku takut Eomonie marah padaku karena telah membuat putrinya kembali kerumah dengan sedih." Kedua bolpoinnya jatuh dari tangan Asa saat genggamannya melemas, melipat bibirnya kedalam untuk menahan tangis dan menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan. Dirinya sudah terlalu banyak menangis akan masalah yang datang belakangan ini.
"Aku merindukanmu, aku janji tidak akan mengambil semua yang seharusnya kau miliki. Aku mau debut bertujuh, aku tidak mau tanpamu, Ahyeon-ah." Isakannya berhasil memenuhi kamar itu. Menangis kembali akan ketidakhadiran seorang Jung Ahyeon di Babymonster.
Hela nafas lelah terdengar saling berhembus kasar distudio dance milik gedung YG Entertainment. Ruka dan Rami dengan bersamaan membaringkan tubuh mereka yang terasa remuk setelah seharian berlatih tanpa jeda, berusaha memberikan yang terbaik untuk para penggemar, berusaha membuat grup mereka tidak terasa kosong.
"Eonnie~"
Chiquita mendusel pada Rora yang sedang mengatur nafasnya dengan bersandar pada tembok.
"Aku haus," Chiquita menatap Rora yang hanya menatapnya malas.
"Aku lelah, Quita-ya." Rora memberikan wajah memelasnya, berusaha membuat adiknya pergi dari hadapannya. Karena sungguh, tubuhnya benar-benr lelah sekarang.
Chiquita cemberut, melepas pelan rangkulannya pada lengan Rora.
"Ayo, dengan Eonnie saja."
Chiquita segera mendongak semangat dan dengan antusias beranjak menghampiri Asa yang menawarkan diri.
"Jinjja?"
Asa mengangguk, masih sibuk mengikat rambutnya yang penuh dengan keringat.
"Kajja!" Sorak Chiquita semangat dengan menggandeng lengan Asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND
FanfictionHanya tentang mereka dengan segala usaha mereka untuk tetap terikat satu sama lain. Dalam persahabatan yang mengikat hubungan kerja, pertengkaran sudah lebih dari kata biasa dalam ikatan jalinan tersebut. Tetapi hubungan mereka lebih dari itu. Mere...