08. Bond

241 45 5
                                    

"Ini yang kau bilang kita akan menikmatinya?!" Ruka dengan kekesalannya menimpuk wajah Rora dengan bantal.

Rora hanya menyengir, menatap penuh kesenangan pada Ruka yang masih sibuk menutupi wajahnya. Drama horor menjadi pilihan Rora untuk mereka tonton malam ini. Dan bahagianya Rora malam ini adalah Ruka yang mengomel dengan dua bahasa yang berbeda, Jepang dan Korea bersatu akan kekesalan Eonnie-nya itu.

"Aku akan membuatmu menyesal, Lee Dain!" Geram Ruka, dirinya berada dibagian paling pojok sofa, tidak ada apapun selain Rami yang menjadi target pelukannya.

Rora tidak menjawab, hanya kembali fokus pada sesi menegangkan yang tercipta. Tangannya dipeluk dari dua sisi, dari sisi kanan ada Chiquita yang memeluk, dan dari sisi kiri ada Ahyeon yang memeluk.

"Bagaimana jika kita malam ini tidur bersama?"

Mereka serentak menoleh pada Asa yang menyarankan. Ruka dengan semangat mengangguk, berseru paling keras akan saran tersebut.

"Baiklah, kita tidur bersama disini."

"Ini drama nya sudah selesai, kalian tidak mau melepaskan tangan kalian?" Rora menyindir dua tangan yang masih memeluk lengannya. "Lepas dan kita ambil kasur lipat dikamar bersama-sama."

"Tidak mau, kau saja sana." Ahyeon melepas kaitan tangannya pada lengan Rora dan beralih memeluk lengan Asa yang berada disisi kirinya.

"Kenapa aku?"

"Karena kau yang menyarankan menonton ini, kita kan jadi takut." Chiquita pun sama, melepaskan kaitan tangannya dari Rora dan beralih memeluk Rami disebelahnya.

"Lalu aku sendiri gitu?" Cengo Rora menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah, siapa lagi?" Ruka menimpali masih dengan kekesalannya.

"Ya masa aku sendiri?"

"Udah cepat sana ambil, lagian siapa suruh iseng, jadi pada penakut 'kan sekarang." Rami mendorong pelan tubuh Rora, sudah gerah dengan pelukan erat dari kedua gadis disisinya.

Rora dengan cemberut melangkah pada kamar yang berada disamping dapur, kamar yang memang biasa digunakan manager mereka jika menginap.

"Masa aku membawa sebesar ini sendiri?" Dumel Rora dengan helaan nafas kasar yang keluar, menatap penuh kemalasan pada kasur lipat yang cukup besar ukurannya.

Disaat tangannya akan membawa kasur itu, tangannya terasa lebih ringan dalam mengangkat, hingga dirinya menoleh dan mendapati Rami yang ikut mengangkat kasurnya.

"Ayo, aku bantu."

Rora tersenyum senang, akhirnya ada yang peduli juga. "Terima kasih, Eonnie."

"Makanya jangan suka iseng, udah tahu pada penakut semua, malah dikasih tontonan itu." Rami ikut mengomel dengan tangan yang membawa kasur itu kedepan televisi.

Belum diletakkan secara sempurna, tetapi kasur sudah lebih dulu menjadi rebutan, saling berebut untuk berada ditengah, tidak ada yang mau untuk berada dipinggir.

Rami dan Rora menghela nafas, terpaksa mereka menempati diri pada masing-masing sisi pinggir kasur.

"Kalian curang," Rora ikut berbaring, memeluk tubuh Ahyeon yang berada disebelahnya.

"Itu memang salahmu." Ruka dengan penuh tenaga menepuk kencang tangan Rora yang melingkar pada Ahyeon. Kebetulan Ruka berada disisi lain Ahyeon.

Rora meringis, Mengelus tangannya yang terasa panas, "sakit," cicitnya.

"Sudah-sudah, tidur sekarang jika tidak mau ada hantu yang melayang."

Mereka dengan kecepatan penuh menutup erat mata mereka, menuruti perintah Pharita sekaligus mendumel akan ucapan yang secara gamblang keluar dari gadis itu.

Asa membuka matanya, mengerjap berusaha menyesuaikan cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asa membuka matanya, mengerjap berusaha menyesuaikan cahaya. Anggota lain tidak ada yang mau mematikan lampu karena takut, berakhir mereka tertidur dengan lampu menyala. Matanya melihat pada jam dinding yang berdetak ditengah sunyinya malam. Jarum jam menunjukan angka dini hari.

Asa melirik pada anggota lain yang masih tertidur pulas, ingin beranjak tetapi tubuhnya dikukung oleh Pharita dan Ruka yang memeluk tubuhnya.

Menghela nafas dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun untuk menyingkirkan tangan Ruka dan Pharita yang masih berada dipinggangnya.

Nafasnya berhembus panjang, merasa lelah akan usaha keras untuk tidak membuat gerakan banyak akan aksinya menyingkir dari pelukan dua Eonnie-nya. Hingga dirinya dapat bernafas lega saat sudah terbebas sepenuhnya.

Asa mendudukkan dirinya terlebih dahulu, menelisik pada para anggota yang tidur dengan posisi sulit dijelaskan. Keningnya berkerut saat tidak menemukan Ahyeon yang seharusnya berada disebelah Rora.

Matanya mengedar pada penjuru asrama, hingga dirinya memilih beranjak menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering, mungkin dirinya akan mencari Ahyeon nanti.

Saat didapur, baru saja akan memencet saklar lampu tetapi matanya dapat menangkap Ahyeon yang tengah duduk sendirian dimeja makan, cahaya tampak memenuhi wajahnya, gadis itu tengah bermain ponsel?

Asa berjalan perlahan menghampiri Ahyeon, berdiri dibelakangnya dan ikut menelisik ponsel yang terlihat serius ditatap oleh Ahyeon. Hingga dirinya menghela nafas.

Ahyeon mendongak kaget saat ponselnya ditarik pelan. Mengerjap dan mengelus dadanya saat menemukan Asa yang ada dibelakangnya.

"Jangan luangkan waktumu hanya untuk membaca komentar buruk, Ahyeon-ah." Asa menatap lekat wajah Ahyeon, wajah itu terlihat sendu, entah seberapa banyak gadis itu membaca semua komentar buruk tentangnya.

Asa menarik kursi disebelah Ahyeon, duduk dihadapannya yang juga manatapnya, "kau tidak perlu membaca semua komentar buruk tentangmu, jangan pernah meladeni mereka dengan kau membaca ketikan jahatnya, banyak yang lebih menerimamu disini. Dengan kau kembali saja itu lebih dari segalanya, kau menepati janjimu untuk kembali. Lalu untuk apa kau membaca itu semua disaat kau mendapat cinta yang tak kalah besar dari semua kebencian yang kau terima. Mereka hanya merasa cemburu padamu. Berhenti untuk membaca semua komentar buruk itu, Itu hanya akan menjatuhkan mental mu, jangan merasa rendah, kau pantas mendapatkan lebih, Ahyeon-ah."

Ahyeon termangu, manatap dalam netra bening itu yang sungguh kini menjadi tempatnya bernaung, Asa Eonnie-nya sudah sedewasa ini, sudah pandai dalam melafalkan banyak kalimat menyentuh. Ahyeon memajukan tubuhnya, tangannya terangkat guna memberikan dekap pada daksa yang sungguh Ahyeon syukuri kehadirannya disini. "Terima kasih untuk semuanya, Eonnie." Lirihnya.

Ahyeon tak membutuhkan apapun lagi, seluruh ujaran kebencian yang sempat memenuhi kepalanya kini melebur entah kemana, berganti dengan seluruh ucapan yang Asa Eonnie-nya berikan. Dengan perasaan apa lagi Ahyeon harus menyesal, dan dengan perkataan apa lagi kata maaf harus terucap disaat dulu dirinya begitu didamba kepergiannya oleh Ahyeon sendiri.

"Kau harus selalu sehat dan bahagia, Eonnie. Aku tidak akan pernah menerima kesedihan yang datang padamu. Kau layak dipuja. Akan aku pastikan puja-an itu datang untukmu dengan waktu yang tidak terbatas."












_____________

Asahyeon masih menjadi tahta tertinggi❤‍🩹

Karena aku baik, jadi aku update. Jangan lupa vote dan komen yang banyak, yaaa. Thank you and byebye👋

BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang