Sasuke tidak bisa tidur memikirkan bagaimana pekerjaannya hari ini. Ia pun membaca semua emailnya dan berniat tidak mengerjakan banyak pekerjaan hari ini. Sampai pukul tiga dini hari ia sudah minum dua gelas caffein agar matanya tetap segar.
Dan sekarang kantung matanya membesar, ia bahkan tidak peduli karena harus segera pergi ke kantor menemui Sakura. Karin juga menelfonnya kalau pagi ini ada rapat mendadak dan ia harus segera datang. Sebelum ia pergi, Sasuke ingin mengatakan dulu pada ibunya kalau ia tidak bisa membantunya bertemu sebelum perceraiannya terjadi.
Atau mereka semua tidak akan bisa melihat Sakura lagi.
" Sasuke, kamu tidak tidur? Bukankah kita harus bertemu dengan si kembar? " Pria itu diam, duduk dimeja makan dengan lesu. Itachi menatap Sasuke yang terlihat tidak bersemangat. Semalam ia masuk kedalam ruang kerjanya dan Sasuke masih sibuk dengan email.
Matanya memang fokus pada layar tetapi ia bisa melihat raut wajahnya yang tidak tenang dan banyak pikriran.
" Ruang kerjanya masih menyala di pukul tiga, kenapa? Bertengkar dengan Sakura? " Sasuke manatap kakaknya dalam diam kemudian pandangannya beralih pada kedua orangtuanya yang sudah rapi. Tinggal hitungan dua jam dan Sasuke membatalkannya , keduanya pasti kecewa.
" Mah, Pah, aku tidak bisa mengantarmu bertemu mereka hari ini. Sakura marah padaku semalam " Marah? Kening Mikoto mengkerut, kenapa Sakura marah padahal mereka datang baik-baik.
" Semalam kamu bilang bisa dan sekarang kamu membatalkannya " Sasuke langsung bangkit dari posisinya begitu ibunya membentak dengan nada tinggi. Posisinya juga tidak menguntungkan, ia bahkan sudah dipisahkan sejak lama oleh Ibunya.
Dulu mereka dipisahkan sekarang Mama dan Papa nya memaksa ingin bertemu. Apa mereka tidak memikirkan perasaan Sakura yang menderita karena hamil diluar nikah bahkan tanpa ada suami yang mendampinginya.
" Lebih baik Mama dan Papa tidak datang sekarang daripada aku yang dijauhi oleh Sakura. Apa kalian belum sadar juga kalau Sakura menderita karena siapa? " Sasuke yang tadinya ingin makan memilih pergi dan begitu dirinya sampai dipintu depan dirinya bertemu dengan istri yang akan segera ia ceraikan.
Masa bodo.
" Mau kemana Sasuke? " Tanyanya ramah seperti biasa. Karena Sasuke sudah muak ia hanya menatap wanita itu sinis.
Mei menatap suaminya yang memang dingin seperti biasanya. Seharusnya ia memang tidak perlu bertanya karena pria itu pasti hendak berangkat kerja. Bukankah pertanyaannya hanya memperkeruh suasana saja.
Setidaknya bantulah dia membawakan koper keatas.
" Bukan hal yang patut ditanyakan " Pria itu berlalu meninggalkan sejuta tanya dibenaknya. Suaminya tampak lelah karena terlihat sekali dari raut wajahnya. Mikoto menyusul, dan ia mendapati menantunya sudah pulang dengan koper besar. Dengan senyum tipis Mei memberikan oleh-oleh yang dibawanya untuk mertua perempuannya.
" Terima kasih, naiklah dan istirahat Mei " Mei mengangguk. Langkahnya seperti mati karena berada dirumah ini. Ia lebih senang berada dikantornya dan berduaan dengan kekasihnya.
Setelah membawa kopernya keatas ia putuskan untuk keluar saja dibanding harus disini. Mereka sudah mendapatkan apa yang di mau jadi tidak perlu berlaku baik lagi padanya.
***
Sasuke tidak bisa menutupi rasa paniknya. Jantungnya berdetak tidak karuan karena Sakura tidak masuk dan Sasori tidak tahu dimana wanita itu berada. Sasuke sudah menyuruh kenalannya memeriksa apartemen tempatnya tinggal, ternyata Sakura meninggalkan apartemen pukul lima pagi.
Meeting tidak berjalan lancar karena pikirannya tidak karuan. Ia memerintah Karin untuk merekam semua pembicaraan saja dan membiarkannya sibuk dengan pikirannya dulu.
Wanita itu masuk keruangannya setelah mengetuk pintu. Tangannya berubah dingin karena Sakura belum ada kabar padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Tangannya terkepal, ia terlalu santai dan mana beritanya? Kenapa Papanya berkhianat padanya? Kalau mau cepat bertemu cucunya seharusnya membantunya bukan?
" Rin, dimana Sakura? Atau jangan-jangan dia pergi kerumah Ino? "
" Ino pemotretan dan semalam menginap dirumah kekasihnya. Bos, lebih baik urus perceraian kalian dulu "
" Tidak bisa, Sakura harus tetap berada dalam jangkauan saya "
" Sakura sudah melewati banyak hal sendiri. Mungkin bos terlalu memaksanya "
" Ck! Saya menidurinya sabtu kemarin "
" Apa? Sebegitu tidak tahannya kah untuk tidak masuk kelubangnya? "
" Kangen Rin, anak-anak juga tidak ada ditempat kursus. Mau gila saya rasanya "
" Jangan mengajak saya " Karin pamit dan dering ponselnya membuat langkahnya berhenti. Ia langsung memberikan ponsel tersebut pada Sasuke karena Sakura lah yang menelfon. Sasuke hampir mati berdiri karena sedari tadi Sakura mengacuhkan panggilannya.
Karin mencebik karena pria itu merampas ponselnya. Pantas saja ditinggal, Sasuke itu sangat arogan.
" Tante bisa kesini " Sasuke merasakan jantungnya berdebar keras. Perasaannya pun tiba-tiba berubah menjadi tidak enak. Kenapa bukan Sakura? Apa terjadi sesuatu? Dimana wanitanya berada?
" Sayang, ini Papa. Dimana mama? " Karin bisa melihat raut wajah Sasuke yang berubah menjadi sangat khawatir. Sepertinya suara Sean, dimana mereka sekarang sampai tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
" Papa.. Mama pingsan. Sekarang kita ada di apartemen baru "
Hatinya mencelos. Pingsan? Ya Tuhan, langsung gemetar seluruh badannya. Apa yang terjadi?
" Apa? Sean, dimana apartemennya. sayang? Papa datang sekarang " Keduanya bisa mendengar Sarada yang menangis, pikiran Sasuke pun semakin kacau dibuatnya.
" Di dekat tempat les renang Pah. Papa cepat ya, kita berdua takut " Sasuke langsung memberikan ponsel tersebut pada Karin sementara dirinya mencari kunci mobil. Ia tidak peduli apapun, menitipkan pesan padanya saja tidak.
Karin mencoba menenangkan anaknya dengan mengubah panggilan menjadi video call, takut ada yang urgent lebih baik ia stay dikantor dan menunggu Sasuke.
.. to be continue ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable (revised)
Fanfiction📍 Mature for Language Content 📍 SHORT STORY Sasuke menariknya kedalam pelukannya untuk kesekian kalinya. Kehidupannya yang sudah pelik malah bertambah rumit karena Sasuke membawanya masuk kedalam rumah tangganya yang sebenarnya sudah tidak terbent...