Let's make much memories before you go.

129 12 0
                                    

Setelah anniversary berakhir, kehidupan kembali normal bagi Rai. Namun, sejak itu, dia jadi lebih sering datang ke berbagai event JKT48. Bukan hanya untuk menyaksikan penampilan idolanya, tapi juga untuk menikmati setiap momen terakhir bersama Lulu sebelum hari kelulusannya tiba.

Beberapa hari setelah anniversary, sebuah event handshake digelar di sebuah mall di Jakarta. Rai sudah bersiap untuk mengantri, kali ini dengan membawa sebuah hadiah kecil untuk Lulu, berupa gelang yang ia buat sendiri. Dia merasa sedikit gugup, tapi juga bersemangat karena ingin memberikan sesuatu yang berarti sebelum waktu Lulu di JKT48 benar-benar habis.

Ketika giliran Rai tiba, Lulu menyambutnya dengan senyum lebar di balik meja handshake. "Hai, Rai! Ketemu lagi, ya?" Lulu menyapa dengan ceria.

"Hai, Kak Lulu," Rai tersenyum balik, tapi ada sedikit kegugupan di matanya. "Aku ada bawa ini, kecil sih, tapi aku harap Kak Lulu suka." Dia mengeluarkan gelang yang sudah dibungkus rapi dan menyerahkannya kepada Lulu.

Lulu melihat hadiah itu dengan penuh perhatian, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Rai. "Wah, lucu banget! Kamu buat sendiri?" tanya Lulu sambil memperhatikan detail gelang tersebut.

Rai mengangguk. "Iya, buat kenang-kenangan aja. Jadi Kak Lulu bisa ingat aku, hehe."

Lulu tersenyum hangat dan menerima gelang tersebut dengan senang hati. "Terima kasih banyak, Rai. Aku pasti make!," jawab Lulu, sebelum melanjutkan dengan nada bercanda, "Tapi kamu harus janji ya, jangan sedih-sedih pas aku nanti grad."

Rai tertawa kecil, meskipun sebenarnya ada sedikit rasa perih di hatinya. "Iya, aku janji bakal dukung Kak Lulu terus, bahkan setelah grad."

Ketika waktu sesi handshake-nya habis, Lulu memberikan lambaian kecil kepada Rai. "See you di event berikutnya, ya!"

Rai keluar dari area handshake dengan perasaan campur aduk; senang karena bisa memberikan hadiah itu, tapi juga menyadari betapa cepat waktu berlalu.

Keesokan harinya di sekolah, Mando menyapa Rai dengan gaya khasnya yang santai. "Eh, gimana? Udah ketemu Lulu lagi?" tanyanya sambil menyandarkan diri di bangku.

"Udah," jawab Rai sambil tersenyum tipis. "Gw kasih gelang buat dia."

Mando tertawa kecil. "Wah, bisa aja lu. Jangan-jangan abis grad dia beneran jadi deket sama lu nih."

"Yah, siapa tau," balas Rai setengah bercanda, setengah berharap.

Hari-hari berlalu, dan semakin dekat dengan hari kelulusan Lulu, Rai terus datang ke berbagai event. Meskipun berat, dia berusaha menikmati setiap momen, sambil mempersiapkan diri untuk hari perpisahan yang semakin dekat.


































































Beberapa hari setelah event handshake, Rai sedang nongkrong di sebuah kafe dengan Lion, Gabriel, dan Mando. Mereka sedang menikmati sore yang santai, ngobrol tentang segala hal mulai dari tugas sekolah hingga konser JKT48. Namun, topik pembicaraan segera beralih ke Lulu.

"Jadi, udah berapa event lu datengin semenjak anniversary kemarin?" tanya Lion sambil menyeruput kopinya. Matanya menyipit penasaran.

Rai menggaruk kepala sambil berpikir. "Hmm, mungkin ada lima kali ya, termasuk handshake sama theater show," jawabnya.

Gabriel menatapnya dengan sedikit heran. "Wih, serius lu? Semangat banget, kayak ngejar target aja."

Rai tertawa kecil. "Ya gimana, udah mau grad soalnya. Mumpung masih ada kesempatan buat ketemu dan ngumpulin kenangan bareng Kak Lulu."

Mando yang duduk di sampingnya ikut menimpali, "Iya, nih. Gw lihat si Rai makin sering dateng ke event. Lu udah kayak member tetap JKT48 aja."

Lion mengangguk setuju, lalu bertanya, "Tapi lu udah mikir belum? Setelah Lulu grad, lu mau gimana?"

Pertanyaan itu membuat Rai terdiam sejenak. Dia memang belum benar-benar memikirkan apa yang akan terjadi setelah Lulu lulus. "Hmm... jujur, gw belum kepikiran. Rasanya aneh sih. Kaya ada yang hilang gitu."

Gabriel menepuk bahu Rai. "Yah, namanya juga hidup, bro. Lu kan masih bisa support dia di luar JKT48, siapa tau lu malah bisa ketemu lebih sering."

"Iya, dan siapa tau dia malah lebih punya waktu buat lu setelah grad," sambung Mando dengan senyum menyebalkan.

Rai hanya bisa tertawa mendengar candaan teman-temannya. "Amin aja deh kalau gitu. Tapi jujur, bakal beda sih, gak ada lagi yang namanya dateng ke theater tiap minggu cuma buat lihat dia di panggung."

Lion mengangguk. "Yah, paling enggak lu udah berusaha buat ngabisin waktu sebanyak mungkin buat support dia. Itu udah lebih dari cukup."

Gabriel kemudian menatap Rai serius. "Tapi gw saranin, lu coba enjoy juga hal-hal lain. Jangan cuma fokus ke idol aja. Siapa tau lu ketemu cewek lain yang beneran bisa deket sama lu, gak cuman di panggung."

Rai tersenyum lemah, lalu menjawab, "Iya, gw ngerti kok. Tapi ya, mumpung masih ada waktu, gw mau nikmatin dulu semuanya. Toh, gak tiap hari gw punya kesempatan buat support seseorang yang berarti buat gw."

Obrolan berlanjut ke topik lain, tapi suasana tetap hangat. Rai merasa bersyukur punya teman-teman yang selalu mendukungnya, bahkan ketika dia sedang sibuk mengejar kenangan bersama idolanya.




Hehehe gimana? double up yaa sorry author gk up lagi mau ningkatin writting skill,semoga sukaaa🙏🏻

My fanboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang