Hari-hari berlalu dengan cepat, dan last show Lulu sudah semakin dekat. Bagi Rai, itu berarti momen perpisahan dengan seorang idola yang telah memberinya begitu banyak inspirasi. Meski berat baginya, kehidupan di kampus juga memulai babak baru yang tak terduga. Kini, Lulu bukan lagi sekadar idol yang ia kagumi dari jauh, tetapi juga teman kuliah yang bisa ia temui sehari-hari.Saat memasuki dunia perkuliahan, Rai yang pemalu dan agak nerd mulai berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Dengan mengenakan kemeja sederhana dan ransel penuh buku, ia tampak seperti mahasiswa yang baru saja belajar beradaptasi dengan dunia yang lebih luas. Sifat jamet-nya kadang membuatnya merasa canggung saat berada di sekitar mahasiswa lain, terutama ketika harus berbicara di depan kelas.
Namun, keberadaan Lulu membuat semua terasa lebih ringan. Setiap kali melihatnya di kampus, ada rasa semangat yang muncul di hati Rai. Meski Lulu sibuk dengan persiapan last show dan kuliahnya, dia selalu menyempatkan waktu untuk menyapa Rai atau mengobrol sebentar. Keakraban kecil itu memberikan Rai kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan di perkuliahan.
Suatu hari di koridor kampus, Rai melihat Lulu sedang duduk dengan teman-temannya dari jurusan Ilmu Komunikasi. Mereka tampak asyik membahas sesuatu, sementara Lulu sesekali tertawa kecil. Rai berhenti sejenak, merasa ragu-ragu untuk menghampiri. Namun, dorongan untuk mendekati Lulu lebih besar daripada rasa canggung yang ia rasakan.
"Hai kak, lagi sibuk?" tanya Rai dengan suara pelan saat sudah cukup dekat.
Lulu menoleh dan tersenyum. "Nggak kok, Rai. Sini aja duduk. Kita lagi ngobrolin tugas kuliah." Lulu memberi isyarat agar Rai bergabung. Meski merasa sedikit gugup, Rai langsung duduk di sebelah Lulu dan mencoba terlihat santai. Namun, dari cara Lulu memandangnya, Lulu bisa melihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Sebenarnya, pikiran Rai memang bercampur aduk akhir-akhir ini. Semakin dekat hari last show, semakin besar pula rasa melankolis yang menyelimuti dirinya. Ia sering terbayang masa-masa saat ia menonton Lulu di teater, menyaksikan penampilannya yang penuh semangat di atas panggung. Bagaimana bisa ia menerima bahwa itu semua akan segera berakhir?
"Rai, kamu kelihatan nggak seperti biasanya. Ada apa?" Lulu bertanya, menatapnya dengan mata penuh perhatian.
Rai menarik napas dalam, berusaha tersenyum. "Cuma... kepikiran aja. Sebentar lagi kamu bakal last show. Rasanya aneh, tahu nggak? Kayaknya berat aja ngebayangin kalau nanti nggak bisa lihat kamu tampil di teater lagi."
Lulu mendengarkan dengan tenang, lalu tersenyum lembut. "Kamu masih bisa melihat aku, kok. Bedanya, sekarang bukan sebagai idol, tapi sebagai teman kuliah. Kamu nggak akan kehilangan aku, Rai." Ia menepuk bahu Rai dengan lembut, memberikan dorongan semangat.
"Berarti boleh nih oleng?" Tanya dengan campuran goda Rai
"Hmm,gak." Jawab Lulu dengan nada bercanda cemburuMendengar itu, Rai merasa sedikit lega, tetapi masih ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Meski Lulu mencoba meyakinkannya bahwa mereka masih akan terus berteman, Rai tahu bahwa last show Lulu akan menandai akhir dari sebuah bab dalam hidupnya. Ia tak hanya akan kehilangan seorang idola, tetapi juga momen-momen spesial yang hanya bisa dirasakan di teater.
Seiring waktu berjalan, Rai mulai lebih sering menemani Lulu di kampus. Setiap kali ada kesempatan, ia berusaha menunjukkan perhatiannya, meski sering kali dengan cara yang canggung dan sedikit konyol. Misalnya, ketika mereka bertemu di perpustakaan, Rai akan menawari Lulu minuman atau sekadar mengajaknya ngobrol tentang hal-hal sederhana, seperti mata kuliah yang sedang mereka ambil atau kegiatan kampus yang akan datang.
Namun, kehadiran Revano, teman lama Lulu, kerap membuat situasi menjadi rumit. Revano sering bergabung dengan mereka, terutama saat mereka bertiga berada di kampus yang sama. Setiap kali Revano muncul, Rai tak bisa menahan rasa cemburunya, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Bukannya marah atau kesal, Rai lebih sering menunjukkan sikap manja dan mudah cemburu, seperti anak kecil yang berebut perhatian.