Chapter 4.

120 29 4
                                    

*****

“B-baiklah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“B-baiklah.” Jaehyun menerima uluran tangan Woonhak dengan ragu.

Woonhak tersenyum menatap wajah seorang lelaki yang baru ia kenali,  ia melepas jabatan tangan mereka. Pandangan nya beralih ke langit di pagi menjelang siang ini, terlihat berawan. Akhir pekan ini ia datang ke taman hanya untuk bermain bola dengan anak-anak kecil yang selalu bermain di tempat ini, namun karena cuaca yang mendung seperti ini mungkin mereka tak di perbolehkan untuk keluar oleh orang tua mereka.

Dan mata nya pun tak sengaja menatap seseorang yang menangis di ayunan itu, awal nya ia tak peduli dan akan pergi dari tempat ini. Entah mengapa hati nya menolak, hingga akhirnya ia menghampiri nya. 

“Apa kau tinggal di sekitar sini?” Jaehyun membuka suara nya.

“Ya, aku tinggal di apartemen sekitar sini.” jawab nya.

“Mengapa kau menghampiri ku dan memberiku sapu tangan? Kau tak mengenalku.” kata nya, ia heran dengan pria di samping nya yang tiba-tiba memberi nya sapu tangan.

Woonhak mengedikkan bahu nya. “Entahlah, aku merasa.. harus menghampiri mu.”

Jaehyun mengerutkan alis nya. “Kau aneh.”

Woonhak terkekeh mendengar kata ‘aneh’ yang keluar dari mulut lelaki itu.

Suasana kembali hening dan langit semakin menggelap, orang-orang yang berada di taman itu bergegas pergi agar tak kehujanan. Namun Jaehyun tak peduli, lagi pula hujan hanya lah air yang turun dari langit tak ada beda nya dengan air yang di gunakan untuk hal lain. Ia suka hujan, suara turun nya hujan dan aroma tanah saat hujan membasahi bumi membuat nya merasa begitu tenang.

Woonhak menoleh ke samping nya, Jaehyun tengah menutup mata nya di tambah surai coklat nya tertiup angin. Ia mengaggumi wajah indah itu, wajah yang terlihat indah namun belum tentu kisah hidup nya seindah wajahnya. Petir menggelegar kencang, namun Jaehyun tetap tak bergeming.

“Sebentar lagi hujan akan turun, lebih baik kita berteduh sekarang.” ajak nya, tapi Jaehyun menjawab dengan gelengan kepala nya.

“Nikmati saja di saat hujan akan turun.” ujar nya yang masih menutup mata nya.

Woonhak mengikuti perkataan Jaehyun untuk menikmati saat hujan akan turun, beberapa menit kemudian hujan turun dengan derasnya, dan kini tubuh nya telah basah di guyur hujan.

.
.
.

“Astaga, kau kehujanan.”

Jaehyun mengangguk menanggapi perkataan kekasih nya, ia baru kembali setelah hujan sedikit reda. Taesan merangkul bahu kekasih nya dan menuntun nya menuju kamar.

“Kau mandi lah dengan air hangat, aku akan membuatkan mu teh.” ucap nya, baru saja ia ingin melangkah namun Jaehyun menahan lengan nya.

“Bukan kah kau tadi berkata akan bertemu salah satu teman mu?” tanya nya.

“Hm betul, tapi dia berkata agar bertemu nanti malam saja.” jawaban itu membuat Jaehyun sedikit terkejut.

“Oh.. apa aku mengenal teman mu yang satu itu?”
Pertanyaan nya membuat Taesan tampak berpikir.

“Sudahlah kau mandi saja terlebih dahulu, aku akan membuatkan mu teh.”

Setelah itu kekasih nya pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan nya barusan, ia hanya bisa tersenyum pedih. Jaehyun berpikir, apakah harus malam hari? Untuk apa mereka bertemu?  Pikiran-pikiran negatif lainnya muncul begitu saja di kepala nya, ia menggelengkan kepala nya mencoba untuk menghilangkan prasangka buruk nya.

Tak lama berselang ia selesai bersih-bersih, dan kekasih nya pun baru datang ke kamar nya dengan secangkir teh hangat dan makanan ringan.

“Tidak biasa nya kau pulang cepat, bukan kah kau bekerja sampai sore hari?”

Jaehyun duduk di pinggir ranjang sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk.

“Ya, pemilik toko sedang ada urusan jadi di liburkan.”

Taesan mengangguk mengerti, kemudian ia duduk di samping Jaehyun. Ia mengambil alih handuk yang sedang Jaehyun gunakan dan membantu mengeringkannya.

Sudah memasuki waktu siang namun sepertinya hujan tetap tak ingin pergi, dan hujan pun semakin deras. Cahaya matahari yang terik di siang hari pun masih belum terlihat, angin di luar sana juga lumayan kencang.

Gerakan tangan Taesan terhenti saat Jaehyun mengganti posisi duduknya, agar menghadap Taesan. Mereka hanya saling memandang satu sama lain, Jaehyun memegang pipi kekasih nya, ia mengelusnya dengan lembut dengan ibu jari nya.

“Taesan, siapa aku di mata mu?”

“Tentu kau kekasih ku, dan kau sekaligus rumah ternyaman yang aku tinggali.” jawab nya tanpa ragu, Jaehyun menampilkan senyum tipis nya.

“Apa aku masih menjadi rumah ternyaman mu?”

“Kau ini bicara apa? Tentu kau masih rumah ternyaman ku.”

“Lalu ap–”

Ucapan Jaehyun terhenti saat ponsel Taesan terdapat panggilan masuk, dengan segera Taesan mengambil ponsel nya yang berada di atas nakas.

“Tunggu sebentar ya.” ujar nya.

Jaehyun menghembuskan nafas nya, kepala nya mulai terasa pusing ia akan melewatkan makan siang saja. Rasanya nafsu makan nya sudah hilang saat melihat nama yang menelpon kekasih nya.





















To be continued.


hai, maaf baru muncul
semoga suka deh. votement ya (⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)

Dear. My darling | ddingdongz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang