Bulan purnama menggantung tinggi di langit, menerangi jalan setapak menuju paviliun tempat Myungho tinggal. Saat ingin memasuki paviliunnya, Myungho merasakan hawa dingin yang menusuk. Ia menghela napas, mencoba mengusir rasa tidak nyaman yang menyelimuti hatinya.
"Myungho" sebuah suara berat menggema dari balik pintu.
Myungho tersentak. Ia menoleh dan mendapati seseorang berdiri di ambang pintu, wajahnya gelap dan dingin.
"Sistem dia siapa?" Tanya Myungho lirih
[Dia adalah Marquis Arnolde Berge, dia ayahmu hao] jawab sistem"Ayah" sapa Myungho dengan suara gemetar.
"Kau kembali dari pesta Baron Vincent?" tanya ayahnya, suaranya dingin menusuk.
"Ya, Ayah," jawab Myungho.
"Kau tahu bahwa kakakmu sedang sakit?" tanya ayahnya, matanya menyala-nyala.
"Huh?" jawab Myungho.
"Lalu apa yang kau lakukan di pesta itu?" tanya ayahnya, suaranya meninggi. "Kau tidak merasa bersalah?"
Myungho terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa terjebak di antara kekecewaan dan kemarahan ayahnya.
"Kau anak haram!" bentak ayahnya. "Kau tidak pantas menikmati kemewahan seperti itu! Kakakmu, anak kandungku sedang sekarat, dan kau malah bersenang-senang di pesta?"
Ayahnya menampar wajah Myungho dengan keras. Myungho terhuyung ke belakang, memegangi pipinya yang terasa panas.
"Kenapa kau tidak mati saja?" tanya ayahnya, suaranya berbisik penuh amarah. "Padahal aku sudah memberikan racun padamu melalui pelayan itu. Kenapa kau masih hidup?" Ucapnya lirih
Myungho tercengang. Ia tidak percaya bahwa ayahnya tega melakukan itu.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Myungho, suaranya bergetar.
"Kau tahu kenapa," jawab ayahnya. "Kau menghalangi jalan kakakmu. Kau harus disingkirkan."
Ayahnya memukul Myungho, pukulan itu mengenai bagian perutnya. Myungho terhuyung ke belakang, meringkuk di lantai.
"Kau masih tidak sadar dengan apa yang kau perbuat kepada kakakmu?" tanya ayahnya, suaranya berbisik penuh kebencian. "Kau telah menghancurkan masa depannya."
Ayahnya berbalik dan meninggalkan Myungho terbaring di lantai, tubuhnya gemetar dan air matanya mengalir deras.
Myungho tidak mengerti. Ia tidak pernah menginginkan apa pun dari kakak laki-lakinya bahkan semenjak masuk ke dunia ini dia tidak pernah sekalipun melihat kakaknya itu. Ia hanya ingin hidup damai.
"Kenapa?" bisik Myungho, suaranya teredam oleh tangisannya. "Kenapa kau melakukan itu padaku?"
Myungho terbaring di lantai, meringkuk dalam kesedihan. Ia tidak tau mengapa dia merasa sangat sedih dan tidak berdaya, tubuhnya gemetar hebat. Rasanya seperti dunia runtuh di sekelilingnya. la tak pernah membayangkan bahwa ayahnya, adalah orang yang tega melakukan hal keji seperti itu.
Namun, jawaban yang didapatnya hanyalah keheningan. Ayahnya telah pergi, meninggalkan Myungho dalam kesedihan yang mendalam.
Myungho bangkit dengan susah payah, tubuhnya terasa lemas. la berjalan ke arah cermin besar yang menghiasi dinding paviliunnya. Wajahnya tampak pucat, matanya sembab, dan pipinya memerah karena tamparan ayahnya.
"Aku harus melakukan sesuatu," gumam Myungho. Kemudian Myungho pergi ke kamarnya dan duduk di tepi ranjangnya
"Sistem, bisakah kau tunjukkan persentase kedekatanku dengan Dokyeom saat ini?" tanya Myungho penasaran
KAMU SEDANG MEMBACA
Aetherlyn Kingdom
FantasyXu Minghao seorang karyawan kantoran berumur dua puluh lima tahun yang baru saja selesai lembur hingga pukul dua dini hari, yang kemudian pulang dengan keadaan yang sangat lelah dan mengendarai mobilnya menuju apartemen yang tak jauh dari tempatnya...