Setelah perjalanan menyenangkan di pantai, kehidupan di sekolah kembali normal. Sella dan teman-temannya merasakan kehangatan dari kenangan yang mereka buat bersama. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hati Sella. Dia mulai merasakan bahwa ada perubahan dalam sikap Rendi yang membuatnya penasaran.
Selama beberapa minggu setelah perjalanan, Rendi tampak lebih pendiam. Meskipun dia masih berpartisipasi dalam kegiatan grup, ada kalanya Sella menangkap tatapan Rendi yang penuh pikiran. Dia sering melamun dan jarang terlibat dalam percakapan.
Suatu hari, saat mereka sedang berkumpul di kafe setelah sekolah, Sella memberanikan diri untuk bertanya. "Rendi, kamu baik-baik saja? Aku merasa kamu akhir-akhir ini terlihat sedikit berbeda," tanyanya, cemas.
Rendi tersenyum, tetapi senyumnya tampak dipaksakan. "Oh, aku baik-baik saja. Mungkin aku hanya sedikit lelah dengan pelajaran," jawabnya singkat.
Lita, yang duduk di sebelah Sella, menambahkan, "Kamu tidak perlu ragu untuk berbagi, Rendi. Kita di sini untuk saling mendukung, ingat?"
"Ya, aku tahu. Terima kasih, teman-teman," jawab Rendi sambil mengalihkan pandangannya, seolah ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan.
Maya, yang merasa ada sesuatu yang aneh, mencoba mengalihkan perhatian. "Ayo kita buat rencana untuk pergi ke bioskop akhir pekan ini! Ada film baru yang semua orang bilang seru!" sarannya, berharap bisa mengangkat suasana hati Rendi.
"Aku setuju! Kita harus nonton bareng. Film yang seru bisa membuat kita bersenang-senang," ucap Bimo, tampak bersemangat.
"Kalau begitu, kita harus memilih film yang tepat. Ayo kita lihat trailer dulu," Sella menyahut, berusaha untuk menjaga semangat kelompok.
Namun, di dalam hati Sella, rasa khawatir terhadap Rendi semakin menguat. Dia ingin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak ingin memaksa Rendi untuk berbicara jika dia tidak siap.
~~~
Hari Sabtu pun tiba, dan grup mereka pergi ke bioskop untuk menonton film. Saat film dimulai, suasana di dalam bioskop terasa sangat meriah. Sella dan yang lainnya tertawa, bersorak, dan terlibat dalam cerita yang ditayangkan. Meskipun Rendi masih terlihat sedikit jauh, suasana film berhasil mengalihkan perhatian Sella sejenak dari kecemasannya.
Setelah film selesai, mereka memutuskan untuk makan malam bersama di restoran terdekat. Sella berharap suasana yang lebih santai bisa membuat Rendi merasa lebih baik.
Selama makan, Sella memperhatikan Rendi yang tampak merenung. Dia berusaha menggali lebih dalam, tetapi Rendi tetap menjawab dengan singkat, dan Sella merasa semakin cemas.
"Rendi, jika ada yang ingin kamu bicarakan, jangan ragu untuk memberitahu kami. Kita semua adalah teman, dan kita di sini untuk mendukungmu," ungkap Sella dengan lembut.
Rendi terdiam sejenak, seolah memikirkan kata-katanya. "Aku... aku hanya merasa bingung dengan banyak hal. Kadang-kadang, aku tidak tahu harus bagaimana," jawabnya akhirnya, suaranya penuh ketidakpastian.
Semua teman-teman yang mendengarnya langsung memberikan perhatian penuh. "Apa yang membingungkanmu? Kita bisa mencarikan solusinya bersama," Lita menambahkan, berharap bisa membantu.
Rendi menghela napas dalam-dalam. "Kalian tahu kan, aku menyukai seseorang di antara kita, tetapi aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku takut jika aku berbicara, semuanya akan menjadi canggung," ungkap Rendi dengan nada yang lebih terbuka.
Semua teman-temannya terkejut dan saling berpandangan, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. "Siapa?" tanya Bimo dengan semangat, membuat suasana semakin tegang.
Rendi menunduk, tidak berani menjawab. "Aku... aku tidak bisa bilang sekarang. Aku perlu waktu untuk berpikir," ujarnya.
Sella merasa jantungnya berdegup kencang. Dia ingin tahu siapa yang dimaksud Rendi, tetapi di saat yang sama, dia tidak ingin memaksanya. "Tidak apa-apa, Rendi. Kami akan menunggu. Yang terpenting adalah kamu merasa nyaman," jawab Sella, berusaha memberikan dukungan.
Maya mencoba mengalihkan perhatian lagi. "Oke, jadi mari kita buat kesepakatan! Kita semua akan berusaha untuk lebih terbuka dan saling mendukung. Setiap orang bisa berbagi sesuatu yang penting bagi mereka," sarannya.
"Setuju! Itu ide yang bagus!" seru Lita, yang mulai merasa bersemangat lagi.
Sella merasa lega melihat suasana mulai mencair. Dia berharap Rendi bisa menemukan kekuatan untuk berbagi lebih banyak di lain waktu.
~~~
Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk pergi ke taman terdekat untuk bersantai sejenak. Suara tawa dan obrolan ringan kembali mengisi suasana malam itu. Sella melihat Rendi mulai tersenyum kembali, dan dia merasa sedikit tenang.
Namun, di dalam hati Sella, dia masih penasaran tentang siapa yang Rendi sukai. Dia berharap Rendi bisa menemukan keberanian untuk berbagi lebih banyak, karena persahabatan mereka seharusnya didasarkan pada kejujuran dan saling mendukung.
Ketika mereka duduk di bangku taman, Sella melihat bintang-bintang yang bersinar terang. Dia teringat akan perjalanan mereka dan semua kenangan indah yang telah mereka buat. Dia tahu bahwa apa pun yang terjadi di masa depan, persahabatan mereka akan selalu menjadi tempat yang aman untuk berbagi dan tumbuh bersama.
"Hey, bagaimana kalau kita membuat perjanjian untuk saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang penting?" Sella mengusulkan, berharap bisa menjaga semangat grup tetap kuat.
Semua orang setuju dengan antusias. Mereka berjanji untuk menjadi lebih terbuka dan mendukung satu sama lain, terlepas dari apa pun yang terjadi.
Malam itu diakhiri dengan janji untuk selalu saling mendukung, dan Sella merasa yakin bahwa bersama teman-temannya, mereka akan dapat mengatasi apa pun yang menghadang. Namun, di dalam hatinya, dia masih penasaran tentang siapa yang Rendi sukai dan apa yang akan terjadi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Pengkhianatan
Подростковая литератураBayang Pengkhianatan" adalah kisah tentang delapan siswa yang awalnya bersahabat erat di SMA Harapan. Namun, hubungan mereka mulai renggang setelah salah satu di antara mereka, seorang cewek, diam-diam menelpon pacar sahabatnya di tengah malam. Pers...