Hari-hari setelah percakapan jujur antara Sella dan Rendi berlalu dengan cepat. Setiap hari di sekolah, mereka semakin dekat, berbagi tawa dan cerita di antara latihan pertunjukan mereka untuk "Malam Kreativitas." Hubungan mereka tumbuh, tetapi juga muncul keinginan untuk menjaga batasan agar persahabatan mereka tidak terganggu.
Di grup Delapan, suasana semakin ceria. Karin dan Lita mengamati kedekatan Sella dan Rendi dengan penuh rasa ingin tahu. "Kamu merasa mereka semakin dekat, kan?" tanya Karin kepada Lita di suatu sore saat mereka berkumpul di taman sekolah.
"Iya, pasti. Mereka berdua terlihat sangat nyaman satu sama lain. Rasanya mereka hanya butuh sedikit dorongan untuk mengakui perasaan mereka," jawab Lita, menyeringai.
Maya, yang duduk di dekat mereka, mendengarkan pembicaraan ini dan bergabung. "Aku suka melihat mereka berdua bersama. Tapi kita harus memastikan bahwa hubungan ini tidak mengganggu grup kita. Kita harus tetap kompak."
Karin mengangguk setuju. "Benar. Kita perlu memberi mereka dukungan, tetapi jangan sampai kita melupakan kesenangan kita bersama."
Di saat yang sama, Sella dan Rendi berada di ruang seni, bekerja pada latar belakang untuk pertunjukan mereka. Sella menyentuh kuas dengan hati-hati, mencoba menangkap nuansa warna yang tepat. Rendi berdiri di sampingnya, mempersiapkan alat peraga yang akan mereka gunakan.
"Ini akan jadi luar biasa, Sella. Latar belakang ini pasti akan membuat penampilan kita lebih hidup," puji Rendi.
Sella tersenyum, merasa dihargai. "Terima kasih, Rendi. Aku berharap semua orang suka. Tapi, aku juga merasa sedikit gugup tentang penampilan kita."
"Jangan khawatir. Kita sudah berlatih dengan baik. Semua orang pasti akan terkesan. Plus, kita punya dukungan satu sama lain," Rendi menenangkan.
Ketika mereka berlanjut bekerja, Sella merasa hangat mendengar kata-kata Rendi. Dia berpikir bahwa mungkin inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya lebih dalam. "Rendi, aku ingin kamu tahu... aku merasa sangat beruntung memiliki kamu di hidupku."
Rendi menoleh dan tersenyum. "Aku juga merasakannya, Sella. Kita telah melalui banyak hal bersama, dan itu membuatku merasa kita bisa menghadapi apa pun."
Namun, di balik senyuman dan kata-kata manis tersebut, Sella merasa sedikit bingung. Dia ingin mengungkapkan lebih banyak, tetapi keraguan kembali muncul. Apakah dia sudah siap untuk melangkah lebih jauh?
Saat mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, suara gaduh di luar mengalihkan perhatian mereka. Beberapa teman sekelas mereka terlihat sedang berkumpul dan berbisik. "Ada apa di luar?" tanya Sella, penasaran.
Mereka berdua melangkah keluar dan melihat sekelompok siswa berkumpul di lapangan. Ternyata, sekelompok senior sedang menggelar acara perayaan untuk merayakan kelulusan mereka yang semakin dekat. Suasana ceria dan penuh semangat mengisi udara.
"Wah, terlihat seru!" kata Rendi dengan antusias. "Kita harus bergabung!"
Sella setuju, dan mereka berdua melangkah menuju kerumunan. Di tengah keramaian, Sella merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Suasana penuh warna, musik, dan tawa membuatnya lupa sejenak akan semua tekanan yang dia rasakan.
Saat mereka berbaur dengan teman-teman, Karin dan Lita muncul di samping mereka. "Ayo, kita semua harus ikut! Ada kompetisi dansa! Siapa yang berani ikut?" seru Karin, sambil menunjukkan gerakan tari yang energik.
Sella melihat Rendi dengan ragu. "Aku tidak begitu pandai menari," katanya, merasa cemas.
"Tapi itu justru yang membuatnya menyenangkan! Kita bisa bersenang-senang bersama," Lita menambahkan.
Akhirnya, Rendi menyemangati Sella. "Ayo, kita coba! Siapa tahu kita bisa menang," katanya dengan senyuman lebar.
Sella merasa lebih berani dengan dukungan Rendi. "Baiklah, kita akan coba!"
Ketika mereka mendaftar, mereka mulai bersiap untuk kompetisi. Musik mulai berdentum, dan semua orang bersorak sorai. Mereka mengikuti ritme, bergerak dengan percaya diri meskipun awalnya canggung. Sella tidak bisa menahan tawanya saat melihat Rendi mencoba mengikuti gerakan tarian yang rumit.
"Ini lebih menyenangkan daripada yang aku kira!" teriak Sella di atas musik.
Setelah beberapa putaran, mereka berhasil mencapai final. Rendi dan Sella berdansa dengan penuh semangat, terlibat dalam momen kebersamaan yang menggembirakan. Ketika musik berhenti, mereka berdua terengah-engah, tetapi wajah mereka bersinar dengan kebahagiaan.
Akhirnya, mereka mendapat tempat ketiga dalam kompetisi, tetapi yang lebih penting, mereka merasakan kehangatan dari pertemanan dan kebersamaan. Rendi menarik Sella untuk berdiri di tengah kerumunan, dan semua orang mulai bertepuk tangan untuk mereka.
"Kerja bagus, kalian berdua!" sorak Maya, bergabung dengan yang lain.
Saat kerumunan bertepuk tangan, Sella merasa dadanya penuh dengan rasa syukur. Momen ini bukan hanya tentang kemenangan, tetapi tentang pengalaman dan kedekatan yang semakin terjalin.
Setelah acara selesai, mereka berkumpul di taman untuk merayakan. Semua orang terlihat ceria, dan suasana penuh tawa dan kebahagiaan. Namun, Sella merasakan ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Rendi.
Malam semakin gelap, tetapi lampu taman menciptakan suasana yang hangat. Sella menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Rendi, aku merasa malam ini sangat spesial. Aku ingin kita terus seperti ini, berbagi momen-momen kecil yang berarti."
Rendi menatap Sella dengan penuh perhatian. "Aku setuju. Mari kita terus berbagi dan menciptakan lebih banyak kenangan bersama."
Dengan keberanian yang baru ditemukan, Sella merasakan harapan untuk masa depan. Dia ingin melangkah lebih jauh dengan Rendi, tetapi dia juga tahu bahwa hal itu membutuhkan waktu dan saling pengertian.
Dalam perjalanan pulang, saat berjalan berdua, Sella merasa damai di hatinya. Dia tahu bahwa hubungan ini adalah perjalanan yang akan penuh dengan kejutan, tetapi dengan Rendi di sampingnya, dia merasa siap untuk menghadapi segala sesuatu yang akan datang.
Saat mereka berpisah di depan rumah Sella, Rendi tersenyum dan berkata, "Sella, terima kasih telah menjadi teman yang luar biasa. Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan kita lakukan selanjutnya."
"Terima kasih juga, Rendi. Mari kita buat setiap momen berarti," jawab Sella dengan senyuman tulus.
Mereka berdua melangkah pulang dengan hati yang penuh harapan, merasakan angin perubahan yang sepertinya membawa mereka menuju sesuatu yang lebih indah di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Pengkhianatan
Novela JuvenilBayang Pengkhianatan" adalah kisah tentang delapan siswa yang awalnya bersahabat erat di SMA Harapan. Namun, hubungan mereka mulai renggang setelah salah satu di antara mereka, seorang cewek, diam-diam menelpon pacar sahabatnya di tengah malam. Pers...