Minggu demi minggu berlalu, dan ketegangan di antara Sella dan Rendi semakin terasa. Meskipun mereka berusaha untuk bertindak normal di depan teman-teman mereka, ada saat-saat canggung ketika mata mereka bertemu. Sella merasakan beban di hatinya, bingung antara menjaga persahabatan atau mempertimbangkan perasaan Rendi.
Suatu hari, saat mereka sedang berkumpul di kafe, Sella memutuskan untuk berbicara dengan Lita tentang situasi yang sedang dihadapinya. "Aku merasa Rendi semakin jauh. Setiap kali aku berusaha untuk berbicara, dia selalu tampak canggung," keluh Sella.
"Cobalah untuk tidak berpikir terlalu banyak. Rendi juga pasti merasa bingung. Kadang-kadang, ketika seseorang merasa tersakiti atau terjebak antara perasaan dan persahabatan, mereka tidak tahu bagaimana cara bersikap," saran Lita, mencoba memberikan perspektif yang lebih baik.
Sella mengangguk, tetapi dia tetap merasa ragu. "Tapi aku tidak ingin mengabaikan perasaannya. Jika dia sudah berani mengungkapkan cinta, aku harus menghargainya, bukan?"
"Benar, tetapi kamu juga perlu jujur pada dirimu sendiri. Jika kamu tidak merasakan hal yang sama, lebih baik katakan sebelum semuanya semakin rumit," Lita menjawab.
Ketika mereka kembali ke sekolah, Sella melihat Rendi berbicara dengan Karin dan Bimo. Rendi terlihat lebih ceria saat berbicara dengan mereka, tetapi saat matanya bertemu dengan Sella, senyum itu langsung memudar. Sella merasa hati kecilnya tertekan.
Di saat yang sama, Lita melihat Sella gelisah. "Kamu ingin berbicara dengan Rendi sekarang?" tanyanya.
Sella ragu. "Aku tidak tahu. Seharusnya aku melakukan ini? Mungkin lebih baik jika aku menunggu waktu yang tepat."
Setelah hari yang panjang di sekolah, mereka semua pulang dengan perasaan campur aduk. Sella berjalan pulang dengan pikiran yang berat. Dia merasa ada sesuatu yang harus diungkapkan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
~~~
Keesokan harinya, saat Sella tiba di sekolah, suasana tampak berbeda. Grup Delapan berkumpul di bawah pohon besar, dan Rendi tampak lebih ceria dari biasanya. "Ada rencana seru hari ini! Kita semua akan pergi ke taman hiburan akhir pekan ini!" seru Bimo, bersemangat.
Sella merasa terkejut. "Apa? Kapan?" tanyanya, berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Sabtu besok! Kita harus membeli tiketnya hari ini. Ayo, semua!" jawab Bimo.
"Ya, ayo! Ini akan jadi seru!" seru Maya, dengan mata berbinar.
Sella merasa senang tetapi juga cemas. Dia tahu ini adalah kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama, tetapi dia juga khawatir tentang ketegangan yang ada antara dia dan Rendi. "Aku akan ikut!" jawabnya, berusaha bersikap positif.
~~~
Hari Sabtu pun tiba. Seluruh grup berkumpul di taman hiburan, dan suasana terasa penuh semangat. Mereka mencoba berbagai wahana, tertawa, dan mengambil banyak foto bersama. Namun, Sella masih merasakan ada jarak antara dirinya dan Rendi.
Saat mereka mengantri untuk naik roller coaster, Sella merasakan jantungnya berdegup kencang. "Ayo, kita berfoto!" seru Karin, mengeluarkan ponselnya.
Mereka semua berpose, tetapi saat Sella berusaha tersenyum, dia merasa Rendi memandangnya dengan cara yang berbeda. Dia ingin mengerti, tetapi ketegangan itu semakin membuatnya bingung.
Setelah beberapa jam bersenang-senang, mereka semua duduk di bangku taman untuk beristirahat. "Aku suka banget! Ini adalah hari yang seru!" seru Lita.
"Setuju! Kita harus melakukannya lagi!" jawab Bimo.
Namun, ketika semua orang bersemangat bercerita tentang wahana favorit mereka, Sella melihat Rendi tersenyum lebar, tetapi ada keraguan di matanya. "Kamu pasti lelah, Rendi. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sella, berusaha menjernihkan suasana.
"Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit capek, itu saja," jawab Rendi, tetapi Sella bisa merasakan ketidaknyamanan dalam suaranya.
"Aku ingin berbicara denganmu, Sella," Rendi akhirnya berkata, membuat semua orang terdiam. "Bisa kita bicara sebentar?"
Semua teman-teman mereka saling berpandangan. "Tentu! Kami akan menunggu di sini," jawab Lita, terlihat ingin tahu.
Sella mengangguk, mengikuti Rendi ke tempat yang lebih sepi. Hati Sella berdebar. Apa yang ingin dibicarakan Rendi? Apakah ini saatnya untuk berbicara tentang perasaannya?
Setelah mencapai tempat yang lebih tenang, Rendi menatap Sella dengan serius. "Sella, aku merasa ada yang aneh di antara kita. Aku tahu kita berteman baik, tetapi setelah aku mengungkapkan perasaanku, semuanya terasa canggung. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman," ungkap Rendi, suaranya penuh kejujuran.
Sella merasa beban di dadanya semakin berat. "Rendi, aku... aku menghargai perasaanmu, dan aku tidak ingin membuatmu merasa buruk. Tetapi aku tidak yakin jika aku merasakan hal yang sama. Aku sangat menghargai persahabatan kita," jawab Sella, berusaha sejujur mungkin.
Rendi terdiam, wajahnya tampak kecewa. "Aku mengerti. Terima kasih sudah jujur. Aku tidak ingin memaksamu, dan aku ingin kita tetap berteman," katanya dengan suara yang sedikit patah.
Sella merasakan hati kecilnya hancur melihat Rendi yang terluka. "Aku tidak ingin merusak persahabatan kita, Rendi. Kamu adalah teman yang sangat berarti bagiku," ucapnya lembut.
Setelah beberapa saat keheningan, Rendi mengangguk pelan. "Aku akan berusaha untuk tidak membuat ini canggung. Mari kita kembali ke teman-teman kita," ujarnya, berusaha tersenyum.
Sella merasa lega sekaligus sedih. Dia tahu bahwa keputusan ini adalah yang terbaik untuk mereka, tetapi hatinya juga merasa berat. Kembali ke grup, mereka berusaha untuk bersikap seperti biasa, tetapi Sella merasa ada sesuatu yang hilang.
~~~
Malam itu, saat Sella kembali ke rumah, dia duduk di meja belajar dengan pikiran yang penuh. Dia merasa bingung dengan perasaannya dan keputusan yang baru saja diambil. Apakah dia telah melakukan hal yang benar? Dia tahu Rendi adalah teman yang luar biasa, tetapi hatinya belum siap untuk sesuatu yang lebih.
Ketika dia menatap ke luar jendela, Sella berharap bahwa waktu akan membawa kejelasan untuk semua yang mereka rasakan. Dia ingin semua kembali normal, tetapi juga tahu bahwa persahabatan mereka telah berubah.
Di saat yang sama, Rendi merasa campur aduk. Dia ingin menjaga persahabatan mereka tetapi juga tidak bisa mengabaikan perasaannya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk memberi Sella ruang dan waktu, meskipun itu terasa sangat menyakitkan.
Dan di luar sana, ketegangan yang sempat terungkap hanya akan semakin menguatkan rasa persahabatan yang telah mereka bangun, tetapi juga membuka jalan bagi perasaan baru yang belum sepenuhnya terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Pengkhianatan
Fiksi RemajaBayang Pengkhianatan" adalah kisah tentang delapan siswa yang awalnya bersahabat erat di SMA Harapan. Namun, hubungan mereka mulai renggang setelah salah satu di antara mereka, seorang cewek, diam-diam menelpon pacar sahabatnya di tengah malam. Pers...