PROLOG

26 5 0
                                    

Perempuan itu hanya bisa tersenyum saat merasakan usapan kecil di kepalanya. “aku engga apa-apa kok, ky....” ucapnya pada laki-laki yang duduk di sebelahnya, yang menjadikan bahunya untuk sandaran Zea.

laki-laki itu menatapnya khawatir, selalu khawatir.“beneran engga apa-apa aku tinggal sebentar?”
Zea--perempuan yang menyenderkan kepalanya di bahu Rizky itu terkekeh pelan. “iya risky, aku engga apa-apa serius”. jawabnya menyakinkan.

Zea memindahkan kepalanya dari bahu Rizky, hingga membuat Risky menoleh menatapnya dan mengerucutkan bibirnya. Perlahan tangannya  mengusap pipi chubby perempuan itu. “Besok aku janji aku bakal kesini lagi, nemuin kamu. Engga apa-apa kan?.”

“iya beneran engga apa-apa. Sudah sana gih udah malam ini.” ucap Zea seraya melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.26 WIB.
Risky juga ikut menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu kembali menatap Zea. “ya udah, aku pulang dulu. kamu istirahat ya? kalo ada apa-apa telpon aku. Awas kalo engga!”

Zea hanya terkekeh, lalu mengacungkan jempolnya. Melihat hal itu Risky tersenyum kearahnya. Sebelum berjalan pergi kearah motornya terparkir, Risky menyempatkan dirinya untuk mengecup kening Zea sebentar. kemudian setelah selesai berpamitan lelaki itu menaiki motor kesayangannya dan bersiap untuk pergi.

“Hati-hati di jalan ky, nanti kalo udah sampai rumah jangan lupa kabarin.” ucap Zea yang ditanggapi dengan senyuman manis serta anggukan kecil oleh Risky. Risky menghidupkan motornya kemudian melesat pergi dari pekarangan rumah Zea.

Setelah melihat Risky telah menghilang, Zea berbaik dan berjalan masuk ke rumahnya dengan langkah pelan.
Zea menarik napasnya pelan. Ia perlahan berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Sesampainya ia di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk seraya menatap langit-langit kamar.

langit-langit kamar yang tinggi dan berwarna putih....apa nanti, aku juga bisa bahagia kaya mereka?

Harus berapa kali lagi Zea meminta kepada tuhan untuk bahagia? Harus berapa kali lagi Zea meminta kepada tuhan supaya segala rencananya bisa segara terwujud? Harus berapa kali lagi Zea menangis diam-diam menahan semua rasa sakit dan ketakutannya sendirian? Harus berapa kali lagi Zea berdoa semoga tuhan memberinya keluarga yang bahagia?

Zea sudah banyak menyimpan luka dan ketakutan dalam dirinya selama ini.

Sendiri.

Sepi.

Tanpa keluarga disampingnya.

Zea kembali menghela nafasnya. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja di kedua pipinya. Ia berharap rasa sakit yang ia alami selama ini hanya lah sebuah mimpi. Jadi, begitu bangun, ia telah menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.

Perlahan, ia memejamkan mata. Ia berdoa sebelum akhirnya masuk ke dalam mimpi. Dari banyaknya harapan dan doa tentang kebahagiaannya, ada satu hal yang tak pernah lupa Zea sampaikan kepada tuhan setiap harinya.

         Jangan sekarang tuhan, saya masih ingin memiliki keluarga bahagia....

Zea dan lukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang