Yang semakin dekat

4 2 4
                                    

Dengan mu atau tidak nantinya, aku senang karna telah pernah mengenal mu.


                             🪐🪐🪐

Zea telah sampai di rumahnya dengan selamat, yang diantar oleh Zidan.

“Makasih ya zid, dah nganterin gue.” ucap Zea

“Iya engga apa-apa. Kedepannya lo berangkat dan pulang bareng gue aja kenapa?” tawar Zidan

“Ha? Emang engga apa-apa? Gue engga enak loh sama lo zidan.” jawab Zea

“Engga apa-apa lah. Udah pokoknya, kedepannya lo harus berangkat dan pulang bareng gue. Lo kalo butuh apa-apa bilang aja sama gue engga usah sungkan-sungkan.” terangnya

“Sikap lo kenapa sih zid? Kita baru kenal loh padahal.”

“Ya engga apa-apa. Yaudah gue pulang duluan ya.”

“Huhh, yaudah hati-hati ya dijalan.” ucap Zea pada akhirnya.

Zidan mengangguk dan pergi dari kawasan rumah Zea, meninggalkan Zea yang sedang menatap bingung dengan sikap Zidan.

“Yaudah lah engga penting juga, gue jadi bisa irit bensin dong?” ucapnya setelah lelah berfikir karna sikap Zidan.

Zea berlari masuk ke dalam rumahnya. Ayah dan bundanya sedang berada di depan tv, sedangkan mas dan abangnya sedang ada tugas kuliah di luar kota.

“ASSALAMUALAIKUM AYAHH BUNDAAA!!” Teriak zea saat sudah masuk kedalam rumahnya. Rutinitas Zea saat pulang dari sekolah.

“Waalaikumsallam” jawab Rania dan Pratama berbarengan.

“Ya ampun Zea udah berapa kali bunda bilang kalo ucap salam jangan teriak-teriak nak.” ingat Rania pada anak gadis satu satunya itu.

“Hehe iya bunda maaff.” ucapnya

“Tuan putri gimana tadi sekolahnya? Lancar engga sayang?” Tanya Pratama lembut sambil mengelus-elus rambut putri kesayangannya itu.

“Biasa aja kok yah, cuman ya gitu tadi. Anak-anak malah banya yang ngomongin Zea karna Zea berangkat dan pulang bareng Zidan yah.” Beritahu Zea

“Lah emang mereka siapa? Pacar Zidan?” Tanya Pratama sewot

“Ya bukan lah yah. Masa pacar Zidan satu sekolah.” Jawab Zea yang di akhiri kekehan kecil dari mulutnya.

“Yaudah sayang, jangan di dengerin. Palingan juga mereka iri sama kamu, karna bisa di bonceng nak zidan.” bela ayahnya.

“Iyalah mereka iri, Zea kan cantik, rajin menabung, baik hati dan tidak sombongnya.” ucapnya yang setelahnya tertawa terbahak-bahak dengan Pratama.

Momen seperti ini lah yang sangat Zea syukuri saat bersama ayahnya. Ayahnya selalu menjadi garda terdepan di hidupnya. Ayahnya selalu menjadi penyemangat terbesar di hidupnya. Ayahnya juga menjadi orang yang sangat Zea sayang dan hormati. Ayah adalah segalanya, bagi Zea.

                         🪐🪐🪐

Sudah hampir satu Minggu Zidan dan Zea berangkat dan pulang bareng. Nama keduanya menjadi naik karena kedekatan keduanya.

“Zea nanti kita ke cafe yok?” Tawar Zidan

“ehh? Gimana ya zid, gue udah janji sama nata smaa key buat ke cafe nanti.” beritahu zea.

“Yah, engga bisa dong?” Tanya Zidan, dengan wajah musam.

“Maaf ya? Emm gimana kalo kita bareng aja?”

Zea dan lukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang