"Papa kenapa berdiri aja? Ayo duduk makan bareng pah." ucap Alya ke Jian.
Lelaki itu mengangguk kecil sambil senyum kikuk pada Alya, Hiro juga sudah ada disana.
Malam ini Jian menginap disana karena dirinya bosan sendirian di rumah, walaupun ini hanya sebuah alasan supaya bisa melihat Alya lebih lama tapi memang benar dia sangat kesepian.
"Buna..."
Alya noleh ke sampingnya dimana tempat Diano duduk. "Iya sayang, kenapa?"
"Ano gak pengen makan." katanya.
"Lho kenapa? Makan ya Diano ya?" bujuk Alya.
Anak itu memajukan bibinya sambil menggeleng. "Gamau."
"Buna suapin deh, mau ya?" ujar Alya dan Diano seketika mengangguk.
Alya pun mendekat lalu mengambil piring anak itu dan mulai menyuapi Diano, beberapa menit usai makan Alya duduk di ruang tamu bersama yang lain setelah ia memebereskan dapur tadi.
"Buna, mau?" Diano mendongak menatap Alya yang tengah memangkunya.
"Nggak sayang, kamu makan aja." balas Alya.
Diano pun lanjut makan cikinya dan tanpa Alya sadari Jian memperhatikan dirinya sejak tadi, mulai dari ia yang baru datang dan ikut duduk disana.
"Buna, om jahat kenapa masih disini?" tanya Diano.
Alya mengerutkan alisnya bingung. "Om jahat? Maksudnya Diano?"
"Iya, om jahat itu." Diano menunjuk kearah Jian dan Alya tentu mengikuti arah tunjuk tersebut.
"Diano! Kamu gak boleh kayak gitu." tegur Alya.
"Tapi bener kan buna? Dia itu om jahat yang waktu itu do--"
"Husstt, gak boleh gitu ya! Diano sayang." tegur Alya kedua kalinya.
Alya bingung kenapa Diano manggil Jian om, bukan kah harusnya kakek? Pikirnya. Tapi Alya bodo amat aja, dia mikir mungkin karena wajah Jian yang masih terlihat sangat muda jadi tidak layak di panggil kakek.
Alya natap Jian yang juga menatapnya. "Maafin Diano ya pah, Nalya gak tau kenapa dia kayak gitu tadi."
Jian tidak membalas, dia membuang napas lelah sambil sesekali melirik Hiro yang di sampingnya, entah sudah keberapa kali Alya manggil dengan sebutan itu.
"Hooaamm..."
Diano natap Alya. "Buna, ano ngantuk pengen tidur." katanya.
"Yaudah ayo kita ke kamar," Alya melirik Hiro. "Hiro, aku sama Diano tidur duluan ya." ujarnya yang di balas Hiro dengan anggukan kecil.
"Pah, Nalya sama Diano tidur dulu." pamitnya ke Jian setelah itu Alya menuntun Diano ke kamar.
Melihat Alya yang sudah menghilang dari sana Jian pun langsung menggeplak kepala sang anak membuat Hiro meringis seketika.
"Arghhh!!! Papa kenapa sih? Sakit tau pah!"
"Kamu denger tadi Alya panggil papa kayak gimana hah?!!"
"Ya... denger lah." sahut Hiro.
Jian melempar bantal sofa ke Hiro. "Kapan kamu mau bilang yang sebenarnya ke Alya? Papa gak tahan di panggil kayak gitu sama dia."
"Kalau Nalya manggil papa kayak tadi pasti dia mikir papa itu kakeknya Diano." ucap Hiro sambil mikir.
Jian yang mendengar itu tidak terima. "Kurang ajar kamu, papa itu masih muda!!"
"Muda di tampilan doang, usia mah nggak." kata Hiro.