25. Permintaan maaf

109 20 2
                                    

Malam itu Jian masih berada di luar sana setelah siangnya di usir oleh Alya, dia masih menunggu wanita itu membukakan pintu untuknya.

Sementara Alya yang berada di dalam rumah sesekali melihat Jian dari balik kaca dinding, ia sedikit merasa kasihan pada lelaki itu apalagi sekarang juga sedang hujan deras di luar sana.

"Aku jahat banget ya...?" pikir Alya sendiri tapi ia langsung menggeleng cepat. "Nggak!! Lebih jahat dia yang dorong aku waktu itu." lanjutnya.

"AKU GAK AKAN PERGI DARI SINI SAMPAI KAMU MAU BUKA PINTUNYA BUAT AKU, NALYA!!!" teriak Jian dari luar sana.

Walaupun suara itu diiringi dengan suara hujan Alya masih bisa mendengarnya, ia juga terkejut. "Gila!!! Dasar cowok gila!! Aneh, sinting, stress!!"

Alya tidak mau dirinya berlama-lama disana, ia langsung pergi menuju kamar untuk segera tidur. Alya membuang napas panjang.

"Semoga aja besok Hiro dateng." katanya sendiri.

Alya pun kini tidur tanpa memperdulikan pria yang ada di luar sana, saat jam tiga pagi ia tidak sengaja terbangun karena tenggorokannya yang kering.

Alya mengambil segelas air hangat karena menurutnya malam ini sangat dingin dan lagi tadi malam habis hujan deras.

Entah kenapa pikiran Alya tiba-tiba langsung tertuju pada Jian, karena penasaran akhirnya Alya keluar untuk mengecek.

"Dia udah pulang?" tanya Alya sendiri sambil celingak-celinguk.

"Alya..."

Alya noleh dan melihat Jian yang tengah berjalan kearahnya namun belum sempat lelaki itu sudah jatuh ke tanah lebih dulu. Alya pun seketika lari menghampirinya lalu menatap pria itu yang juga menatapnya tersenyum.

"Maafin aku al..."

Alya benar-benar tidak tega melihatnya bahkan wajah Jian sekarang sudah sangat pucat.

Tanpa berlama-lama Alya membawanya masuk walaupun sedikit kesusahan karena badan Jian yang sangat bongsor dan berat.

Dengan susah payah Alya mendudukkan tubuh Jian di sofa lalu pergi sebentar untuk mengambil air hangat dan baju ganti. Saat kembali ia malah bingung gimana cara mengganti pakaiannya.

"Gak, aku gak boleh!" ingatnya sendiri ketika pikirannya mulai kemana-mana.

Alya diam sejenak berpikir kemudian mengambil gelas yang berisi air hangat tadi lalu menaruhnya ke tangan dan di semburkan ke wajah lelaki itu.

Jian yang tadinya menutup mata pun tentu saja terkejut juga langsung membuka matanya, Alya sedikit merasa tidak enak.

"Maaf, kamu harus ganti baju dulu."

"Dingin al..."

"Iya, makanya ganti baju dulu." ujar Alya.

Bukannya membalas Jian malah lanjut menutup matanya sambil berucap. "Tolong bantu gantiin."

Alya menggeleng cepat. "Gak, kamu harus ganti sendiri."

"Tolong al..."

Alya berdecak. "Gak! Jian, kamu ganti sendiri!"

Alya membantu Jian berjalan ke kamar mandi dan ia menunggunya di luar, tak lama dari itu Alya mendengar seperti ada suara benda jatuh dari dalam kamar mandi.

Alya pun beberapa kali memanggil Jian namun lelaki itu sama sekali tidak membalas sampai akhirnya Alya memberanikan diri untuk masuk.

Matanya langsung tertuju ke Jian yang terduduk lemas di dekat wastafel dengan keadaan belum memakai baju. Alya dengan cepat menghampiri lelaki itu, Jian yang melihatnya senyum tipis.

"Apa kamu mau maafin semua kesalahan aku?" tanya Jian dengan suara yang lemah.

Alya tidak membalas pertanyaan itu, ia langsung memakaikan baju ganti tadi kepada Jian.

"Sekarang aku cuma mau maaf dari kamu... aku juga gak maksa kamu buat balikan, aku tau kamu pasti agak trauma nikah sama aku."

"Al... kalau besok aku udah gak ada tolong maafin semua kesalahan aku ya."

Alya menatap Jian kesal. "Ngomong apaan sih?! Gak jelas banget"

"Kamu mau kan, al?" tanya Jian.

"Cerewet!!! Udah ayo bangun." kata Alya dan Jian pun hanya nurut.

Sampai di kamar Alya merebahkan lelaki itu di tempat tidurnya dan Alya juga membantu menyelimutinya.

Jian terharu dengan perlakuan itu, padahal dia tahu sekarang Alya sedang marah padanya tapi wanita itu masih mau membantu dirinya.

"Al, kamu mau maafin aku kan?" tanya Jian lagi setelah berbaring di kasur.

"Jangan bahas itu terus!! Tidur aja yang bener!" tegur Alya.

Jian masih natap Alya. "Jam tiga pagi al, aku gak bisa tidur apalagi dalam keadaan laper." ucapnya.

"Aku baru ingat, kamu belum makan dari kemaren kan? Kenapa gak pulang aja?! Kamu itu bisa pulang sebenarnya!"

"Aku kan mau nunggu kamu, al." jawab Jian.

"Ngapain segitunya sih?! Terus tulisan-tulisan itu apa coba maksudnya? Kamu ngapain nulis kayak gitu hah?! Ke kanak-kanakan banget tau gak!!"

Jadi ketika Alya keluar untuk mengecek tadi dia liat ada sebuah tulisan dari pilox di halamannya, tulisan itu bertulis tentang permintaan maaf Jian juga ungkapan cintanya kepada Alya.

"Maafin aku al... aku beneran gak ada maksud apa-apa, aku cuma pengen kamu tau aja, kan kamu gak mau buka pintunya."

Alya membuang napasnya lelah. "Istirahat dulu aja! Aku mau bikin bubur dulu."

Setelah itu Alya pergi ke dapur untuk membuat bubur, Jian hanya diam melihat kepergian Alya dari sana.

Beberapa menit kemudian Alya kembali dengan membawa semangkuk bubur dan air hangat juga beberapa obat-obatan, ia memencet lengan Jian agar pria itu bangun.

"Makan dulu." ujar Alya sambil memberikan mangkuk itu pada Jian.

"Suapin ya." pinta Jian.

"Nggak, makan sendiri aja." balas Alya.

"Tapi..."

"Makan sendiri!! Tangan kamu gak kenapa-napa juga kok."

Jian milih diam dan berusaha bangun untuk bersandar pada headboard tempat tidur itu.

Alya berdecak melihatnya. "Ck, yaudah aku suapin!!"

Jian mengembangkan senyumnya. "Makasih al."

Alya pun menyuapi lelaki itu dengan perlahan, Jian juga dengan senang hati menerimanya.

"Aku seneng kamu masih peduli sama aku." kata Jian.

"Gak usah kepedean ya, aku cuma kasihan aja lihat kamu," sahut Alya. "Habis ini kamu harus langsung pulang! Jangan dateng kesini lagi."

"Kenapa? Bukannya ini juga rumah aku? Kan belinya pakai uang aku."

Alya menghendus sebal. "Bawel banget sih!!"

Jian senyum. "Aku kangen kamu al, kamu kesel aja cantik."

"Apasih?!! Udah kamu makan sendiri aja!" Alya memberikan mangkuk bubur tadi dengan kasar lalu pergi dari sana.






















Yg blm baca chapter sebelumnya baca dulu terus di vote juga😑😑

Married Life | Park Jihoon TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang