camp?

183 18 1
                                    

Keesokan paginya, Christian terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari belum sepenuhnya muncul, dan langit di luar masih berwarna jingga lembut. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya, merapikan kasur, lalu berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Suara aliran air dari kamar mandi terdengar samar di rumah yang masih sepi.
Setelah selesai, ia keluar dari kamar dengan mengenakan seragam sekolah yang rapi. Ketika sampai di dapur, ia melihat Shani sudah duduk di meja makan, menyeruput teh hangat sambil memainkan ponselnya.

"Udah siap?" tanya Shani tanpa menoleh, menyadari kehadiran Christian.

"Udah," jawab Christian sambil menarik kursi dan duduk di seberangnya. Ia mengambil roti panggang yang sudah disiapkan di meja, menggigitnya perlahan.

"Santai aja kali makannya dek, gada yang minta" ujar Shani sambil tersenyum setengah bercanda, menaruh ponselnya di atas meja.

Christian hanya tersenyum kecil sambil mengunyah roti. Ia tidak banyak bicara pagi itu, hanya menikmati momen yang jarang mereka punya bersama.

Tak lama kemudian, Gracia muncul dari arah ruang tamu, melihat keduanya sudah siap.

"Berangkatnya jangan buru-buru ya, jaga diri kalian di jalan," ucap Gracia dengan nada lembut tapi tegas, seperti seorang ibu yang selalu khawatir.

"Iya, Bun. Kita berangkat sebentar lagi," jawab Shani, sambil menghabiskan tehnya.

Christian bangkit, mengambil tasnya yang sudah diletakkan di dekat pintu. Ia melihat Shani juga mulai bersiap-siap dengan tasnya, lalu mengangguk ke arah Bunda.

"Kami duluan ya, Bun," ucap Christian sambil tersenyum.

Bunda membalas dengan senyuman hangat, "Hati-hati di jalan."

Keduanya keluar rumah, dan udara pagi yang segar langsung menyambut. Christian memandang motor yang terparkir di depan, lalu menyalakannya. Shani segera naik di belakangnya.

"Siap, ci?" tanya Christian sambil menoleh sedikit.

Shani menjawab dengan nada ceria, "Siap, jalan aja!"

Motor melaju perlahan keluar dari halaman rumah, meninggalkan jalan kecil menuju kota. Meski hanya perjalanan singkat menuju sekolah, Perjalanan pagi itu berlangsung dalam keheningan yang nyaman, hanya suara mesin motor dan deru angin yang menemani mereka.
Setelah beberapa menit, motor yang dikendarai Christian mulai memasuki kawasan sekolah. Suasana pagi yang masih sepi perlahan berubah saat mereka mendekati gerbang sekolah. Siswa-siswa lain mulai berdatangan, beberapa di antaranya berjalan kaki, sementara yang lain datang dengan kendaraan.

Christian memarkir motornya di area parkir yang biasa ia gunakan. Shani segera turun, menghela napas pelan sambil merapikan seragamnya.

"Makasih dek, nanti istirahat bareng ya! kalau kamu mau," ujar Shani sambil tersenyum tipis.

Christian mematikan mesin motor dan menoleh ke arahnya, "Boleh"

Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu masuk sekolah. Christian bisa merasakan tatapan beberapa siswa yang lewat, terutama dari teman-teman sekelas Shani yang tahu kalau kakaknya cukup populer di sekolah. Namun, Christian tidak terlalu memikirkan hal itu. Ia lebih fokus pada apa yang akan ia lakukan hari ini.

Saat mereka sudah mendekati pintu masuk, Shani berhenti dan menepuk bahu adiknya, "Cici duluan ke kelas ya. Nanti kalau ada apa-apa, kabarin aja."

Christian mengangguk, "Ya!"

Shani kemudian berbelok ke lorong lain, meninggalkan Christian yang terus berjalan ke arah kelasnya sendiri
Sesampainya di kelas, Christian duduk di bangkunya dan melihat keluar jendela. Suasana di luar masih sedikit sepi, namun perlahan mulai ramai dengan kedatangan siswa-siswa lain. Dari kejauhan, ia melihat beberapa teman sekelasnya datang dan menyapa dengan santai.

Christian William Natio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang