𝐁𝐚𝐛 𝟓 ( 𝑫𝒊 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒚𝒂𝒓 )

7 5 0
                                    

__𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐍𝐘𝐀𝐖𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊__😱

__ 𝐇𝐚𝐢𝐢 𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧" 𝐲𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐞𝐳𝐳 😄 𝐀𝐥𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐊𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 😁

_𝐀𝐤𝐮𝐧 𝐬𝐨𝐬𝐦𝐞𝐝 ( 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦, 𝐭𝐢𝐤𝐭𝐨𝐤, 𝐭𝐰𝐢𝐭𝐞𝐫)_
>> 𝐚𝐤𝐮𝐧𝐬𝐩𝐚𝐦𝐚𝐣𝐚_𝟐𝟕
>> 𝐢𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐚𝐬𝐢𝐩𝐞𝐧𝐚_𝐳𝐡𝐫𝐚𝟐𝟕

__𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐮𝐲𝐬𝐬, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧__🤍👍🏻



---

Pagi menjelang dengan lambat, namun ketegangan dari malam sebelumnya masih terasa menggantung di udara. Rumah Gilang yang megah kini dipenuhi dengan suasana muram, sementara para tamu, satu per satu, mulai meninggalkan tempat itu dengan kepala penuh pertanyaan dan hati yang berat. Namun, bagi beberapa orang, kisah ini jauh dari selesai.

Nadia duduk di balkon kamar tamu, matanya menatap kosong ke arah langit yang mulai cerah. Sisa-sisa kegelisahan masih menempel di dirinya, membuat tidur terasa mustahil. Ia memutar ulang peristiwa semalam di pikirannya, mencoba menyatukan potongan-potongan puzzle yang belum terselesaikan. Siapa pria itu, dan mengapa ia harus mati di pesta Gilang? Ada terlalu banyak misteri yang belum terpecahkan.

Di sisi lain, Rina sibuk dengan teleponnya. Sejak fajar menyingsing, ia tak henti-hentinya mencoba menghubungi seseorang. Wajahnya pucat, dan setiap kali telepon tak diangkat, keringat dingin makin membasahi pelipisnya. Ada sesuatu yang mendesak, sesuatu yang lebih dari sekadar rasa takut atas kematian yang terjadi. Rina tahu lebih dari yang ia ungkapkan kepada siapa pun, bahkan kepada Nadia.

Satria, yang semalam tampak tenang, kini berdiri di depan jendela kamar dengan ekspresi yang sulit ditebak. Pandangannya menatap ke luar, tapi pikirannya jauh melayang. Pria yang ditemukan tewas di pesta bukanlah orang asing baginya, meskipun ia berusaha menyembunyikan kenyataan itu dari para tamu lain. Dia tahu bahwa kematian ini bukanlah suatu kebetulan-ini adalah peringatan. Tapi dari siapa? Dan mengapa sekarang?

Ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatian Satria. "Masuk," katanya singkat.

Gilang, dengan wajah yang tampak lebih tua dari sebelumnya, melangkah masuk ke dalam kamar. Pakaian yang dikenakannya masih pakaian dari malam sebelumnya, berantakan dan penuh kerut, mencerminkan kondisi mentalnya yang sedang kacau.

"Gilang," Satria memulai, "kau terlihat seperti orang yang telah kehilangan segalanya."

"Karena mungkin aku memang telah kehilangan segalanya," jawab Gilang, suaranya serak. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, Satria. Aku tidak tahu siapa pria itu, tapi sekarang hidupku ada di ambang kehancuran."

Satria menatapnya dengan tatapan tajam. "Kau pasti tahu sesuatu. Tidak mungkin seseorang bisa masuk ke pesta tanpa ada yang mengundangnya. Apakah kau yakin tidak ada yang mencoba menjebakmu?"

Gilang terdiam, kata-kata Satria menggema dalam pikirannya. Selama beberapa bulan terakhir, bisnisnya memang mulai bermasalah, dan ia terpaksa berurusan dengan beberapa pihak yang tidak menyenangkan. Tapi apakah semua ini ada hubungannya? Apakah pria itu dikirim oleh seseorang yang ingin menghancurkannya?

Sementara itu, di ruang tamu, Inspektur Rendra masih berada di tempat kejadian, sibuk mengatur timnya. Meskipun penyelidikan baru dimulai, dia sudah bisa merasakan bahwa ini bukan kasus biasa. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pembunuhan. Sesuatu yang menyelimuti seluruh pesta ini, sesuatu yang melibatkan semua orang yang ada di dalamnya.

"Korban belum dikenali secara resmi," salah satu anak buahnya melaporkan. "Tapi kami menemukan petunjuk di saku jaketnya-sebuah kunci."

Rendra mengambil kunci itu dan menatapnya dengan seksama. Kunci ini terlihat tua, tapi jelas memiliki nilai penting. Mungkin ini adalah petunjuk untuk membuka rahasia di balik kematian pria itu. Tapi kunci untuk apa? Dan bagaimana benda ini bisa ada pada korban?

Rendra merasa semakin yakin bahwa pesta ini hanyalah bagian dari skenario yang lebih besar, dan dia bertekad untuk mengungkap semua misterinya.

Di luar, Nadia berdiri dari kursinya dan memutuskan untuk turun ke ruang tamu. Ia perlu tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi, dan satu-satunya orang yang mungkin memiliki jawabannya adalah Satria. Saat ia mencapai pintu kamar Satria, ia ragu sejenak sebelum mengetuk. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan Satria menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kita perlu bicara," kata Nadia, suaranya tegas meskipun kegelisahan masih terasa.

Satria memiringkan kepalanya, lalu mempersilakan Nadia masuk. Begitu pintu tertutup, Nadia langsung ke pokok permasalahan. "Apa kau mengenal pria itu? Aku tahu ada yang kau sembunyikan, Satria. Kita semua terjebak dalam situasi ini, dan aku tidak bisa hanya duduk diam menunggu polisi menyelesaikannya. Kita harus melakukan sesuatu."

Satria menghela napas dalam, seakan-akan mencoba menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan segalanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara, suaranya pelan namun jelas. "Aku mengenalnya. Dia adalah seseorang dari masa lalu, seseorang yang seharusnya tidak pernah muncul kembali."

Nadia menatapnya dengan tajam. "Apa maksudmu? Apa hubunganmu dengannya?"

Satria memandang jauh ke luar jendela, seakan-akan mencoba menghindari tatapan Nadia. "Dia adalah bagian dari dunia yang sudah lama kutinggalkan, dunia di mana segala sesuatunya diselesaikan dengan cara yang kotor. Tapi aku tidak tahu mengapa dia datang ke sini atau siapa yang membunuhnya."

Nadia terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu. "Jadi kau berpikir ada orang lain yang terlibat? Seseorang yang ingin mengirim pesan padamu?"

"Bukan hanya padaku," jawab Satria dengan nada serius. "Pesan ini untuk semua orang di sini. Kita semua sedang diawasi, dan ini baru permulaan."

Dengan perasaan tak nyaman yang semakin membesar, Nadia menyadari bahwa apa yang terjadi semalam bukanlah kejadian acak. Mereka semua adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya.

𝑺𝒂𝒕𝒖 𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang