𝐁𝐚𝐛 𝟗 ( 𝑪𝒆𝒓𝒎𝒊𝒏 𝒓𝒂𝒉𝒂𝒔𝒊𝒂)

4 3 0
                                    

__𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐍𝐘𝐀𝐖𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊__😱

__ 𝐇𝐚𝐢𝐢 𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧" 𝐲𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐞𝐳𝐳 😄 𝐀𝐥𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐊𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 😁

_𝐀𝐤𝐮𝐧 𝐬𝐨𝐬𝐦𝐞𝐝 ( 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦, 𝐭𝐢𝐤𝐭𝐨𝐤, 𝐭𝐰𝐢𝐭𝐞𝐫)_
>> 𝐚𝐤𝐮𝐧𝐬𝐩𝐚𝐦𝐚𝐣𝐚_𝟐𝟕
>> 𝐢𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐚𝐬𝐢𝐩𝐞𝐧𝐚_𝐳𝐡𝐫𝐚𝟐𝟕

__𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐮𝐲𝐬𝐬, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧__🤍👍🏻



---

Langit masih gelap saat Nadia dan Satria berlari menjauh dari gedung tua itu. Nafas mereka terengah-engah, berpacu dengan ketakutan dan ketegangan yang mencekam. Hujan deras masih terus mengguyur, menyamarkan jejak langkah mereka di jalanan yang basah. Sosok misterius yang mereka tinggalkan di balik pintu gedung tua itu masih terbayang di benak mereka-senyum licik dan tatapan dinginnya seakan menandakan bahwa mereka berada dalam cengkeraman permainan yang lebih besar dari yang pernah mereka duga.

Satria melirik Nadia, wajahnya menunjukkan campuran kebingungan dan ketakutan. "Kau seharusnya tidak datang," ucapnya, sedikit bernapas berat. "Dia bisa saja melukaimu."

Nadia, yang masih terguncang oleh pertemuan itu, menatap Satria tajam. "Aku tidak bisa hanya duduk diam saat aku tahu kau sedang menghadapi sesuatu yang berbahaya."

Mereka tiba di sebuah gang sempit yang jauh dari jalan utama. Satria berhenti, merapatkan tubuhnya ke dinding, mencoba mengatur napas. "Orang itu... dia tahu segalanya. Lebih dari yang kukira."

Nadia menatapnya, air hujan yang mengalir di wajahnya tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya. "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi, Satria?"

Satria terdiam sejenak, menimbang apakah saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Selama ini, ia memang telah menyembunyikan sesuatu yang penting-bukan hanya dari Nadia, tapi juga dari Gilang dan semua orang yang terlibat dalam situasi ini.

"Sebelum aku bertemu kalian... sebelum pesta itu..." Satria memulai, suaranya rendah dan berat. "Aku sudah terlibat dalam urusan ini. Aku sudah tahu tentang kunci itu, tentang rahasia Gilang, jauh sebelum kalian tahu apa-apa."

Nadia terkejut. "Kau sudah tahu? Kenapa kau tidak pernah bilang?"

Satria menatapnya dengan mata penuh penyesalan. "Karena ini bukan hanya tentang Gilang. Ada sesuatu yang lebih besar rahasia yang melibatkan banyak orang, lebih dari yang bisa kau bayangkan. Aku pikir dengan cara ini, aku bisa melindungi kalian... tapi ternyata aku salah."

Nadia merasa dunianya berputar. Semua yang ia ketahui tentang Satria seakan runtuh dalam sekejap. "Kau bermain dalam permainan ini sejak awal?" suaranya terdengar lirih, penuh kekecewaan.

Satria menggeleng, matanya memancarkan keputusasaan. "Bukan begitu. Aku hanya mencoba menyelesaikan masalah sebelum semuanya lepas kendali. Tapi kini, tampaknya aku terlalu dalam, dan orang yang baru saja kita temui itu... dia tahu terlalu banyak."

Nadia menahan napas, mencoba mencerna semua ini. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita tidak bisa kembali ke Gilang tanpa mengetahui siapa orang itu dan apa rencananya."

Satria mengangguk. "Kita harus menemukan jawabannya-jawaban yang lebih besar daripada kunci dan berkas itu."

---

Di rumah Gilang, suasana semakin tegang. Ia mondar-mandir di ruang kerjanya, pikirannya berputar, mengkhawatirkan Nadia dan Satria yang masih belum kembali. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang terasa seperti bayang-bayang masa lalunya yang kini bangkit kembali. Kunci itu, simbol misterius yang terukir di atasnya, semuanya terhubung dengan bagian kelam hidupnya yang selama ini ia coba sembunyikan.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama yang tertera di layar membuat dadanya berdebar. Gilang menatap layar itu sejenak, seakan ragu untuk menjawab. Namun, panggilan itu berulang, mendesak.

Akhirnya, ia mengangkat telepon itu. "Ya?"

Suara di ujung telepon terdengar berat, penuh otoritas. "Kau pikir kau bisa bersembunyi selamanya, Gilang? Kau sudah terlalu lama mengabaikan apa yang seharusnya kau selesaikan."

Gilang merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Ia mengenali suara itu-seseorang dari masa lalunya yang gelap. Seseorang yang seharusnya tidak lagi ada dalam hidupnya. "Aku tidak terlibat lagi," jawabnya tegas, meskipun ada getar di suaranya.

Suara itu tertawa pelan. "Oh, tapi kau tahu lebih baik dari itu. Kau tidak bisa lari dari takdirmu. Kunci itu... rahasia di baliknya... itu adalah milikmu sejak awal."

Gilang mengepalkan tangannya. "Aku sudah meninggalkan semua itu bertahun-tahun lalu. Aku tidak akan kembali."

Suara itu berhenti sejenak sebelum melanjutkan dengan nada dingin. "Kau tidak punya pilihan. Kau tahu di mana semuanya bermula, dan hanya kau yang bisa menyelesaikannya. Jika tidak, orang-orang yang kau sayangi akan terjebak dalam kekacauan yang kau ciptakan."

Telepon terputus, meninggalkan Gilang dalam kekosongan. Ia menjatuhkan ponsel di meja, tubuhnya lunglai. Masa lalunya yang ia kira sudah terkubur kini kembali, dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Gilang tahu bahwa ia tidak bisa menghindarinya lagi. Ia harus menghadapi kebenaran, sebelum semuanya terlambat.

---

Nadia dan Satria kembali ke rumah Gilang beberapa jam kemudian, basah kuyup dan kelelahan. Namun, saat mereka masuk ke dalam, mereka segera merasakan suasana yang berbeda-tekanan yang lebih kuat, hampir tak terlihat, namun terasa menyesakkan.

Gilang duduk di ruang tamu, matanya kosong. Tanpa menunggu, Nadia langsung bertanya, "Apa yang terjadi? Apa ada yang meneleponmu?"

Gilang mendongak, wajahnya pucat. "Seseorang dari masa laluku menghubungiku. Mereka tahu tentang kunci itu. Mereka tahu semuanya."

Satria melangkah maju. "Siapa orang ini, Gilang? Kenapa mereka terus memburu kita?"

Gilang menatap mereka dengan mata yang penuh beban. "Dulu... aku terlibat dalam sesuatu yang sangat berbahaya. Sebuah organisasi bawah tanah yang bergerak di bidang yang tidak bisa kubicarakan. Kunci itu... adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Sebuah rahasia yang tidak boleh jatuh ke tangan yang salah."

Nadia memejamkan mata, merasakan kekacauan yang semakin memuncak. "Jadi, ini bukan hanya tentang pesta dan pembunuhan? Ini jauh lebih besar dari itu?"

Gilang mengangguk. "Ini adalah tentang kekuatan, kekuasaan, dan rahasia yang bisa menghancurkan banyak orang jika terbongkar."

Satria mendengarkan dengan seksama, pikirannya berpacu. "Dan orang yang kita temui di gedung tua tadi malam... dia tahu semua ini. Dia bukan hanya ancaman bagi kita, tapi bagi semua orang yang terlibat."

Nadia merasa dadanya sesak, seakan dunia di sekelilingnya berputar terlalu cepat. Segala sesuatu yang mereka kira adalah awal dari misteri ternyata hanyalah puncak gunung es dari sesuatu yang jauh lebih besar. Mereka kini terjebak dalam permainan mematikan yang melibatkan lebih dari sekadar kunci dan masa lalu.

Tapi sebelum mereka bisa memutuskan langkah selanjutnya, pintu depan tiba-tiba diketuk keras. Suara itu menghentakkan mereka semua dari lamunan. Satria meraih pisau kecil yang terselip di pinggangnya, sementara Nadia mendekat ke Gilang.

"Siapa itu?" tanya Gilang dengan suara rendah, penuh kecurigaan.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak lebih jauh, suara dari balik pintu menjawab, "Aku membawa jawaban yang kalian cari... tapi kau harus siap dengan apa yang akan kau temukan."

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝑺𝒂𝒕𝒖 𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 🎉
𝑺𝒂𝒕𝒖 𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang