Part 2

2 0 0
                                    

Ctar

Ctar

Suara cambuk menggema. Pedih, sakit, ditambah sentuhan ganas suamiku berikan, air mataku terus luruh mengingat kejadian kemarin aku alami.

"Tidak. Tolong hentikan, sakit... agrh!"

"Siapa pun tolong aku. Ayah... hiks... hiks."

"Ayah."

...

''Tuan."

Wanita setengah baya tergesa gesa menghampiri sang tuan yang sedang berada di depan layar laptop meja kerjanya.

"Ada apa bi." sepintas melirik.

"Nona tuan."

Keningnya mengkerut. "Kenapa lagi dia."

Bangkit dari duduknya berjalan keluar ruangan lalu memasuki salah satu kamar terletak sisi kanan.

"Om Bima. Ada apa om, kok panik gitu." tanya ku.

Lelaki berparas tampan khas orang barat dengan raut panik tiba tiba muncul dari balik pintu tertutup, dia khawatirin keponakannya, cuma aku pura pura polos.

"Tadi bibi."

"Gue gak apa apa om. Udah biasa itu mah, mimpi buruk." ucap Gisella tersenyum getir.

Biasa, mimpi kelam kembali menghantui tidurku, hampir setiap pagi , tiga tahun telah berlalu tapi kejadian itu selalu jadi benalu, hidupku tidak tenang selama hatiku serasa ada yang mengganjal, rasa benci ini tak dapat ku hilangkan begitu saja.

"Teriakanmu ganggu. Kerjaanku berantakan denger lo teriak teriak kayak liat setan idup." ujar Bima.

Masa sih, separah itu trauma aku sampai kedengeran ke ruang sebelah, padahal kedap suara loh, pasti lewat kamera pengawas nya nih yang melapor.

"Setan. Om kali, mana tiba tiba nongol, kaget tau, rambut awur awuran, ih... ngeri... untung cakep."

Gadis duduk dibalik selimut menutupi setengah badan berkata mencibir.

"Emm... kalo semisal gue jelek lo mau ngapain."

Muka ganteng dia deketin ke wajah Gisella, terpaan nafasnya menghembus halus di wajah gadis cantik yang mendongak menatapnya lekat.

Bergerak makin dekat, eh dia modus nih ceritanya, aku disini cuma keponakan angkat takutnya suka gitu.

Gisella mendorong dada Bima menjauh ia garuk kepala tak gatal, tidak tau berdekatan dengan nya agak canggung.

Pria itu menyadari kecanggungan antara mereka, senyum tipis terukir di sudut bibirnya.

"Gue pengen lo." bisik Bima menggantung Gisella segera merangkak turun.

Aneh, bulu kuduk Aku merinding sewaktu bisikan kecil menusuk telingaku.

Gayanya mirip buaya darat makan mangsa, lah siapa yang tidak takut coba, aku antisipasi sebelum kejadian tak diinginkan terjadi.

"Lo kan kaya. Cari aja sono cewek lain, jangan gue, inget! kita disini untuk kerja sama bukan main ranjang." sergah Gisella.

Perkataan gadis terlontar dari bibir nya terlalu ceplos, Bima tertawa.

"Wait, wait. Seperti nya lo salah paham, gue cuma mau bilang."

"Ngaku. Lo pengen tubuh gue kan, gak usah basa basi, laki laki semuanya sama, buaya buntung."

"Kita salah paham deh."

"Salah paham apanya. Tadi lo gigit telinga gue sambil bisikin GUE MAU LO."

Aku merasa deja vu saat Bima niup dan gigit telinga.

Netra indah Gisella mulai berkaca kaca lalu berjongkok di sudut almari terletak sedikit jauh dari tempat tidur, karena kamar nya terbilang luas.

"Jangan mendekat." teriaknya.

Kedua tangan menutupi telinganya, kepala tertunduk menatap lantai marmer corak putih berubah merah darah.

Kejadian masa lalu membuat hidup aku terganggu, bayangan bayangan dimana seseorang menyiksa ku tak manusiawi selayaknya hewan peliharaan tidak terurus.

Wajah Gisella mulai pucat, bahkan air matanya jatuh membasahi pipi nya.

"Sella."

"Don't call my name." 

Aku tau yang dia lakuin hanyalah candaan belaka, tapi aku nya bereaksi berlebihan.

"Oke. Gue keluar dulu."

Bima memilih pergi takut kalo aku tiba tiba pingsan.

Setiap rasa traumaku kambuh aku sampai tak sadarkan diri, tak hanya sekali namun berhari hari, nah ini yang ditakuti.

BERSAMBUNG

MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang