Part 4

1 0 0
                                    

"Lo baik baik aja."

Aku tau om Bima khawatir pas melihat keponakan angkat nya memegangi kepala mendadak berputar putar.

"Kepala gue keliyengan om." keluh Gisella.

Mobil berputar balik, padahal jalan sudah dekat rumahnya.

"Om kita mau kemana." mengedarkan pandangan ke jalanan ramai.

"Rumah sakit."

Mulutku terbuka lebar. "Ngapain om."

"Mancing."

Hah!

Bima menghela nafasnya berkali-kali aku bisa ngerasain raut wajahnya agak berubah kesal.

"Lo mending diem."

Gisella melirik takut mendengar nada bicaranya berubah dingin kayak kulkas, ia tak punya tenaga untuk berdebat sekarang.

...

Mobil yang oleh Bima dan Gisella sampai di rumah sakit. Para suster berjejer menyambut kedatangan nya di pintu masuk.

'Sebenarnya siapa om Bima. Niat banget mereka nyambut satu orang songong ini.'

"Ayo!"

"Gue cuma sakit kepala om. Buat apa buang buang duit buat gue."

Sakit kepala gadis itu bilang cuma, jelas jelas ia sangat kesakitan meremat rambutnya awur awuran.

Kondisi kesehatan Gisella belum sepenuhnya pulih ia harus dapat pemulihan ekstra karna cedera ia alami parah hampir kehilangan nyawa jika tidak ada yang membawanya pergi, beruntung Bima ada di tempat kejadian ia langsung mengambil tindakan cepat dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Eh, om." kaget Gisella tubuhnya kembali melayang.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bima, pria itu selalu bertindak sesukanya.

Tanpa persetujuan membawa gadis dalam dekapan nya masuk kedalam rumah sakit, ia bahkan tak membalas sapaan orang orang disana.

"Selamat sore tuan."

"Sore tuan." serempak nya.

Dingin, kesan pertama ciri khas pria tampan baru saja melewati jajaran suster berjaga.

'Cih, sombong bener. Sok kecakepan, apa sulitnya buka mulut, lebarin bibir, buang buang senyum indah gue.'

Dalam hati Gisella berdecih tak suka.

"Berhenti mengataiku. Saya memang tampan, maka dari itu gue pengen lo jadi bini gue, detik ini pun gue siap, asal lo terima calon suamimu apa adanya."

Darimana dia tau aku ngata ngatain, jangan jangan pikiran bisa baca pikiran orang.

Mana asal ceplos melamar aku, emang gampang jadi seorang istri, siapa juga yang mau.

"Dih, om jangan ngelawak deh. Gak lucu, lo nambah nambahin pala gue puyeng." kata Gisella.

'Gue serius Sella.'

Tidak sadar mereka ini berada di depan ruang pemeriksaan.

"Turunin gue om." pinta Gisella.

Gadis itu berteriak meremat dada bidang Bima, tidak sakit malah pria tampan itu merasakan sensasi berbeda.

'Emm. Pleese Sella, lo jangan terus uji gue.' batin Bima menggigit bibir bawahnya sambil kedua mata terpejam.

Melihat reaksi berlebihan paman nya dahi Gisella mengkerut heran.

Sekedar rematan kecil kenapa seakan dia membelainya mesra.

"Om."

"Iya."

Hati kecil Gisella mengatakan kalau pria yang sekarang menggendong nya punya perasaan lebih terhadapnya, tetapi ia juga ragu takut salah.

Hubungan mereka bak teman rasa pacar, mesra di satu situasi, ya meskipun baru mengenal satu sama lain .

Sebelumnya Bima cuek, bicara sekedar, lama kelamaan sikapnya makin perhatian entah bentuk wasiat orang tuanya dulu.

Karena paman angkatnya adalah sahabat ibunya sendiri, dia adalah malaikat penolong yang membebaskan dirinya dari belenggu mantan suami yang selalu menyiksa baik fisik maupun batin hingga meninggalkan luka sulit disembuhkan.

"Kalian makin lengket aja." sapa seseorang di belakang mereka.

"Dokter Betrand." teriak gadis turun dari gendongan memeluk lelaki yang tingginya melebihi paman nya.

'Cepet banget sembuhnya.' batin Bima.

BERSAMBUNG

MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang